Oninaki
Tokyo RPG Factory
Square Enix
22 Agustus 2019
PS4, Switch, PC
Action RPG
Remaja
Blu-ray, Cartridge, Digital
4.24 GB (PS4)
2.8 GB (Switch)
Rp 715.000
Sukses menghidupkan atmosfer JRPG klasik dengan dua karya sebelumnya, developer Tokyo RPG Factory mendapat biaya pengembangan yang lebih besar dari Square Enix untuk menggarap game ketiganya yang berjudul Oninaki. Demi penyegaran suasana, mereka mencoba keluar dari zona nyamannya dengan menghadirkan konsep permainan serta tema yang lebih dewasa. Berbeda dari dua pendahulunya yang dirilis di wilayah Jepang terlebih dahulu, Oninaki kini bisa dirilis serentak di seluruh platform dan wilayah pada tanggal yang sama. Seperti apakah karya terbaru dari anak perusahaan Square Enix ini?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Reinkarnasi merupakan salah satu prinsip hidup yang diyakini oleh manusia. Diceritakan seorang anak laki-laki bernama Kagachi yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya. Semenjak menjadi yatim piatu, ia diasuh oleh Kushi, seorang Watcher yang juga ayah dari sahabat masa kecilnya, Mayura. Kagachi dan Mayura pun akhirnya tumbuh bersama dan memilih jalan hidup yang sama sebagai Watcher. Profesi ini bertugas untuk membimbing roh-roh tersesat yang masih terikat dengan orang-orang yang dikasihinya semasa hidup agar bisa melakukan reinkarnasi. Dengan memutus ikatan tersebut, mereka dapat mengirim para roh tersebut ke dunia berikutnya.
Di tengah petualangannya sebagai Watcher, Kagachi bertemu gadis kecil misterius yang pernah ia temui waktu kecil. Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, anehnya gadis itu tidak bertambah tua bahkan tidak mengingat namanya. Akhirnya, Kagachi memberinya nama Linne yang diambil dari bunga Linnaea. Linne mengaku bahwa dirinya sedang diincar untuk dibunuh oleh seorang ahli pedang berambut hitam bernama Night Devil. Linne pun akhirnya memutuskan untuk ikut bersama Kagachi karena ia yakin Kagachi dapat menolong dirinya.
Siapakah sebenarnya gadis misterius itu?
Mengapa dirinya diincar oleh Night Devil?
Mampukah Kagachi melindungi Linne?
Temukan jawabannya dengan memainkan Oninaki!
Gameplay
Sejak pertama kali diumumkan, banyak yang tak menyangka bahwa Tokyo RPG Factory berani banting setir untuk menghadirkan genre yang berbeda dari pendahulunya. Mereka mencoba menantang diri untuk keluar dari zona nyamannya dengan meninggalkan sistem pertarungan Turn-based dan beralih ke sistem Hack-and-Slash. Kabar baik bagi Anda yang sebelumnya sudah memainkan versi demo dari Oninaki, karena developer menyediakan opsi untuk melanjutkan progress permainan Anda dari versi demo menuju versi penuhnya.
Sebelum memulai permainan, Anda akan diminta untuk memilih satu dari tiga tingkat kesulitan yang tersedia. Casual untuk pemain yang hanya ingin fokus menikmati ceritanya, Normal untuk pemain yang menyukai tantangan dan Maniac untuk mereka yang menginginkan pertarungan intens dan item drop rate yang lebih tinggi. Mengambil tema yang cukup kelam tentang kematian dan reinkarnasi, seperti apa hasil racikan mereka?
Berikut kami bahas aspek gameplay selengkapnya:
Exploration
Eksplorasi merupakan hal yang tak terpisahkan dari game JRPG, karena di samping pertarungan, aspek inilah yang menjadi faktor esensial agar pemain dapat memahami dunia yang diusung secara lebih mendalam. Oninaki menggunakan sudut pandang kamera Top-down, seperti yang biasa Anda temukan dalam game Diablo. Kameranya dibuat fixed dan hanya ada opsi untuk mengatur jaraknya saja.
Dunia dalam Oninaki terbagi atas kota dan dungeon seperti JRPG pada umumnya, hanya saja ia terbagi atas dua alam, yaitu dunia orang yang masih hidup yang disebut The Living World dan dunia orang yang sudah mati yang disebut The Beyond. Sebagai seorang Watcher, Kagachi dapat menyebrangi kedua alam ini kapan pun ia inginkan. Hanya dengan menekan tombol L2, Anda akan berpindah dari satu alam ke alam lainnya.
Keduanya berbagi peta yang sama, yang membedakannya hanya dari teknik pewarnaannya saja, di mana The Living World digambarkan sebagai dunia yang terang, sedangkan The Beyond digambarkan sebagai dunia yang gelap. Pada The Living World, Anda bisa bertemu dengan NPC manusia dan segala makhluk hidup lainnya. Sebaliknya, di dunia The Beyond, Anda dapat berinteraksi dengan para roh yang tidak bisa dilihat secara kasat mata oleh manusia.
Selama berpetualang, Kagachi akan ditemani gadis kecil bernama Linne yang berperan sebagai NPC. Saat berada di The Living World, ia akan berubah menjadi kupu-kupu. Bentuk aslinya baru akan terlihat saat Anda mengunjungi The Beyond. Selama berada dalam bentuk manusianya, Linne terkadang akan membantu Kagachi memulihkan kesehatannya dengan melemparkan Healing Incense (Potion). Keberadaannya kami nilai cukup krusial, terlebih jika stok potion Anda sudah menipis.
Bagian yang cukup menarik selama di dungeon adalah saat pertama kali Anda mengunjungi sebuah area dan memutuskan untuk menyebrang ke The Beyond, Anda akan mendapati alam yang gelap gulita tanpa bisa melihat apapun. Pada kondisi gelap gulita ini, semua serangan musuh yang Anda terima berakibat fatal. Untuk membuat area tersebut terlihat normal, Anda harus mencari dan mengalahkan musuh yang memiliki aura hitam di sekeliling tubuhnya, kemudian menekan tombol L2 di dekat aura yang ditinggalkan. Setelah itu, area yang gelap tadi, sedikit demi sedikit akan tampak jelas dan musuh tidak lagi seberbahaya sebelumnya.
Selama mengeksplorasi The Beyond, terkadang Anda akan menemukan beberapa peti harta atau item yang tidak bisa ditemukan dalam The Living World. Namun, selama berada di The Beyond, Anda tidak bisa menghancurkan objek-objek dari The Living World seperti pilar, kotak kayu, batu dan lain sebagainya. Di sepanjang dungeon, Anda bisa menemukan sejenis batu prasasti yang berfungsi sebagai Save Point dan titik Fast Travel. Hal ini cukup membantu apabila Anda hendak melakukan backtracking di area tertentu.
Battle
Bagian paling menarik dari Oninaki terletak pada sistem pertarungannya yang bersifat Real Time. Tidak seperti I am Setsuna dan Lost Sphear yang mengadopsi gaya Turn-based, di sini Anda bebas mengendalikan karakter ke mana pun selama bertarung tanpa ada batasan giliran. Monster-monster yang akan Anda hadapi silih berganti bermunculan di dalam dungeon tanpa adanya transisi layar loading. Kendati demikian, tempo pertarungannya tidak bisa dibilang cepat. Butuh penempatan posisi dan momentum yang tepat agar Anda terhindar dari kematian.
Sebagai seorang Watcher, Kagachi akan didampingi oleh makhluk gaib disebut Daemon. Mereka akan meminjamkan senjata dan kemampuannya untuk bertarung pada Kagachi. Daemon sendiri merupakan roh tersesat yang tidak memiliki ingatan masa lalu dan mereka tidak bisa bereinkarnasi, dikutuk bahkan dibuang. Mereka bisa menjalin ikatan dengan para Watcher dan perlahan mengingat masa lalunya. Anda bisa mengenal masing-masing Daemon dengan membuka ingatan mereka melalui Skill Tree.
Anda hanya bisa membawa empat Daemon sekaligus dalam satu waktu yang dialokasikan pada empat arah analog kanan. Keempat Daemon ini bebas Anda ganti selama pertarungan dengan mengarahkan analog kanan sesuai alokasi Daemon yang telah Anda tentukan. Proses pergantian Daemon membutuhkan waktu sekitar 1-2 detik yang disebut sebagai Shift. Dibutuhkan momen yang tepat agar pergantian ini tidak membawa petaka.
Setiap Daemon akan mewakili satu jenis senjata dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Anda juga dapat memasangkan empat skill aktif yang dialokasi pada empat tombol berbeda. Game ini tidak mengenal bar MP (Magic Point) seperti game JRPG pada umumnya. Setiap skill yang Anda menggunakan sistem Cooldown, di mana bar dari setiap skill akan beregenerasi setelah pemakaian. Semakin sering Anda menggunakan skill tertentu, sang Daemon akan mengalami proses Awakening yang menghasilkan buff permanen pada skill yang bersangkutan.
Tidak hanya itu saja, mereka juga dianugerahi kemampuan khusus yang hanya bisa dilakukan Kagachi saat menggunakannya. Misalnya, saat Anda memilih Aisha (Pedang), Kagachi bisa melakukan gerakan Dash dengan tombol X. Sebaliknya, jika Anda memilih Zaav (Tombak) sebagai partner, tombol tadi akan mengeksekusi gerakan yang berbeda, yaitu melompat. Untuk menukar Daemon yang lainnya, Anda hanya bisa melakukannya di batu prasasti yang berperan sebagai Save Point. Selain tempat menyimpan permainan, batu ini juga berfungsi memulihkan kesehatan dan tempat untuk melihat masa lalu para Daemon.
Di awal permainan, Anda hanya akan ditemani oleh satu Daemon bernama Aisha yang mewakili senjata jenis Pedang. Seiring perjalanan, Anda dapat merekrut Daemon baru seperti Zaav (Tombak), Dia (Pistol dan Crossbow), Wil (Kapak), Izana (Sabit) dan lain sebagainya yang biasanya ditandai titik hijau pada peta. Dari sinilah terbentuk lapisan strategi yang menuntut Anda untuk memutar otak, bagaimana menyiasati komposisi Daemon agar lebih efektif menghadapi jenis monster tertentu. Sebagai contoh, jalan teraman melawan monster yang bisa mengeluarkan racun adalah dengan memanfaatkan pistol milik Dia. Dengan begitu, Anda tidak akan terjangkit racun yang keluar dari tubuhnya. Namun, bila Anda bertemu dengan musuh yang menyerang dengan sapuan, Anda bisa memanfaatkan Zaav (tombak) yang punya kemampuan melompat agar bisa terhindar dari serangan tersebut.
Selain Kagachi, para Daemon pun bisa berkembang apabila sering dilibatkan dalam pertarungan. Mereka bisa memperoleh sumber daya bernama Soulstone yang bisa Anda gunakan untuk meng-upgrade kemampuan via Skill Tree. Masing-masing Daemon dibekali sumber daya yang terpisah berdasarkan nama, seperti Sword Stone untuk Aisha, Spear Stone untuk Zaav dan lainnya. Jika berhasil membuka beberapa skill mereka, para ranking para Daemon akan meningkat.
Yang dicukup disayangkan adalah tidak adanya parameter yang jelas, bagaimana Anda bisa memperoleh batu-batu dari masing-masing senjata. Satu-satunya cara hanyalah memakainya terus menerus hingga muncul notifikasi di kanan layar. Namun, ada pula sumber daya universal yang disebut Null Stone, yang bisa digunakan untuk melakukan upgrade pada semua jenis Daemon. Skill Tree-nya sendiri terhitung standar dan mudah dipahami, di mana jika salah satu node terbuka, maka cabang selanjutnya bisa Anda akses.
Dari seluruh Daemon yang bisa Anda dapatkan, kami merasakan ada kesenjangan yang sangat jelas antara satu Daemon dengan yang lainnya, sehingga sebagian akan tampak lebih superior dari yang lainnya. Sebagai contoh, Daemon Izana (Scythe) memiliki area serangan berputar yang mampu menumpas monster dari berbagai arah dengan daya rusak yang cukup besar. Di samping itu, ia juga memiliki kemampuan Warp yang memungkinkan Anda keluar dari kondisi terjepit dalam sekejap. Bahkan, dari setiap serangan yang masuk, Izana akan memberikan buff seperti pemulihan kesehatan dan peningkatan kecepatan, sehingga membuat karakter Anda akan bertambah kuat sementara.
Lain halnya dengan Daemon Lucika (Fist) yang jangkauan serangnya terhitung pendek, bahkan kombonya sendiri sering kali terputus dengan daya rusak yang kecil. Hal ini semakin diperparah dengan kemampuannya menciptakan barrier yang efeknya sendiri tidak terlalu terasa saat Anda menghadapi banyak musuh sekaligus. Kesenjangan inilah yang membuat Anda akhirnya akan membawa Daemon yang sama sepanjang waktu berdasarkan efektivitas yang diberikan. Kami sendiri selalu membawa Daemon Dia (Crossbow & Pistol) untuk berjaga-jaga menghadapi pertarungan boss demi penghematan potion.
Karena pengembangan karakter yang terpisah dari Kagachi, Anda akan menemui masalah yang berulang saat mendapatkan Daemon baru. Para Daemon ini sangat lemah saat Anda pertama kali mendapatkannya, sehingga mamaksa Anda untuk grinding terlebih dahulu di tempat yang berisi musuh lemah. Hal ini kami nilai agak membuang-buang waktu hingga akhirnya membuat kami mengabaikan beberapa Daemon baru yang kurang nyaman dipakai. Hasilnya, Anda akan bertahan dengan Daemon lama yang sudah terbukti efektif untuk melawan beragam jenis musuh termasuk boss.
Saat berada di kota, Anda bisa ke Alchemist untuk meng-upgrade para Daemon. Senjata-senjata yang tidak terpakai, bisa Anda gabungkan untuk meningkatkan atribut dari satu senjata yang Anda pilih. Beberapa jenis senjata juga memiliki slot kosong yang bisa diisikan oleh batu Shadestone yang dapat memberikan efek permanen pada senjata seperti peningkatan serangan, memasukkan elemen racun dan lain sebagainya. Terakhir, Anda bisa menciptakan satu item langka yang telah ditentukan oleh Alchemist dengan mengorbankan item-item yang Anda miliki.
Di sisi kiri bawah layar, terdapat angka persentase Affinity Gauge yang menandai sudah seberapa jauh Kagachi kerasukan roh Daemon. Bar ini akan terus naik turun seiring serangan yang Anda lakukan dan dapatkan dengan jumlah maksimal 200%. Semakin tinggi persentase angkanya, semakin meningkat pula kekuatan serangan Kagachi. Walaupun angka ini menunjukkan peningkatan kekuatan, developer menyematkan satu debuff saat angka telah mencapai 150% atau lebih berupa penurunan atribut pertahanan karakter. Namun, hal ini bisa diatasi andai Anda cukup mahir menghindari serangan lawan. Saat angka sudah mencapai 100% atau lebih, Kagachi bisa mengaktifkan mode Manifest yang mengubah dirinya menjadi lebih kuat. Saat berada dalam kondisi Manifest, Affinity Gauge akan berkurang sampai 0%.
Yang sedikit kami sayangkan adalah variasi musuh yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Bahkan, mini-boss yang Anda temui pun, memiliki varian yang sejenis dengan musuh biasa, hanya ukurannya saja yang sedikit lebih besar. Bahkan untuk boss utamanya sendiri, kami beberapa kali menemukan desain monster yang sama, dengan pola serangan yang serupa pula. Padahal, seharusnya varian musuh bisa menjadi tantangan bagi para pemain untuk mempelajari strategi yang lebih efektif.
Presentation
Visual
Membandingkannya dengan dua karya sebelumnya, terdapat peningkatan yang cukup signifikan dari sisi presentasi visualnya. Model 3D karakternya terasa lebih halus, namun tetap mempertahankan cita rasa klasiknya. Pewarnaan visualnya tampak lebih kaya dan variatif, sehingga terasa nyaman dipandang.
Desain dunianya sendiri terbilang cukup variatif dan tidak monoton, hanya saja beberapa dungeon-nya ukurannya terasa cukup kecil. Bagian yang paling kami kagumi adalah Art Style yang memvisualisasikan para karakternya maupun latar belakang tempat. Setiap goresan dari Oga Takeshi tampak begitu indah mampu menghipnotis mata kami.
Dari sisi performa sendiri, Oninaki tampil cukup stabil Hanya di beberapa titik saja ia mengalami penurunan framerate seperti saat jumlah musuh yang terlalu banyak dalam satu layar atau saat efek visual terlalu ramai saat menggunakan skill tertentu.
Audio
Mayoritas pecinta JRPG pasti setuju bahwa musik adalah elemen yang sangat krusial dalam menghidupkan atmosfer di dalam game itu sendiri. Demi melengkapi nuansa kelam yang diusung, Oninaki menyajikan musik yang terkesan agak murung. Namun, satu hal yang patut kami sayangkan adalah kemunculan musiknya sendiri terhitung jarang dan inkonsisten. Anda akan lebih sering menemukan kondisi sepi tanpa musik sama sekali selama pertarungan atau eksplorasi. Bahkan, efek suara senjata maupun teriakan Kagachi pun, rasanya masih belum mampu menghidupkan suasana. Akibatnya, tidak ada musik yang benar-benar meninggalkan kesan mendalam selama memainkan game ini.
Dari sisi sulih suara, terdapat peningkatan yang cukup signifikan dari I am Setsuna dan Lost Sphear. Untuk beberapa adegan penting yang dikemas dalam Movie Cutscene, dialognya diisikan suara penuh dalam bahasa Jepang. Sayangnya, hal ini tidak berbanding lurus saat percakapan biasa yang terjadi selama permainan, di mana Anda hanya akan mendengar sepatah dua patah kata saja dari tiap dialog. Selain itu, tidak ada opsi untuk sulih suara Bahasa Inggris.
Value
Oninaki hanya menyediakan mode offline Single-player saja, tanpa adanya opsi mode Multiplayer maupun Online Mode. Selama 20 hingga 25 jam waktu permainan, ia memberikan pengalaman yang cukup menyenangkan. Tentu saja waktu yang dibutuhkan tergantung dari tingkat kesulitan dan bagaimana cara Anda memainkannya.
Namun, Oninaki bisa dikategorikan sebagai game linear karena Anda hanya akan difokuskan pada satu misi utama saja dalam satu waktu. Kendati demikian, tentu saja masih ada misi sampingan yang bisa Anda temukan di beberapa titik yang pantas Anda kejar, hanya saja tidak ada penanda yang jelas di mana letak misi sampingan itu bisa Anda ambil.
Conclusions
Oninaki mungkin bukanlah karya terbaik dari developer Tokyo RPG Factory, namun perbedaan tema dan gameplay yang disajikan dari kedua pendahulunya, memberikan pengalaman baru bagi kami. Hal ini kami nilai sebagai bentuk pendewasaan diri agar developer tidak stagnan di zona nyamannya.
Sebagai gamer yang mengikuti sepak terjang sang developer, kami merasa ada peningkatan kualitas dari setiap karya yang mereka hasilkan. Seandainya mereka memutuskan untuk melanjutkan seri Oninaki, kami pun bersedia untuk mendukung penuh atas sekuelnya. Kami meyakini bahwa Tokyo RPG Factory akan menjadi andalan Square Enix untuk proyek-proyek besar di masa depan.
+ Pertarungan yang solid dan intens
+ Varian Daemon mengubah gaya bertarung
+ Cerita yang emosional
+ Visualisasi yang memanjakan mata
+ Art Style yang cantik
+ Konsep dunia yang menarik
+ Eksplorasi bermanfaat
- Waktu loading agak lama
- Kesenjangan antar Daemon
- Varian musuh tidak banyak
- Musik yang inkonsisten
- Tanpa sulih suara Inggris