Atomic Heart
Mundfish
Focus Home Entertainment
21 Februari 2023
PS4, PS5, Xbox One, Xbox Series, PC
First-person Shooter
Dewasa
Blu-ray, Digital
42 GB
Rp 999.000 (Standard)
Rp 1.399.000 (Gold)
Rp 1.579.000 (Premium)
Vault 101, Rapture, Dunwall dan Columbia adalah empat wilayah legendaris yang menjadi inspirasi developer Mundifsh meracik game perdana mereka yang berjudul Atomic Heart. Game ini mengisahkan tentang dunia alternatif Uni Soviet tahun 1955, yang sedang membangun teknologi kecerdasan buatan “Kollektiv 1.0”, mengoptimalkan para robot agar dapat membantu pekerjaan para manusia setelah pasca Perang Dunia II, dimana mereka menang atas pihak lawan.
Dengan ide dan konsep semenarik itu, apakah game ini bisa dieksekusi dengan baik oleh sang developer?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Anda akan berperan sebagai Major Sergey Nechayev yang dipanggil dengan sebutan Agent P-3, yang ditugaskan oleh ilmuwan pencipta Kollektiv 1.0, Dr. Dmitry Sechenov ke Facility 3826, untuk membantunya dalam rangka peluncuran THOUGHT neuroconnector, sebuah alat yang ditanamkan ke otak manusia, agar mempermudah mereka berinteraksi dengan para robot.
THOUGHT ini akan dihubungkan dengan Kollektiv versi 2.0, dengan tujuan untuk para manusia dapat lebih mudah menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Namun diluar dugaan, para robot Facility 3826 telah memberontak dan membunuh sebagian besar penduduknya tanpa sebab. Dr. Sechenov menyuruh kita (P-3) untuk menyelidikinya dan menangkap pelaku yang bertanggung jawab atas kekacauan ini. Beliau menjelaskan bahwa kepala proyek Kolektiv 2.0 adalah Viktor Petrov, yang membuat para robot menjadi tidak bersahabat dan menyerang para manusia, dan harus ditangkap secepatnya untuk menyelesaikan masalah ini.
Dalam perjalanan, P-3 ditemani oleh asisten AI bernama Charles, yang menjelaskan segala sesuatu mengenai Facility 3826, terhubung melalui purwa rupa THOUGHT yang berbentuk sarung tangan emas. Entah mengapa developer Mundfish membuat karakter P-3 cukup menyebalkan, berkelakuan seperti seorang remaja SMA yang merasa tahu segala hal. Dia sering sekali berkata kasar, mengeluh, menghina dan mengejek Charles, dan merasa terganggu setiap kali Charles memberitahu sesuatu kepadanya.
Mungkin developer Mundfish ingin membuat karakter game yang lebih berbau kebarat-baratan, agar lebih digemari dengan gamer generasi saat ini. Dan juga dengan suasana game yang cukup mencekam dan tegang agar menjadi lebih relax, namun sepanjang permainan game hal ini sangat mengganggu pengalaman bermain dan terasa tidak tepat sasaran.
Gameplay
Bicara soal gameplay, menurut kami ini adalah aspek yang paling mengecewakan. Dimulai dengan jarak pandang yang sempit dan tidak dapat diubah, sehingga saat eksplorasi ruangan-ruangan di Facility 3826 terasa sesak. Saat Anda membidik senjata, susah untuk melihat musuh sekitar, jadi lebih baik menembak dengan hip fire agar kalian dapat bergerak lebih leluasa.
Anda diberikan kemampuan dodge untuk menghindari serangan para musuh yang cukup agresif, khususnya saat sedang melawan para boss. Namun dengan jarak pandang yang sempit, sering kali setelah menghindar, kami justru tidak dapat melihat lokasi musuh yang berada di samping atau belakang untuk segera menyerang balik. Saat terkena serangan musuh pun, karakter kita akan oleng dengan animasi yang cukup lama, membuat pertarungan melawan para musuh terasa menyusahkan dan mengganggu.
Sarung tangan kita memiliki kemampuan untuk mengambil loot dari mayat musuh, laci lemari, peti kemas dan lainnya. Dan juga dapat menggunakan skill-skill seperti listrik, semburan es, kinesis dan lain-lain. Hal ini sangat membantu saat sedang bertarung melawan musuh, namun sayangnya tidak berguna saat melawan para boss.
Titik objektif misi pun terkadang tidak terlihat, sehingga seringkali kami bingung dan harus berpindah ruangan terdahulu agar tujuan berikutnya tampil dengan jelas. Tidak ada tombol untuk membaca objektif misi seperti layaknya game sejenis. Di samping itu, banyak pula teka-teki yang harus Anda selesaikan antara dengan ketepatan waktu atau logika. Untuk awal permainan terasa seru dan menantang, namun setelah beberapa jam terasa membosankan dan repetitif.
Saat mencapai dunia luar, Anda akan melihat Facility 3826 dihuni oleh para robot-robot yang berkeliaran dan langsung menyerang Anda saat mendeteksi keberadaan Anda. Jika Anda berhasil mengalahkan robot-robot dan kamera tersebut, maka akan datang para robot-robot kecil dengan baling-baling helikopter datang untuk memperbaiki bangkai robot dan kamera tersebut, membuat pertarungan sebelumnya terasa sia-sia, karena keterbatasan peluru dan jarak tempuh dari satu area ke area lainnya penuh dengan musuh robot sehingga lebih baik Anda lari menghindari serangan para robot ke tujuan berikut dengan secepatnya.
Anda dapat mengontrol beberapa kamera dengan menemukan tower, untuk membuka gerbang atau akses ke area yang sebelumnya tidak dapat kita lalui. Namun peta open-world-nya sendiri sangat minim informasi, dan saat diperbesar, posisinya tidak terlalu jauh sehingga Anda tetap kebingungan membaca lokasi kita dan lainnya.
Seperti BioShock, Anda dapet mengakses sebuah mesin di beberapa lokasi tertentu untuk memperkuat senjata, membuka skill-skill baru, dan mengatur item-item di inventory kita. Namun, mesin-mesin ini memiliki operating system (OS) bersuara, dan salah satu OS tersebut memiliki dialog-dialog yang cukup nyeleneh dan berbau dewasa, membuat P-3 menjadi kesal setiap bertemu dengannya.
Presentation
Visual
Dari sisi visual, Atomic Heart sebenarnya memliki pemandangan yang indah saat pertama kali kita memulai game. Facility 3826 dipenuhi oleh gedung-gedung indah dan hiasan berwarna dengan detil yang cukup bagus. Saat menjelajahi tiap ruangan, desain interiornya mengingatkan kita pada suasana tahun 1950a.
Saat berada di dunia terbuka, lokasi-lokasi terlihat penuh dengan pemandangan danau, bukit, jalanan dan perumahan yang dapat kalian pandang sejauh penglihatan mata. Namun, untuk desain para karakter dan musuh-musuh robot terlihat terlalu biasa dan kurang atraktif seperti Big Daddy dari BioShock yang ikonik itu. Hal ini sangat kami sayangkan, di mana seharusnya desain musuh bisa menjadi daya tarik tersendiri sehingga meninggalkan kesan mendalam saat sudah menamatkan gamenya.
Audio
Selama bermain, Anda akan ditemani oleh lagu-lagu berbahasa Rusia yang cukup enak didengar saat kalian melewati sebuah radio, gramofon, atau mengendarai mobil. Untuk ambience terkadang terlalu kencang dan mengganggu, walau sudah dirubah di setting.
Suara karakter P-3 sebagai protagonis utama, terdengar tidak menarik, apalagi ditambah dengan kelakuannya yang menyebalkan. Suara langkah atau gerakan musuh kurang terdengar jelas sehingga seringkali kami terkena serangan duluan sebelum mengetahui arah datangnya suara. Terakhir, yang cukup aneh bagi kami adalah logat para karakternya yang justru condong seperti orang Amerika, bukan Eropa. Padahal, tema yang dibawakan game ini adalah dunia alternatif Uni Soviet.
Value
Dengan tidak adanya pilihan New Game Plus dan tidak dapat mengeksplorasi lokasi-lokasi open world setelah tamat, Atomic Heart terasa memiliki banyak keterbatasan. Jika kita dapat meneruskan permainan setelah tamat akan terasa lebih menarik, demi melengkapi Lore game dan item dan weapon yang sebelumnya terlewatkan. Untuk sebuah game PS5 dengan harga Rp 999.000, konten dan kualitasnya tidak sepadan dengan harga yang Anda bayarkan.
Conclusions
Di atas kertas, konsep dan latar belakang Atomic Heart memang terlihat menarik. Namun, seperti halnya saat Anda melihat iklan, apa yang terlihat, tidak selalu sesuai dengan apa yang Anda dapatkan. Sayangnya, game ini tidak eksekusi secara optimal sehingga terasa kurang matang.
Hal ini semakin dicederai dengan karakter utama yang menyebalkan dan tidak karismatik. Desain para musuh dan boss yang tidak unik, membuat tiap pertarungan terasa hambar. Kisahnya pun terasa biasa saja dan tidak ada hal yang mindblowing atau membuat kita menjadi penasaran. Titik objektif yang tidak jelas juga membuat eksplorasi menjadi susah, khususnya saat sedang di dunia terbuka.
+ Visual cukup detail untuk generasi PS5
+ Desain dunia alternatif terlihat indah
+ Konsep dan ide gamenya cukup menarik
- Karakter utama menyebalkan dan tidak karismatik
- Kamera terhalang oleh item saat sedang menggunakan kinesis
- Indikator suara dan langkah musuh tidak terdengar jelas
- Teka-teki membosankan dan repetitif
- Titik objektif kurang jelas dan membingungkan