Metro Exodus
4A Games
Deep Silver
15 Februari 2019
PS4, Xbox One, PC
First-person Shooter
Dewasa
Blu-ray, Digital
Rp 719.000
Diangkat dari novel berjudul Metro 2035 karya Dmitry Glukhovsky, Metro Exodus merupakan iterasi ketiga yang melanjutkan cerita dari dua pendahulunya, Metro 2033 dan Metro: Last Light. Hampir enam tahun vakum, 4A Games kembali melanjutkan serial ini dengan konsep dunia yang lebih terbuka yang dibalut dalam grafis terkini. Masih mempercayakan posisi protagonis pada Artyom, apa saja yang mereka tawarkan dalam Metro Exodus?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Melanjutkan kisah Metro: Last Light, Artyom dan istrinya, Anna, masih melanjutkan kehidupan mereka di Metro, ruang bawah tanah yang dihuni ribuan manusia setelah serangan nuklir melanda permukaan bumi. Ia merupakan anggota pasukan The Order di bawah komando ayah mertuanya, kolonel Miller. Warga Metro beranggapan bahwa dunia luar sudah tidak aman lagi untuk ditinggali karena telah dikuasai oleh mutan hasil radiasi nuklir. Namun, Artyom masih optimis bahwa masih ada tempat yang aman di dunia luar yang bebas dari radiasi nuklir. Bersama istrinya, Artyom mencoba menjelajahi permukaan bumi yang telah porak poranda tersebut sambil berharap munculnya secercah harapan.
Apakah dugaan Artyom tentang dunia luar benar adanya?
Bagaimana kehidupan di luar Metro selama dua puluh tahun terakhir?
Temukan jawabannya dengan memainkan Metro Exodus!
Gameplay
Saat memulai permainan, Anda akan diminta untuk memilih satu dari lima tingkat kesulitan yang tersedia. Setelah itu, Anda akan diperkenalkan dengan sang protagonis, Artyom, yang sedang menjelajahi dunia bawah tanah, Metro, melawan makhluk-makhluk hasil mutasi radiasi nuklir.
Berikut kami bahas aspek gameplay selengkapnya:
Metro Exodus merupakan game First-person Shooter (FPS) yang berfokus pada cerita dan dibumbui elemen survival yang cukup kuat, dimana jumlah sumber daya yang akan Anda dapatkan sangat terbatas. Dengan situasi tersebut, Anda akan dituntut untuk bisa bertempur secara efektif dan efisien. Game ini hanya tersedia dalam mode single-player saja, tanpa adanya opsi untuk multiplayer. Sedikit perubahan dari prekuelnya yang linear, Metro Exodus menawarkan permainan yang lebih terbuka berkat penjelajahan dunia di luar Metro, walaupun progress ceritanya masih dibagi per level.
Kontrolnya sendiri masih seperti FPS pada umumnya, di mana tombol L2 diperuntukkan untuk membidik, sementara R2 dialokasikan untuk menarik pelatuk senjata api. Ada pula senjata sekunder seperti pisau atau molotov, yang bisa dilemparkan dengan menekan tombol R1. Alih-alih menyertakan Health Bar yang merepresentasikan kesehatan karakter secara eksplisit, game ini menunjukkannya dari tingkat kecerahan layar permainan. Semakin redup dan memerahnya layar, maka itu pertanda karakter dalam keadaan sekarat.
Seperti game berkonsep ruang terbuka pada umumnya, Artyom juga memiliki kompas yang tertempel pada tablet jurnalnya untuk menunjukkan arah objektif. Sayangnya, kompas dan peta ini harus dibuka secara manual dengan tombol Touchpad, yang otomatis membuatnya menyarungkan senjata. Di dunia yang terkena radiasi nuklir itu, udara segar merupakan hal yang patut disyukuri Artyom, karena tidak semua tempat bisa membuatnya bernafas bebas. Pada area-area yang udaranya terkontaminasi, Anda harus memasangkan masker gas pada Artyom agar tidak mati keracunan. Pemakaian masker juga memiliki batas waktu dan Anda harus memperhatikannya dengan seksama. Ketika filter udara mulai menipis, Anda harus mengisi ulang agar Artyom dapat terus bernafas.
Selain hal-hal yang telah kami sebutkan di atas, Anda juga masih harus berjuang dengan kegelapan. Beberapa tempat yang minim pencahayaan, membuat Anda harus memasang lampu senter atau geretan sebelum mendapat Night Vision. Yang menarik, lampu senter ini membutuhkan tenaga baterai yang harus Anda charge secara manual. Untungnya, hal tersebut bisa Anda lakukan di mana saja tanpa membutuhkan sumber daya apapun.
Inti permainan Metro Exodus terfokus pada tiga elemen, yaitu Shooting, Looting dan Crafting. Mekanisme shooting pada game ini cukup sederhana, bahkan tanpa membidik dengan tombol L2 pun, tembakan Artyom sudah cukup akurat mengenai sasaran. Pergantian senjata bisa dilakukan dengan cepat dengan tombol segitiga atau dengan menahan tombol R1 sambil memilihnya pada inventory. Jika peluru habis, Anda bisa beralih ke serangan melee atau stealth sebagai alternatif. Sayangnya, serangan melee terasa tak cukup kuat untuk melawan makhluk-makhluk mutan yang buas. Kami sendiri lebih memilih taktik stealth saat berada di ruangan tertutup guna menghemat amunisi dan meminimalisir risiko pengeroyokan. Stealth sendiri memiliki dua opsi, yaitu membuat target pingsan atau membunuhnya. Ketika bermain dengan taktik stealth, cahaya merupakan faktor yang paling menentukan. Usahakan untuk selalu mematikan sumber cahaya seperti lampu, senter, petromak atau apapun yang mengeluarkan cahaya. Hal ini setidaknya bisa mengurangi peluang ditemukan oleh musuh.
Musuh yang akan Anda hadapi terbagi menjadi dua spesies, yaitu manusia dan monster. Bagi kami, musuh manusia lebih berfaedah untuk dihabisi karena biasanya mereka meninggalkan barang, senjata atau amunisi pada tubuhnya yang bisa Anda ambil setelah mereka tumbang. Sementara, spesies monster sama sekali tidak memberikan keuntungan apapun selain menghabiskan peluru. Sebisa mungkin, hindari kontak langsung dengan monster-monster tersebut jika memang bisa dihindari karena peluru termasuk barang langka dalam game ini.
Elemen gameplay kedua adalah Looting. Setiap kali Anda menjelajahi area baru atau setelah menghabisi musuh, jangan lewatkan kesempatan untuk memungut setiap barang, peluru, bagian senjata atau bahan baku yang tercecer. Walau tampak remeh, mereka bisa menolong Anda di saat darurat karena hal inilah yang memberikan kesan survival pada petualangan Anda. Karena elemen looting ini akan sangat erat kaitannya dengan fitur Crafting yang baru diimplementasikan pada seri ketiga ini. Fitur ini terasa cukup vital karena mempengaruhi kelancaran pemain dalam bertempur. Untungnya, fitur ini tidak serumit yang Anda kira. Tak seperti crafting pada The Last of Us atau Tomb Raider yang membagi banyak kategori bahan baku, Metro Exodus menyederhanakannya menjadi dua jenis saja yang ditandai dengan simbol botol kimia dan kunci Inggris. Setelah mengumpulkan bahan baku, Anda bisa merakit perlengkapan dengan dua cara, melalui tas ransel atau di atas meja. Tas ransel bisa diakses di mana saja, namun ia memiliki keterbatasan kustomisasi seperti tidak bisa membersihkan senjata, tidak bisa membuat peluru dari bubuk mesiu dan tidak bisa memperbaiki armor atau masker yang rusak.
Dengan adanya fitur crafting, Anda dapat memperkuat persenjataan seperti meningkatkan damage senjata, menambah jumlah peluru, menjaga stabilitas atau bahkan membersihkan senjata. Game ini memberikan detil-detil yang cukup realistis pada senjata apinya. Jika senjata Anda tersumbat atau kotor, maka hal tersebut akan menurunkan performanya. Walaupun minor, elemen seperti ini bisa membuat permainan lebih menarik dari game sejenisnya. Yang paling menarik adalah kehadiran senapan angin di samping senjata api. Amunisi senapan angin membutuhkan sumber daya yang lebih sedikit untuk membuatnya, namun pemakaiannya sangat bergantung dengan tekanan udara yang ada di dalamnya. Ketika tekanan udaranya habis, maka Anda harus mengokangnya secara manual, sebelum bisa dipakai kembali.
Presentation
Visual
Menggunakan engine pribadi milik mereka, 4A Games mampu menyajikan kualitas visual yang sesuai dengan standar tahun 2019. Anda baru menyadari betapa indahnya dunia di luar Metro berkat pemandangan dunianya yang eksotis berkat tekstur dan penataan cahayanya yang mengagumkan. Detail lingkungannya terasa unik satu sama lain berkat adanya sistem pergantian waktu dan musim yang berimbas pada pengalaman bermain yang lebih mendalam. Meskipun begitu, terkadang Anda masih akan menemukan bug-bug kecil seperti tekstur yang telat muncul atau dikenal sebagai texture pop-up, walaupun tidak sampai mengganggu performa gameplay. Yang membuat permainan terasa lebih mencekam adalah visualisasi monster-monster mutan yang mengerikan dengan hawa mengancam. Anda akan bertemu dengan hewan-hewan mutasi berbentuk serigala, beruang, udang, ikan, laba-laba hingga iblis predator bersayap.
Audio
Desain audio dalam game ini bisa dibilang sedikit terlupakan. Musik garapan Oleksii Omelchuk hanya bekerja di beberapa momen pembuka saja, namun setelahnya ia terdengar biasa saja. Untuk beberapa momen pertempuran, musik mampu memberikan suasana yang menegangkan, sayangnya saat Anda melakukan eksplorasi di dunia terbuka, tidak ada musik yang mampu menangkap atmosfer dunianya dengan baik. Dari sisi sulih suaranya sendiri, walaupun belum terbilang mewah, namun masih bisa dikategorikan baik. Para aktor dan aktrisnya mampu menyampaikan emosi karakter sesuai dengan cerita yang berlangsung.
Value
Metro Exodus memang bukanlah game yang memiliki waktu permainan yang panjang, bahkan bisa dibilang relatif singkat. Bahkan, tanpa mode multiplayer di dalamnya, mungkin ia hanya bernilai satu kali tamat saja. Meski begitu, Metro Exodus punya kekuatan cerita, dunia yang indah, visual yang mengagumkan serta gameplay solid yang selalu membuat pemainnya penasaran dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. Elemen survival-nya sendiri cukup untuk membuat Anda merasa gelisah dan tidak aman setiap kali berada di alam terbuka tanpa amunisi yang mencukupi. Walau bukan berhadapan dengan zombie atau hal mistis lainnya, Metro Exodus tetap mampu memberikan pengalaman yang menegangkan ke mana pun Artyom melangkah. Sayangnya, game ini tidak menghadirkan unsur gore seperti yang diterapkan oleh serial Wolfenstein. Padahal dengan desain monster dan dunia pasca kiamat seperti ini, seharusnya ia bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmatnya.
Conclusions
Sebagai game FPS yang berfokus pada mode single-player, Metro Exodus memberikan pengalaman menegangkan yang diisi dengan pertempuran dan penyajian cerita yang intens. Dengan latar dunia pasca kiamat yang lebih luas dari dua pendahulunya, ia memberikan sensasi eksplorasi yang berbeda dengan pemandangan yang eksotis. Kendati demikian, ia bukanlah game yang terhitung sempurna. Masih banyak kendala performa seperti tekstur yang telat muncul atau lambatnya proses loading saat melanjutkan permainan. Akan tetapi, hal tersebut sama sekali tidak merusak pengalaman Anda dalam memainkan iterasi ketiga serial Metro ini. Metro Exodus terasa sangat memuaskan dari sisi gameplay, visual maupun konten yang ditawarkan.
Game ini telah tersedia di Play Inc. Store
+ Pertempuran yang memuaskan
+ Fitur Crafting yang adiktif
+ Sensasi survival yang intens
+ Cerita yang membuat penasaran
+ Dunia pasca kiamat yang indah
+ Teknik pencahayaan sangat baik
+ Desain monster yang mengancam
+ Konsep dunia terbuka
- Waktu loading awal yang lama
- Musik agak terlupakan
- Tidak ada unsur gore
- Tanpa mode multiplayer