Soulstice
Reply Game Studios
Modus Games
20 September 2022
PS5, Xbox Series
Action, Hack and Slash
Dewasa
Blu-ray, Digital
22 GB
US$39.99
Di era 2000an, genre Hard-Stylish Action Hack and Slash begitu menjamur dan banyak variasinya. Namun, setelah melewati dua dekade, hanya beberapa judul saja yang mampu bertahan di tengah persaingan yang begitu ketat, seperti Devil May Cry dan Bayonetta.
Reply Game Studios, sebuah studio yang bermarkas di negeri pizza, bekerja sama dengan Modus Games untuk menciptakan game yang terinspirasi dari Devil May Cry dan diberi judul diberi judul Soulstice. Meskipun mengusung kata “Souls” pada judulnya, namun game ini tidak mengusung genre Soulslike yang saat ini tengah digandrungi para gamer.
Apakah Soulstice bisa mengembalikan popularitas Hack and Slash yang mulai memudar?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Pada suatu hari, terdapat sebuah Kerajaan Suci bernama Keidas yang keseimbangannya sedang terganggu ketika diserang oleh makhluk buas yang dikenal sebagai Wraiths. Tidak hanya merusak, Wraith bahkan dapat merasuki tubuh lawannya hingga membuatnya berubah menjadi monster yang tak segan-segan untuk memangsa rakyat jelata. Satu-satunya yang bisa melindungi umat manusia saat ini adalah Chimera, prajurit hibrida yang lahir dari penyatuan dua jiwa.
Briar dan Lute adalah dua saudari perempuan yang dilahirkan kembali sebagai Chimera. Berkat proses transformasi, Briar dianugerahi kekuatan dan ketahanan yang setingkat manusia super. Sementara Lute yang dikorbankan untuk mengikat jiwanya pada Briar, telah menjadi hantu dengan kekuatan mistis. Briar dan Lute ditugaskan sebuah misi untuk merebut kembali kota di reruntuhan yang telah dirusak oleh para Wraiths.
Siapakah dalang di balik semua peristiwa ini?
Temukan jawabannya dengan memainkan Soulstice!
Gameplay
Dalam game ini, Anda akan mengikuti kisah sepasang saudari kembar bernama Briar dan Lute yang sedang berada dalam misi untuk bergabung dengan rekan-rekannya demi menutup celah yang membuat para Wraith bisa menyusup masuk ke Kerajaan Suci Keidas.
Briar dan Lute bukanlah manusia biasa. Mereka adalah Chimera, entitas yang diciptakan dengan menyatukan dua jiwa dan menghasilkan dua bagian, yaitu manusia super dan roh. Briar mendapatkan tubuh fisik yang begitu sempurna bagaikan manusia super, sementara Lute harus rela menjadi roh yang mendampingi Briar. Dengan bersenjatakan pedang besar seperti Cloud Strife, Briar adalah karakter yang akan Anda kendalikan di sepanjang permainan. Sifat Briar yang tempramental akan diimbangi oleh Lute yang selalu bisa menjadi penenang di segala situasi.
Berikut kami bahas aspek gameplay selengkapnya:
Difficulty
Sebelum memulai permainan, Anda diizinkan untuk memilih satu dari lima tingkat kesulitan yang tersedia, yaitu Human, Initiate, Knight, Chimera dan yang paling susah adalah Transcended. Menurut kami, tingkat kesulitan Human adalah pilihan yang paling bijak jika Anda merupakan seorang pendatang baru dan hanya ingin menikmati ceritanya tanpa perlu takut untuk sering mati.
Kami sendiri memilih tingkat kesulitan Initiate yang setara dengan Normal karena kami punya pengalaman yang cukup dari serial Devil May Cry dan Bayonetta. Jika Anda cukup percaya diri dengan kemampuan Anda di game-game sejenis ini, sah-sah saja jika Anda ingin langsung mencicipi tingkat tersulit seperti Transcended.
Exploration
Sebagian besar sesi permainan Anda akan dihiasi oleh aksi eksplorasi dan pertarungan. Saat melakukan eksplorasi, sudut pandang kamera sering kali dibuat statis seperti game Side-scrolling, namun kamera akan berubah menjadi dinamis saat Anda masuk ke bagian pertarungan. Memang butuh beberapa saat untuk beradaptasi dengan sistem ini, tetapi desain level termasuk cemerlang karena penempatan item tersembunyi dan lokasi teka-tekinya membuat Anda tertantang untuk menjelajahi hingga pelosok level.
Perkenalan game ini dimulai dengan sesi pertarungan yang mengingatkan kami dengan Bayonetta. Setelah memainkannya cukup jauh, kami merasa game ini punya struktur permainan yang sangat mirip dengan Devil May Cry. Ia menggunakan sistem chapter yang agak linear.
Kami merasa ia banyak punya kemiripan dengan DMC, mulai dari sesi platforming yang mengharuskan Anda melompat-lompat kecil untuk meraih pijakan, mencari item pemulih dan sumber daya yang nantinya bisa digunakan untuk upgrade Skill Tree.
Combat
Briar adalah karakter utama Anda, sementara Lute akan berperan sebagai pendukung yang sesekali akan membantu Anda dalam pertarungan. Kontrol dalam game ini dibuat agak mirip dengan Devil May Cry, sehingga kami bisa beradaptasi dengan cepat. Tombol segitiga diperuntukkan untuk serangan pedang, sementara tombol kotak dialokasikan untuk senjata kedua. Tombol X dikhususkan untuk melompat dan tombol lingkaran adalah khusus untuk aksi si kembaran, Lute.
Anda dapat merangkai serangan kombo dengan menggabungkan antara tombol segitiga dan kotak. Anda juga bisa mengombinasikan rangkaian kombo, baik di darat maupun udara. Jumlah kombo yang Anda hasilkan akan dihitung dan dikonversi menjadi skor yang nantinya berimplikasi pada predikat yang Anda dapatkan.
Sepanjang permainan, Briar akan memperoleh beberapa jenis senjata sekunder seperti busur panah dan tinju. Setiap jenis senjata ini punya kombo dan skill yang berbeda-beda, tergantung dari Skill Tree yang Anda buka. Sementara, Lute sendiri akan terfokus pada serangan jarak jauh dan menjadi tameng Anda.
Terlepas dari banyaknya kemiripan dengan serial Devil May Cry, ciri khas Soulstice justru terletak pada eksistensi Lute. Keberadaannya mirip dengan Atreus di God of War, di mana ia akan dikendalikan oleh AI untuk membantu Anda dalam pertarungan.
Terkadang Anda diminta untuk menekan tombol lingkaran saat musuh akan menyerang Briar yang membuat Lute dapat mencegah masuknya serangan tersebut dengan cara membekukannya. Dengan demikian, Anda jadi punya waktu untuk menyelesaikan kombo sebelum beralih ke musuh yang telah dibekukan sebelumnya.
Soulstice menghadirkan banyak jenis musuh dan setiap pertemuan menawarkan sesuatu yang baru bagi para pemain, seperti strategi alternatif untuk mengalahkan mereka. Salah satu contohnya adalah Spawn of Chaos yang merupakan pasukan licik dan melemparkan apa saja pada Anda, mulai dari pakan ternak hingga Wraith yang kuat.
Jenis musuh yang paling menyebalkan menurut kami adalah makhluk yang kesurupan dalam jumlah besar karena mereka hanya bisa dilukai ketika Lute membuat Evocation Field saja. Oleh karena itu, Anda harus secara cepat dan jeli memanfaatkan bidang evokasi ini karena jika terlalu lama, ia akan pecah dan tidak dapat diakses sementara waktu.
Presentation
Visual
Bicara soal visual, Soulstice meninggalkan kesan yang campur aduk bagi kami. Pertama, tema fantasi gelap dan horor gothic yang dibawakannya memang sering kali terkesan mencolok. Namun, presentasinya terkadang tertahan oleh tekstur visual yang terlihat sangat dasar sehingga tidak bisa memancarkan nuansa gothic-nya.
Kedua, desain lingkungan dan musuh yang dihadirkan kerap kali tampak repetitif dan monoton sehingga Anda akan cepat merasa bosan melihat sekeliling. Namun, terlepas dari hal tersebut, desain boss nya masih patut diapresiasi karena beberapa di antaranya memang tampak menakutkan dan intimidatif.
Ketiga, palet warna yang digunakan untuk presentasinya menurut kami agak kurang bervariasi. Latar belakang abu-abu gelap dan suram sering kali berbenturan dengan desain musuh yang punya warna serupa sehingga terkadang sulit untuk melacak keberadaan musuh di tengah pertarungan yang intens.
Terakhir, yang menambah kesengsaraan kami adalah pergerakan animasi yang tampak kaku dan canggung di beberapa aksi, terutama saat Briar melakukan transisi antar skill. Hal ini tentu saja sedikit mencederai pengalaman bermain Anda mengingat tempo permainan berlangsung sangat cepat dan membutuhkan transisi yang mulus.
Audio
Sulit untuk mendeskripsikan kualitas audio dalam game ini. Saat eksplorasi berlangsung, melodi yang mengalun terdengar sangat lambat dan tenang, namun ia bisa tiba-tiba berubah menjadi lagu rock bernada berat saat Anda memasuki sesi peratrungan.
Dari sisi sulih suara, Briar dan Lute diisikan oleh orang yang sama, yaitu Stefanie Joosten. Namun, kami merasa perannya pada Lute terasa jauh lebih superior dan sangat menjiwai ketimbang Briar. Sementara di sisi efek suara, ayunan senjata yang dilepaskan Briar terdengar cukup seru, namun tidak sampai dibilang istimewa, sementara dari lingkungannya juga terdengar biasa saja seperti hanya melengkapi atmosfer saja.
Value
Harus kami akui bahwa Soulstice punya awalan yang lemah, lambat, suram dan membosankan, sehingga mungkin saja Anda akan langsung meninggalkannya setelah satu jam pertama. Permainan justru baru mulai terasa seru dan menyenangkan setelah Anda mencapai pertengahan cerita, setelah Briar punya variasi senjata-senjata baru dengan boss yang lebih menantang. Padahal, seharusnya impresi awal sebuah game seharusnya menjadi unsur yang paling krusial karena hal itulah yang menentukan apakah pemain tetap bisa bertahan untuk melanjutkan permainan atau tidak.
Conclusions
Secara keseluruhan, Soulstice adalah game Action Hack and Slash yang bisa memuaskan para penggemarnya, khususnya bagi mereka yang tergila-gila dengan Devil May Cry. Sayangnya, game ini masih jauh dari kata sempurna karena memiliki kekurangan di beberapa bagian seperti kamera dan desain tekstur yang perlu dibenahi oleh sang developer. Kualitas visualnya memang tidak bisa dibilang istimewa untuk ukuran game Next-Gen, namun untungnya, ia masih tertolong berkat mekanisme permainannya yang digarap dengan baik sehingga kami bisa tetap bertahan memainkannya.
+ Aksi pertarungan yang menyenangkan
+ Pertarungan boss epik
+ Serunya merangkai kombo di darat dan udara
+ Desain karakter cukup keren
+ Variasi senjata Briar
+ Peran Lute yang sangat krusial
+ Sulih suara menjiwai
+ Lima opsi tingkat kesulitan
- Cara penyampaian cerita kurang menarik
- Pacing bermasalah
- Penataan kamera kurang ramah
- Desain monster monoton
- Butuh lebih banyak variasi lingkungan
- Palet warna yang monoton
- Transisi animasi masih kikuk