Tails of Iron 2: Whiskers of Winter
Odd Bug Studio
United Label
28 Januari 2025
PS4, PS5, Xbox One, Xbox Series, Switch, PC
Action RPG
Dewasa
Digital
2 GB
Rp 349.000 (Standard)
Rp 429.000 (Deluxe)
Soulslike dan Metroidvania adalah dua genre yang saat ini paling sering digunakan oleh developer indie dalam meracik game-gamenya. Bukan tanpa alasan genre ini sering dieksploitasi karena terbukti permintaan pasar terhadap keduanya sedang berada dalam puncaknya.
Tidak banyak developer yang berani untuk menggabungkan kedua genre tersebut karena hal tersebut bisa menjadi bumerang yang membuat kedua mekaniknya gagal bersinar. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Odd Bug Studio karena mereka sudah pernah melakukannya di tahun 2021 lewat Tails of Iron yang kini mendapatkan sekuelnya. Bertajuk Whiskers of Winter, mereka kembali menghadirkan petualangan seekor tikus yang brutal dan penuh darah.
Apakah Tails of Iron 2: Whiskers of Winter bisa melampaui pendahulunya?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Setelah berakhirnya kisah dalam prekuelnya, maka kisah baru pun dimulai. Tikus-tikus Selatan mulai menata kembali hidup mereka setelah perang besar antara Rodent dan Frog, komplotan kelelawar yang menamai diri mereka sebagai Dark Wings, muncul dari Utara untuk menyalakan kembali api pertikaian lama mereka.
Seekor tikus bernama Arlo, akan menjadi protagonis baru dalam game ini. Ia adalah sang pewaris muda Warden of the Wastes. Arlo melakukan perjalanan melalui daratan Utara yang luas dan dilanda salju untuk menuntaskan balas dendamnya terhadap Dark Wings yang telah membuat kekacauan di Winter’s Edge.
Apakah Arlo dapat memenuhi ambisinya dan mengakhiri perang ini?
Temukan jawabannya dengan memainkan Tails of Iron 2: Whiskers of Winter!
Gameplay
Tails of Iron 2: Whiskers of Winter adalah sebuah game Action RPG berbasis 2D yang menggabungkan elemen pertarungan ala Soulslike dengan eksplorasi ala Metroidvania. Berlatarkan dunia pasca kiamat yang kelam yang dipenuhi dengan makhluk antromorfik nan ganas, Anda akan berperan sebagai Arlo, seekor tikus pejuang yang sangat gigih untuk menuntut balas dendam kepada komplotan kelelawar Dark Wings yang telah merusak kampung halamannya, Winter’s Edge.
Sebelum memulai permainan, Anda akan diminta untuk memilih satu dari tiga tingkat kesulitan yang ada, yaitu Fairy Tail (Easy), Tails of Iron (Normal) dan Bloody Whisker (Hard). Menurut kami, mode Normal pun di sini sudah sangat menantang, jadi apabila Anda bukanlah pemain game Soulslike, sebaiknya pilih tingkat yang paling mudah agar tidak frustrasi karena mati terus-menerus.
Inti permainan dalam game ini masih sama seperti seri pertamanya, yaitu tentang pertarungan yang brutal, eksplorasi dunia yang luas serta pemulihan komunitas. Anda harus menghadapi musuh-musuh dari berbagai spesies hewan seperti kodok dan kelelawar, agar bisa kembali membangun kerajaan yang telah hancur.
Dalam membawakan ceritanya, game ini tidak menampilkan dialog apapun antar karakternya karena ucapan mereka hanya digambarkan lewat ikon dan simbol saja. Meskipun tanpa dialog, petualangan Anda tetap terasa hidup berkat kepiawaian sang narator yang membawakan kisahnya dengan penuh penghayatan. Suara naratornya diisi oleh Doug Cockle, yang juga terkenal sebagai pengisi suara Geralt of Rivia dalam game The Witcher.
Game ini membangun dunianya dengan tujuh bioma yang tidak hanya luas, tapi juga menampilkan keindahannya masing-masing, lengkap dengan penghuni dan estetikanya yang unik. Menjelajahi setiap sudut biomanya adalah suatu kesenangan tersendiri, apalagi jika Anda berhasil menemukan rahasia yang tersimpan di dalamnya.
Yang membuat eksplorasinya terasa imersif adalam keterhubungan antara dunia dan narasi yang dibawakan oleh sang narator. Setiap sekutu baru yang Anda rekrut, memberikan fasilitas baru seolah-olah Anda sedang membangun kembali dunianya yang telah hancur. Jadi, pengembangan ini tidak hanya bersifat kosmetik saja, tetapi juga memberikan dampak pada permainan Anda.
Selain misi utama, terkadang Anda juga dihadapkan pada misi sampingan yang bisa Anda jalani seperti memburu binatang buas yang memberikan bahan baku berguna untuk menunjang petualangan Anda. Jangan lupa untuk selalu memungut item yang dijatuhkan oleh musuh atau yang tercecer di sepanjang jalan, karena jika sudah terlewat ke area berikutnya, Anda akan kehilangan kesempatan untuk mengambilnya kembali. Sayangnya, desain misi dalam game ini cenderung repetitif dan mudah ditebak, sehingga Anda bisa saja merasa cepat bosan di pertengahan permainan.
Selain eksplorasi, elemen pertarungan tentu saja menjadi inti permainan yang akan menyita waktu permainan Anda. Sistem pertarungannya sendiri mengadopsi gaya Soulslike yang menuntut Anda untuk bertahan, menghindar atau parry, sebelum akhirnya melancarkan serangan pada musuh. Menyerang secara membabibuta dari arah depan, akan menjadi malapetaka bagi Arlo.
Ada tiga jenis senjata yang harus Anda kuasai, yaitu senjata satu tangan seperti pedang dan tombak, lalu senjata dua tangan seperti kapak yang bisa ditahan untuk kerusakan yang lebih besar dan senjata jarak jauh yang memberikan Anda ruang untuk bernafas, tetapi kerusakannya minim.
Yang membuat mekanik pertarungannya solid adalah Anda tidak harus memilih satu dari tiga pilihan senjata tersebut, karena ketiganya sudah dialokasikan pada tiga tombol yang berbeda, sehingga Anda bisa saja menggabungkan ketiga serangan tersebut dalam satu taktik.
Selain ketiga senjata di atas, Anda juga dibekali beberapa peralatan lain yang bisa digunakan dalam pertarungan seperti jebakan atau ramuan yang memberikan buff. Selain itu, ada juga mantra sihir elemen yang bisa Anda lepaskan dalam jumlah terbatas, sehingga membuat pertarungan sangat dinamis dan adaptif.
Presentation
Visual
Secara visual, seri kedua ini masih menggunakan art style yang serupa dengan seri pertamanya dulu, yang sangat kental dengan goresan tangan. Gaya visual seperti ini memberikan tampilan yang unik dan menawan, namun tetap mempertahankan kekayaan detail pada lingkungannya.
Tidak hanya itu saja, ia juga berhasil membangun atmosfer suasana yang suram untuk melengkapi dunianya yang kelam. Meskipun game ini menampilkan tokoh-tokoh yang berbentuk hewan, namun mereka tidak segan-segan untuk menampilkan adegan brutal penuh darah dalam merepresentasikan pertempurannya.
Audio
Dari sisi audio, musik dalam game ini cukup memainkan perannya dengan baik dalam membangun atmosfer suram, akan tetapi ia tidak pernah benar-benar bersinar karena perhatian Anda akan selalu tertuju pada Sang Narator yang berhasil membawakan narasi cerita lewat intonasinya yang brilian dan selalu mengingatkan kami pada Geralt of Rivia (The Witcher).
Value
Sebagai sebuah sekuel, seri kedua ini jelas hadir lebih baik dari pendahulunya, baik dari segi konten. Dengan harga Rp 349.000 dibanderol untuknya, game ini memberikan pengalaman sebuah petualangan yang dibumbui oleh pertarungan yang menantang ala Soulslike, eksplorasi dunia yang kaya ala Metroidvania serta pembawaan narasi cerita yang berkelas dari pengisi suara Geralt of Rivia (The Witcher).
Conclusions
Tails of Iron 2: Whiskers of Winter menawarkan pengalaman Action RPG yang solid yang berfokus pada pertarungan dan membangun kembali kerajaan yang hancur. Pertarungan bossnya selalu menantang pemain untuk menghafalkan pola serangan agar bisa menaklukkan mereka. Pembawaan narasi cerita yang mantap juga membuat Anda merasa terkoneksi dengan dunia di dalamnya. Untuk pemain lamanya, mungkin akan merasa seperti pengulangan dari seri pertamanya karena memang tidak ada suatu fitur baru yang revolusioner di sini.
+ Elemen brutal tetap ada
+ Dunia yang dibangun dengan baik
+ Eksplorasi bermanfaat
+ Mekanik pertarungan yang solid
+ Menantang tapi memuaskan
+ Tiap boss terasa unik
+ Tampilan visual yang memesona
+ Atmosfer dunia yang suram, tapi indah
+ Narator yang luar biasa
- Tingkat kesulitan Normal cukup susah
- Desain misi terasa repetitif
- Kontrol kurang responsif
- Musik biasa saja
- Tanpa sulih suara