Balan Wonderworld
Arzest
Balan Company
Square Enix
Bandai Namco
26 Maret 2021
PS4, PS5, Xbox One, Xbox Series, Switch, PC
Platformer
Semua umur
Blu-ray, Cartridge, Digital
14.23 GB
Rp 879.000 (PS4 & PS5)
US$ 59.99 (Switch)
Yuji Naka yang merupakan kreator dari serial Sonic the Hedgehog, kini telah membentuk studio baru bernama Balan Company di bawah kepemimpinan Square Enix. Sebagai proyek pertamanya, ia menciptakan sebuah game 3D Platformer bernama Balan Wonderworld yang sudah mulai dikembangkan sejak tiga tahun yang lalu. Kembali berkolaborasi dengan Character Deisgner Naoto Ohshima sejak proyek Sonic Adventure tahun 1998 silam, apakah game ini mampu menyihir para gamer untuk tersedot masuk ke dalam dunianya?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Game ini mengambil latar tempat di dunia fantasi bernama Balan Theater, sebuah alam magis yang diawasi oleh makhluk misterius berwujud badut kurus dan bertopi bernama Balan. Balan Theater muncul saat hati seseorang kehilangan keseimbangannya untuk menghubungkan dunia realita dan fantasi yang tercipta dari ingatan dan hati.
Leo Craig dan Emma Cole adalah dua anak yang punya masalah di dunia nyata, di mana Leo mengisolasi dirinya dan menghindari kontak sosial karena pertengkaran yang ia alami dengan temannya selama bertahun-tahun, sementara Emma menderita kecemasan berlebih pada pendapat orang lain yang membicarakan dirinya di belakang. Keduanya akhirnya tersedot masuk ke Balan Theater untuk melakukan perjalanan untuk mengembalikan hati mereka seperti semula.
Misteri apa yang menanti Leo dan Emma di Balan Theater?
Temukan jawabannya dengan memainkan Balan Wonderworld!
Gameplay
Balan Wonderworld adalah sebuah game 3D Platformer, di mana Anda berperan sebagai Leo Craig atau Emma Cole. Anda bisa memilih salah satu dari dua protagonis tersebut saat memulai permainan. Tidak masalah siapapun yang Anda pilih, karena keduanya berbagi cerita dan kemampuan yang sama.
Berikut kami bahas aspek gameplay selengkapnya:
Anda memulai permainan di sebuah pulau misterius bernama Isle of Tims yang berisikan makhluk seperti anak ayam. Di tempat yang berfungsi layaknya penghubung ini, Anda bisa memilih level mana yang ingin Anda masuki. Game ini memiliki 12 Chapter yang masing-masingnya terdiri dari 2 level berbeda.
Seperti game platformer pada umumnya, Balan Wonderworld punya konsep dan misi yang sederhana, di mana pada setiap levelnya Anda harus bergerak dari titik awal ke titik akhir, mengumpulkan patung Balan dan kristal warna-warni yang disebut Drops, memecahkan teka-teki sampai akhirnya bertemu dengan pecahan hati di akhir level. Nantinya, kristal-kristal tersebut akan Anda gunakan untuk memberi makan makhluk-makhluk mungil bernama Tim di Isle of Tims.
Selama berpetualang, Anda akan menemukan berbagai rintangan seperti lubang, jurang, lantai beracun hingga monster yang disebut Negati. Salah satu aspek terpenting dalam game ini adalah kostum. Tidak hanya sebagai pakaian yang memberikan kemampuan, kostum juga berperan sebagai nyawa karakter. Apabila karakter Anda jatuh atau terkena serangan musuh, maka kostum yang sedang dikenakan akan hilang sebagai pengganti nyawa atau health bar.
Tombol aksi seperti X, O, Kotak, Segitiga, L2 dan R2 dialokasikan untuk satu aksi yang sama karena game ini hanya punya dua varian aksi, yaitu mengeluarkan kemampuan kostum dan mengganti kostum. Jadi, apabila Anda ingin melompat atau menyerang musuh, Anda harus menemukan/mengganti kostum yang tepat. Sebagai contoh, jika Anda sedang memakai kostum naga, ia bisa mengeluarkan bola api dari mulutnya, tetapi ia tidak akan bisa melompat untul melewati jurang atau lubang. Sementara, apabila Anda menggunakan kostum kelinci, Anda bisa melompat until menggapai titik yang lebih tinggi, tetapi ia tidak bisa menyerang musuh.
Hal ini kami nilai menjadi titik lemah dari gameplay-nya, karena Anda harus sering mengganti kostum setiap kali ingin melakukan suatu aksi yang berbeda. Selain itu, pergantian kostum ini tidak terjadi secara instan karena karakter akan berputar sekitar 1-2 detik sebelum ia berganti kostum.
Anda hanya bisa membawa 3 kostum dalam satu waktu. Apabila slot kostum telah terisi penuh dan Anda menemukan kostum baru, maka Anda harus merelakan kostum paling kanan untuk dibuang dan digantikan oleh kostum baru tersebut. Bahkan, jika Anda mengambil kostum yang sama dengan yang Anda saat itu, ia tetap akan tetap terambil dan menjadi duplikat. Untuk mengatur kostum apa saja yang dibawa, Anda bisa memanggil Dressing Room saat berada di titik checkpoint.
Dengan demikian, apabila Anda tidak membawa kostum yang tepat untuk melewati rintangan tertentu, maka Anda harus kembali ke titik checkpoint untuk mengambil kostum yang cocok. Fitur Adaptive Trigger dari kontroler DualSense PS5 juga diterapkan pada game ini. Akan tetapi, sayangnya, ia hanya berlaku pada beberapa kostum saja dan rasanya tidak terlalu jauh berbeda dengan biasanya.
Di setiap akhir chapter, Anda akan berhadapan dengan boss unik yang menguasai area tersebut. Untuk mengalahkan boss, Anda membutuhkan kostum yang tepat dan mempelajari pola serangan mereka sebelum bisa menyerang balik. Setelah Anda menamatkan game ini, stage ketiga dari tiap chapter baru akan muncul, di mana stage tersebut memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dan menyimpan kostum baru di dalamnya.
Presentation
Visual
Meskipun ditenagai oleh Unreal Engine 4, namun sepertinya sang developer menyia-nyiakan sumber daya tersebut dan tidak bisa memaksimalkan kualitas visualnya. Impresi awal kami saat melihat game ini sebenarnya cukup positif. Dengan dunia fantasi yang penuh warna dan dibumbui oleh karakter yang imut nan menggemaskan, ia terlihat sangat menjanjikan.
Setelah melangkah lebih jauh, kami baru menyadari bahwa ia memiliki kekurangan yang cukup parah. Dua di antaranya adalah pengaturan kamera yang benar-benar menjengkelkan dan animasi gerak karakter yang sangat kaku seperti game PS2. Setiap kali kami menjangkau tempat-tempat yang sempit, kamera sangat tidak bersahabat dan sulit digerakkan, sehingga kami sering kali kehilangan arah di mana karakter kami berada. Kekurangan tersebut juga semakin diperparah dengan kualitas tekstur lingkungan yang terlihat sangat kasar dan tidak menarik sama kali.
Audio
Sebagai game platformer musikal, Balan Wonderworld tentu saja punya kualitas musik yang cukup bagus. Lagu-lagu di dalamnya ditangani oleh Ryo Yamazaki yang sebelumnya pernah menangani musik dalam game Front Mission dan Final Fantasy Crystal Chronicles. Hanya saja, karena varian lagunya terlalu sedikit, Anda akan terus menerus mendengar lagu yang serupa dari level ke level.
Sementara itu, meskipun mendukung hingga 24 bahasa pengantar, sayangnya sulih suara di dalam game ini hanya tersedia dalam Bahasa Jepang saja. Selain karakter badut Balan, semua karakter lainnya terdengar biasa saja dan tidak meninggalkan kesan apapun.
Value
Game ini sama sekali tidak punya sisi menarik dan nilai jual yang pantas untuk Anda tebus dengan harga penuh. Desain level yang tidak inspiratif, mekanisme yang dangkal, cerita yang klise, karakter yang datar, inti permainan yang membosankan, musik yang repetitif dan masih banyak kekurangan lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.
Dengan kualitas yang begitu buruk dan waktu permainan yang relatif singkat, game ini sama sekali tidak pantas dibanderol dengan harga penuh. Daripada membeli game ini dengan harga penuh, lebih baik simpan uang Anda untuk keperluan lain yang lebih mendesak, kecuali Anda memang punya rejeki berlebih yang tidak tahu harus dihabiskan ke mana. Kami menyarankan Anda untuk menunggu hingga game ini didiskon 90% atau bahkan menjadi game gratis PlayStation Plus saja.
Conclusions
Setelah memainkan demonya pada bulan Januari lalu, kami pikir produk finalnya nanti akan jauh lebih baik. Ternyata, perkiraan kami salah besar. Nama besar Yuji Naka sepertinya bukanlah sebuah jaminan akan kualitas dari Balan Wonderworld. Square Enix kembali mengulang kesalahan serupa seperti yang pernah mereka lakukan di game LEFT ALIVE. Satu hal yang masih jadi pertanyaan dalam benak kami adalah “Bagaimana mungkin game berkualitas buruk seperti ini bisa dirilis ke pasaran?”.
Jujur saja, kami sangat menyesal telah membuang-buang waktu untuk memainkan dan mengulas game ini. Dengan harga yang sama atau jauh lebih murah, Anda bisa mendapatkan game bergenre serupa dengan kualitas yang jauh melebihi game ini, seperti Crash Bandicoot 4: It’s About Time atau Spyro: Reignited Trilogy. Game gratis yang telah disuntikkan pada mesin PS5 kalian, seperti Astro’s Playroom, pun masih 100 kali lebih baik daripada game ini. Bahkan, kami merasa game Sonic Forces yang sudah menuai banyak kecaman pun masih lebih baik dari game ini. Satu-satunya nilai positif yang patut kami apresiasi adalah tersedianya pilihan Bahasa Indonesia yang dapat merepresentasikan teks dan menu.
+ Varian kostum cukup banyak
+ Visualisasi penuh warna
+ Dukungan Local Coop
+ Terdapat pilihan Bahasa Indonesia
- Harga setara game AAA
- Mekanisme permainan dangkal
- Desain level tidak inspiratif
- Animasi yang kaku
- Tingkat kesulitan rendah
- Plot cerita klise
- Musik repetitif
- Tanpa Online Multiplayer