Voice of Cards: The Forsaken Maiden
Alim
Square Enix
17 Februari 2022
PS4, Switch, PC
RPG
Remaja
Digital
3 GB
Rp 429.000
Voice of Cards adalah sebuah franchise RPG baru dari Square Enix yang menggunakan kartu sebagai basis utama presentasinya. Pada ulasan kami di game pertamanya dengan subjudul The Isle Dragon Roars, kami sempat menaruh harapan untuk sebuah sekuel atau cerita berbeda di masa depan. Hanya empat bulan berselang, ternyata Square Enix langsung mengabulkannya dengan merilis seri kedua yang berjudul The Forsaken Maiden. Apakah seri kedua ini bisa tampil lebih baik dari pendahulunya?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Game ini mengambil latar tempat di sebuah pulau terpencil yang terletak di lautan biru yang indah dan menjadi tempat para roh leluhur bersemayam. Pulau-pulau ini telah dilindungi selama beberapa generasi oleh Order of Maidens dan para pengawalnya, dengan memperpanjang hidup para arwah untuk menjaga agar pulau mereka tetap terapung.
Salah satu pulau kehilangan seorang Maiden sehingga ditakdirkan untuk hancur. Namun, seorang pemuda bernama Barren menolak untuk membiarkan hal itu terjadi. Barren pun mengajak seorang gadis yang gagal menjadi Maiden bernama Laty dan seorang roh misterius bernama Lac untuk berlayar ke laut demi menguak mitos dan legenda dari pulau tersebut.
Mampukah mereka mencegah kehancuran pulau itu?
Temukan jawabannya dengan memainkan Voice of Cards: The Forsaken Maiden!
Gameplay
Voice of Cards: The Forsaken Maiden masih menceritakan kisah klasik berlatarkan dunia fantasi yang melibatkan pedang dan sihir. Kisah seperti ini mungkin sudah berulang kali disajikan dalam berbagai judul RPG dengan cara yang berbeda-beda. Namun, apa yang membuat game ini terasa unik dan berbeda dari yang lainnya, tak lain adalah seluruh presentasinya yang dibuat di atas kartu, mulai dari karakter, monster, item, dialog, menu, kota hingga dungeon.
Berikut kami bahas aspek gameplay selengkapnya:
Adventure
Game ini punya sudut pandang yang unik, di mana ia menempatkan Anda sebagai orang ketiga yang mendengarkan cerita yang dibacakan oleh The Game Master. Ia akan membacakan seluruh teks yang tampil di layar, mulai dari kalimat penjelasan hingga percakapan. Jadi, secara keseluruhan game ini hanya menghadirkan satu aktor untuk menyulihsuarakan isi cerita.
Game ini menggunakan sistem chapter untuk alur ceritanya. Bisa dibilang ini adalah game JRPG yang cukup linear untuk diikuti. Linear bukan berarti buruk, hanya saja Anda tidak diberi kebebasan untuk bereksplorasi sampai semua area terbuka seluruhnya.
Pada bagian petualangan, Anda akan mengendalikan sebuah avatar yang berbentuk seperti bidak catur. Avatar ini akan berjalan di atas kartu yang tersusun rapi di atas meja untuk membentuk dunianya seperti kota, field atau dungeon. Setiap melangkah menuju kartu yang sudah terbuka, Anda dapat membuka kartu di sebelahnya untuk membuka area selanjutnya. Akan tetapi, tidak semua kartu bisa diinjak oleh avatar, karena ada beberapa kartu khusus yang bertindak layaknya latar belakang semata seperti laut, pegunungan dan sejenisnya. Sementara itu, Anda bisa berinteraksi pada kartu-kartu bergambar khusus seperti peti harta, karakter NPC, kota dan dungeon.
Untungnya, developer menyediakan fitur melompat untuk kartu-kartu yang telah terbuka, sehingga Anda tidak harus melangkah satu per satu untuk mencapai area yang jauh. Hal ini sangat membantu kami untuk memangkas waktu dan jarak sehingga petualangan terasa lebih efisien. Namun, tidak semua tempat bisa Anda lalui menggunakan fitur ini, karena di beberapa dungeon yang gelap atau berkabut, fungsi melompat ini akan dinonaktifkan, sehingga mau tidak mau, Anda harus melangkah perlahan.
Seperti mayoritas game RPG, saat berada di kota, Anda bisa mengunjungi berbagai toko yang menjual item, senjata, armor hingga beristirahat di penginapan untuk memulihkan stamina karakter. Selama eksplorasi berlangsung, Anda akan kerap kali menemui event acak yang melibatkan para NPC. Terkadang mereka memberikan hadiah yang berguna, namun tidak menutup kemungkinan Anda justru terjebak dalam sebuah pertarungan yang tidak Anda inginkan. Selain itu, Anda juga bisa menjalani beberapa misi sampingan yang tidak jarang memberikan hadiah berupa uang dan item.
Di beberapa kesempatan, sering kali Anda terlibat dalam percakapan yang meminta Anda untuk memilih jawaban yang tersedia. Sebagai pemain, terkadang kita akan sulit memilih opsi yang tepat untuk mendapatkan hasil yang kita harapkan. Untungnya, developer menyediakan fitur mengintip kartu jawaban dengan menahan tombol X beberapa detik, sehingga Anda bisa mendapatkan gambaran seperti apa jawaban yang akan dilontarkan.
Secara garis besar, game ini menghadirkan formula JRPG klasik yang mengizinkan Anda untuk melakukan eksplorasi, berkelana dari satu kota ke kota lainnya, menjelajahi dungeon, melawan monster, membuka peti harta, menyelesaikan side quest dan lain-lain.
Battle
Pada sebuah game JRPG, biasanya sesi pertarungan adalah bagian yang paling menarik untuk dimainkan, tak terkecuali game ini. Di sini, pertemuan dengan musuh akan terjadi secara acak, baik di ketika Anda berjalan di field maupun dungeon. Ketika kartu bertuliskan “An Enemy Appears!” muncul, Anda akan dibawa menuju ke meja pertempuran.
Pertarungannya sendiri menggunakan sistem Turn-based. Berbeda dengan The Isle Dragon Roars yang membatasi tim Anda hanya sampai tiga orang, di game ini Anda diizinkan membawa hingga empat orang dalam satu pertarungan. Sementara karakter yang tidak aktif akan berada di belakang layar. Karakter yang tidak terlibat dalam pertarungan tetap akan mendapatkan jatah experience untuk naik level.
Pada kartu tim Anda dan musuh, terdapat tiga atribut angka yang tercantum pada kartunya. Angka di tengah yang berada di lingkaran merah adalah Health Point (HP), lalu angka di kiri bergambar pedang menandakan Attack, sementara angka di sebelah kanan bergambar tameng adalah Defense. Satu atribut lainnya yang tidak diperlihatkan adalah Speed, yang menentukan giliran menyerang.
Setiap karakter punya empat slot perintah yang bisa Anda modifikasi sesuai selera melalui Party Menu. Masing-masing dari mereka minimal dibekali satu jenis serangan dasar yang tidak memerlukan permata. Saat giliran karakter tiba, Anda bisa memberikan perintah pada mereka untuk melancarkan serangan, skill, menggunakan item atau “Charge” untuk melewatkan gilirannya tanpa melakukan apapun, namun tetap menghasilkan permata.
Di pojok kiri atas, terdapat permata yang berfungsi layaknya Magic Point (MP). Permata ini akan terkonsumsi ketika karakter Anda melancarkan skill seperti skill menyerang, serangan sihir, heal, buff atau debuff. Jumlah permata yang terkonsumsi sendiri pun bervariasi, ada yang hanya butuh satu permata, ada juga yang sampai butuh tiga permata sekaligus dalam satu serangan. Normalnya, permata-permata ini akan bertambah satu buah setiap karakter Anda mendapatkan gilirannya. Namun, ada juga skill khusus yang bisa mendatangkan beberapa permata sekaligus.
Uniknya, ada beberapa skill yang mengharuskan Anda untuk melemparkan dadu, baik itu untuk meningkatkan daya serang maupun memberikan efek status pada musuh seperti Poison, Paralyzed, Frozen dan lain-lain. Hal ini membuat permainan semakin menarik karena faktor keberuntungan juga menentukan kemenangan Anda. Setiap kenaikan level, karakter akan mendapatkan tambahan atribut dan sesekali memperoleh skill baru yang bisa digunakan dalam pertarungan.
Presentation
Visual
Masih sama dengan pendahulunya, presentasi game ini yang secara keseluruhan ditampilkan di atas kartu bergambar yang tersusun rapi di atas meja, baik itu karakter, monster, NPC, item, dialog hingga tempat-tempat seperti kota, field dan dungeon. Hal inilah yang membuat Voice of Cards terasa sangat unik dan punya identitasnya sendiri dibanding game JRPG lainnya.
Salah satu yang patut kami acungi jempol adalah gaya visualnya yang begitu cantik menggambarkan setiap elemen dalam game. Anda akan merasakan atmosfer NieR pada setiap subjek atau objek yang tergambar di dalam kartu. Meskipun gambar-gambarnya sendiri statis, namun kartu-kartu ini sendiri memiliki beberapa animasi gerak yang membuat permainan terasa lebih dinamis, terutama saat pertarungan.
Audio
Yoko Taro dan Keiichi Okabe kembali bekerjasama untuk menghasilkan soundtrack dalam game ini. Musik dalam game ini sebenarnya cukup bagus, hanya saja kami lebih menyukai musik dari game pertamanya yang lebih mengena di telinga kami. Pengisi suara The Game Master di game kedua ini juga berbeda dari game pertamanya, di mana kali ini giliran Mark Atherlay yang bertugas menyampaikan keseluruhan cerita secara lisan. Menurut kami pribadi, pembawaan GM dari seri pertamanya jauh lebih enak didengar karena intonasinya yang benar-benar cocok mendongengkan cerita.
Value
Diposisikan sebagai game kedua, apakah perlu memainkan Voice of Cards: The Isle Dragon Roars agar bisa menikmati game ini? Jawabannya adalah tidak perlu, karena masing-masing dari seri Voice of Cards berdiri sendiri sehingga Anda bisa menikmati keduanya secara mandiri tanpa keterikatan satu sama lain. Namun, jika Anda sudah memainkan game pertamanya, tentunya akan sangat menyenangkan ketika Anda menemukan koneksi dalam game kedua ini.
Conclusions
Hadir hanya beberapa bulan dari pendahulunya, Voice of Cards: The Forsaken Maiden tentu saja memikul beban lebih berat untuk bisa tampil lebih baik. Secara gameplay, game ini benar-benar hampir mirip satu sama lain. Sejujurnya, kami masih sedikit lebih menyukai The Isle Dragon Roars dari segi cerita, karakter, musik dan yang paling utama adalah cara penyampaian Sang Game Master. Namun, terlepas dari pendapat pribadi kami, The Forsaken Maiden tetaplah game yang menawan dan bisa Anda nikmati di kala waktu luang.
+ Cerita yang menarik
+ Gameplay yang mudah dipahami
+ Desain karakter keren
+ Bisa membawa 4 karakter dalam pertarungan
+ Atmosfer yang menenangkan
+ Narator baru
+ Berdiri sendiri tanpa terikat seri sebelumnya
- Pembawaan narasi tidak senyaman pendahulunya
- Tidak banyak improvisasi dari game sebelumnya
- Hanya Barren yang bisa upgrade senjata