No Place for Bravery
Glitch Factory
Ysbryd Games
22 September 2022
Switch, PC
Action, Soulslike
Dewasa
Digital
3.3 GB
US$ 39.99
Saat ini sudah tak terhitung lagi berapa banyak game yang meniru formula Soulslike, mulai dari yang 3D, 2D hingga yang bergaya retro sekalipun. Hal ini mau tak mau dilakukan oleh para developer untuk memenuhi permintaan pasar yang memang sedang tergila-gila oleh genre ini dalam satu dekade terakhir, apalagi setelah Elden Ring mengguncang dunia awal tahun ini. Sebagai bentuk kontribusinya terhadap industri video game, Ysbyrd Games dan Glitch Factory akhirnya meracik berformula serupa yang mereka beri judul No Place for Bravery.
Apa yang membuat game ini berbeda dari game Soulslike pada umumnya?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Pada suatu hari, hiduplah seorang pensiunan prajurit bernama Thorn yang memiliki seorang istri bernama Rosa dan anak perempuan bernama Leaf. Di tengah perjalanannya bersama sang putri, Thorn harus kehilangan sang putri karena diculik oleh penyihir misterius. Tak tinggal diam, Thorn pun terus berupaya melakukan pencarian terhadap anaknya.
Di tengah pencarian yang tak kunjung usai, Thorn pun bertemu dengan anak laki-laki bernama Phid, yang akhirnya ia adopsi. Sepuluh tahun tak mendapatkan titik terang atas Leaf, Rosa yang sudah tidak tahan dengan Thorn, memutuskan untuk meninggalkannya. Namun, hal tersebut tidak memadamkan semangat Thorn untuk terus mencari Leaf bersama Phid. Hal ini ia lakukan demi rasa tanggungjawabnya sebagai seorang ayah.
Apakah Thorn dapat kembali bertemu dengan putrinya?
Temukan jawabannya dengan memainkan No Place for Bravery!
Gameplay
No Place for Bravery akan menempatkan Anda sebagai Thorn, seorang prajurit misterius dengan masa lalu kelam yang hidup di dunia yang sedang dilanda konflik politik secara berkelanjutan. Di sesi awal permainan, diceritakan bahwa Thorn kehilangan putrinya, Leaf, karena diculik oleh penyihir misterius sampai akhirnya waktu maju ke sepuluh tahun ke depan.
Sebelum memulai permainan, Anda akan diminta memilih satu dari tiga tingkat kesulitan yang tersedia. Kami sendiri memilih tingkat kesulitan “No Place for Bravery” agar sedikit menantang, namun masih memungkinkan untuk ditaklukkan.
Berikut kami bahas aspek gameplay selengkapnya:
Adventure
Menggunakan sudut pandang kamera Top-Down, Anda akan melihat petualangan Thorn dari atas. Anda akan berpetualang dari satu titik ke titik selanjutnya, bertemu dengan musuh, bertarung, kemudian bertemu dengan titik Checkpoint sampai akhirnya berhadapan dengan boss. Dunia dalam game ini terbilang cukup kaya akan lore cerita jika Anda menjelajahi dan membaca semua dokumen yang Anda temukan.
Sepanjang permainan, game ini akan terus mengekspos kesedihan Thorn akan penderitaan Thorn atas kehilangan Leaf. Kesedihan Thorn benar-benar digambarkan dengan sangat baik. Jika Anda adalah seorang ayah, Anda pasti bisa turut merasakan kisah tragis yang dilalui Thorn. Ketika emosinya sedang tak terkendali, Thorn kerap kali menggunakan kekerasan sebagai jalan pintas untuk menyelesaikan masalah.
Pada sesi eksplorasinya, game ini menyisipkan sedikit elemen Platforming yang sebenarnya cukup sederhana. Bukan melompat atau memanjat, Anda hanya perlu melakukan Dash dari satu platform ke platform terdekat yang dipisahkan oleh jurang untuk berpindah tempat. Namun, yang membuat kami agak sedikit frustasi adalah ketika Anda sedang melakukan sesi platforming ini, sering kali ada musuh di seberang yang melemparkan anak panah untuk memecah konsenstrasi.
Di satu sisi, hal ini memang sengaja dilakukan untuk menambah tantangan, akan tetapi jika Anda terkena panah di tengah-tengah, maka karakter Anda akan jatuh ke jurang dan kembali ke titik sebelumnya. Hal ini semakin diperparah ketika nantinya Anda juga akan bertemu dengan tipe musuh yang bisa berteleportasi di bagian ini. Mereka bisa muncul di mana saja dan kapan saja untuk mengganggu perjalanan Anda.
Combat
Sepanjang petualangan Anda, cepat atau lambat pastinya Anda tidak akan bisa menghindari sesi pertarungan karena game ini menitikberatkan pada elemen kekerasan. Sistem pertarungan game ini sedikit banyak mengadopsi mekanik ala Soulslike dan Sekiro.
Thorn memiliki parameter Health, Defense dan Stamina yang terletak di bawah kiri layar. Health Bar tidak perlu kami jelaskan secara mendetail karena pastinya Anda sudah tahu apa fungsi dari bar tersebut. Lalu, ada Defense Bar yang menjadi indikator pertahanan karakter Anda. Apabila Anda menangkis serangan musuh, bar ini akan berkurang sedikit demi sedikit. Dan jika terkuras habis, maka karakter Anda akan masuk ke kondisi Stun. Terakhir ada Stamina Bar yang membatasi pergerakan Anda seperti menyerang dan menghindar.
Musuh Anda juga punya dua bar, yaitu Health dan Defense, namun tanpa Stamina. Di sinilah game ini terasa mirip dengan Sekiro karena Anda diberikan opsi strategi untuk melakukan Parry, yang mana dapat menguras Defense musuh sampai akhirnya mereka masuk ke kondisi Stun. Jika sudah berada dalam kondisi ini, Anda bisa mengeksekusinya dalam satu serangan pamungkas untuk menceraiberaikan bagian tubuhnya dengan menahan tombol A.
Strategi di atas juga bisa Anda terapkan pada musuh boss, namun tentu saja jumlah barnya jauh lebih panjang. Karakter boss yang kehilangan Defense Bar akan pusing sementara tanpa pertahanan dan bisa diserang secara membabibuta, sebelum akhirnya mereka kehilangan Health Bar nya dan bisa dieksekusi.
Thorn dibekali senjata pertama berupa pedang. Seiring berjalannya permainan, Anda akan mendapatkan beragam jenis senjata lainnya seperti palu, yang bisa digonta-ganti dengan pedang. Setiap senjata punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, mulai dari kecepatan serangan, efektivitas daya rusak hingga jumlah kombo yang dilepaskan. Selain senjata jarak dekat, Anda juga bisa melemparkan senjata lempar seperti racun atau pisau untuk melukai musuh.
Ada cukup banyak variasi musuh dalam game ini yang membuat pertarungan kian menarik. Masing-masing memiliki tampilan dan pola serangan yang berbeda, sehingga membutuhkan taktik yang berbeda pula untuk menaklukkannya.
Presentation
Visual
Presentasi visual game ini menggunakan gaya Pixel-art yang saat ini sering kali diadopsi oleh para developer indie. Gaya visual seperti ini sering kali membawa kami bernostalgia akan game-game di era SNES dan SEGA Genesis tiga dekade silam. Berkat kemajuan teknologi yang kini sudah lebih berkembang, gaya pixel-art ini bisa tampil lebih berwarna dan mendetail. Variasi lingkungannya juga cukup banyak, seperti hutan, gunung es, kastil dan lain-lain.
Yang menjadi sorotan utama dari visualnya, tentu saja terletak pada elemen gore yang ditawarkan. Meskipun dibalut dalam gaya pixel-art, namun kesan sadis dari setiap aksi Thorn sangat terasa. Potongan tubuh dan ceceran darah akan kerap kali menghiasi layar Anda. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa hardware Nintendo Switch sudah mulai terasa uzur di tahun 2022 ini. Pasalnya, meskipun presentasi visual yang dihadirkan menggunakan gaya pixel-art, namun kami kerap kali merasakan penurunan framerate, terutama pada saat bertempur.
Audio
Game ini sebenarnya punya soundtrack yang memukau dan cukup menonjol untuk ukuran game indie, namun pengalaman yang kami dapatkan tidak terlalu menyenangkan soal ini karena sepanjang permainan suasana lebih sering terasa hening tanpa musik, lalu tiba-tiba saja musik bersenandung setelah lama hening.
Sementara, dari efek suaranya, game ini punya masalah inkonsistensi, terutama saat pertempuran. Ketika Anda melakukan aksi seperti menyerang atau menghindar, sinkronisasi audio sering kali tidak sesuai dengan apa yang dilakukan Thorn. Awalnya kami tidak terlalu menyadari hal ini, akan tetapi setelah menghadapi musuh dalam jumlah, ini mulai menjadi masalah karena Anda jadi tidak tahu apakah tindakan yang Anda lakukan sudah benar atau belum.
Value
Bermain game selalu soal tentang mencari kepuasan virtual yang tidak bisa kita dapatkan dari dunia nyata. No Place for Bravery berhasil memenuhi hal tersebut dari sisi cerita dan gameplay, karena ceritanya benar-benar menyentuh, terutama jika Anda adalah seorang Ayah. Gameplay-nya pun digarap sangat baik sehingga terus terasa menyegarkan dengan varian senjata, musuh dan strategi dari satu area ke area lainnya.
Sayangnya, hal di atas tidak berlaku dari sisi presentasi yang penuh dengan permasalahan teknis, seperti turunnya performa framerate meskipun sudah memainkannya dalam mode Docked, lalu efek suara yang sering kali tidak sinkron dengan aksi yang ditampilkan di layar hingga musik yang hilang dan muncul tanpa permisi.
Conclusions
No Place for Bravery sedikit banyak mengejutkan kami dari berbagai aspek yang dihadirkan, terutama dari sisi cerita. Awalnya, kami berpikir bahwa game ini hanyalah game aksi yang mengharuskan Anda menebas musuh sebanyak-banyaknya tanpa perlu berpikir panjang. Namun, setelah memainkannya lebih jauh, ceritanya begitu menohok dan menyentuh kami yang juga sudah menjadi figur seorang ayah.
Sepanjang permainan, narasi ceritanya ditulis dengan baik sampai melekat di otak kami. Terlepas dari masalah teknis yang disebabkan oleh keterbatasan hardware Nintendo Switch, game ini sebenarnya cukup seru untuk mendapatkan sensasi Soulslike sekaligus memuaskan hasrat Anda menebas lawan. Selain Switch dan PC, seharusnya game ini juga dirilis bisa dirilis ke PlayStation dan Xbox agar bisa menjangkau lebih banyak pemain.
+ Cerita yang menyentuh
+ Penyampaian narasi menarik diikuti
+ Sistem pertarungan yang sederhana, namun efektif
+ Bisa Parry ala Sekiro
+ Pertarungan boss cukup menantang
+ Presentasi Pixel-art yang bagus
+ Variasi musuh banyak
+ Tiga opsi tingkat kesulitan
- Terjadinya penurunan framerate saat bertempur
- Inkonsistensi kemunculan soundtrack
- Efek suara sering tidak sinkron dengan tindakan
- Tanpa sulih suara
- Sesi platforming menyebalkan