Fairy Fencer F: Refrain Chord
Sting
Compile Heart
Idea Factory International
25 April 2023
PS4, PS5, Switch, PC
Strategy RPG
Remaja
Blu-ray, Cartridge, Digital
3.7 GB
US$ 49.99
Fairy Fencer F pertama kali dirilis 10 tahun yang lalu di akhir hayat platform PS3. Game ini dikembangkan oleh Galapagos yang merupakan anak perusahaan dari studio Compile Heart yang selama ini kita kenal sebagai developer serial Neptunia. Game ini sendiri sempat mendapatkan rilis ulangnya yang lebih lengkap dengan sub judul Advent Dark Force untuk PS4, Switch dan PC.
Sedekade setelah seri pertamanya, akhirnya Fairy Fencer F mendapatkan sekuelnya yang berjudul Refrain Chord. Yang menjadi perhatian utama kami adalah adanya pergantian developer ke studio Sting yang berimplikasi pada perubahan genre gamenya secara drastis dari Action RPG menjadi Strategy RPG.
Apakah perubahan ini bisa membawa serial Fairy Fencer F ke arah yang positif?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Dahulu kala, orang-orang diberi pengetahuan oleh Dewi, sehingga peradaban berkembang pesat. Mereka membangun menara yang menjulang ke langit, dan senjata yang sangat kuat, dan akhirnya bisa menembus para dewa itu sendiri. Namun, peradaban itu hancur tak lama setelah konflik kekerasan antara Dewi dan Dewa Keji.
Zaman telah berlalu sejak saat itu. Kisah baru dimulai dengan seorang pemuda bernama Fang yang telah menjadi Fencer, seorang pendekar pedang yang memiliki kemampuan untuk menggunakan senjata khusus yang dijiwai dengan peri yang dikenal sebagai Fury. Bersama dengan teman-temannya, Fang melakukan perjalanan untuk menemukan Furies, demi membangkitkan sang Dewi.
Suatu hari, dia bertemu dengan seorang wanita yang bisa menyelamatkan orang dengan lagunya, dan juga bisa mencuci otak orang dengan lagunya. Seiring dengan kekuatan misterius para wanita yang menyebut diri mereka Muses, takdir Fang mulai terungkap.
Apa yang akan terjadi dalam petualangan Fang selanjutnya?
Temukan jawabannya dengan memainkan Fairy Fencer F: Refrain Chord!
Gameplay
Fairy Fencer F: Refrain Chord adalah sekuel langsung dari Fairy Fencer F (2013). Game ini masih bercerita tentang konflik antara dewi baik dan dewa jahat. Mereka berperang menggunakan senjata khusus yang berisikan energi kehidupan dari para peri. Senjata yang dikenal sebagai Fury ini, akhirnya tersebar ke seluruh dunia dan sangat dicari oleh para ksatria yang dikenal dengan sebutan Fencer.
Berbeda dengan prekuelnya yang menyajikan narasi cerita terlebih dahulu, seri kedua ini justru langsung memperkenalkan kita pada sistem pertarungan barunya yang kini menggunakan gaya Strategy RPG ala Fire Emblem. Setelah tutorial pertarungan selesai, baru kemudian cerita berlanjut saat sang protagonis utama, Fang, terkurung di dalam penjara. Di sini, Fang masih digambarkan sebagai karakter yang pemalas, namun selalu punya obsesi besar terhadap makanan dan tidur, tipikal karakter Shonen manga pada umumnya.
Beberapa waktu kemudian, muncullah seorang gadis berambut pink bernama Eryn yang merupakan Fairy partner dari Fang. Setelah sedikit bercengkrama dan adu mulut, akhirnya Fang pun terbebas dari penjara berkat Eryn. Mereka pun kemudian kabur ke kota Zelwinds untuk bertemu kembali dengan teman-temannya.
Yang membuat seri kedua ini agak berbeda adalah kini Fang terlihat sudah akrab dengan teman-temannya, sehingga tidak ada lagi perkenalan panjang untuk tiap karakter. Sebenarnya, tidak ada keharusan bagi Anda untuk memainkan seri pertamanya terlebih dahulu untuk menikmati game ini. Namun, jika Anda pernah memainkan seri pertamanya, jelas itu menjadi keuntungan tersendiri karena Anda akan punya wawasan lebih terkait latar belakang karakter-karakternya.
Adventure
Salah satu perombakan terbesar dalam seri kedua ini adalah dihapuskannya sesi eksplorasi dungeon, baik itu untuk misi utama atau sampingan. Maka dari itu, proses petualangan di sini akan digantikan menggunakan pemilihan menu konvensional untuk menjelajahi dunianya. Anda hanya perlu memilih menu-menu yang tersedia untuk masuk ke dalam penginapan, toko dan lainnya, untuk menjalani misi utama atau sampingan. Misi utama ditandai oleh tanda seru berwarna merah, sementara misi sampingan ditandai oleh tanda seru kuning.
Di sela-sela petualangan, Anda akan sering menemukan sesi cerita ala visual novel yang dihiasi oleh percakapan antar karakter. Tiap percakapan terasa begitu menarik karena mereka tidak selalu membahas tentang hal-hal serius seperti pertempuran atau menyelamatkan dunia. Penulisan dialognya yang terasa jauh lebih menghibur dari pendahulunya. Relasi antar karakternya justru terbangun atas pembicaraan receh atau saling melemparkan humor sehingga suasananya terasa begitu cair dan mengalir.
Battle System
Berangkat dari pengalaman kami sebagai pemain Fire Emblem, perubahan dalam sistem pertarungannya tidak membuat kami terlalu terkejut karena setidaknya kami sudah punya gambaran seperti apa mekanisme ini bekerja. Mirip dengan Fire Emblem, sebelum memulai pertarungan, Anda akan diminta untuk melakukan persiapan terlebih dahulu lewat Battle Prep seperti menentukan unit mana yang akan ikut bertarung, meletakkan posisi unit sesuai keinginan atau mengganti perlengkapan dan memperkuat skill.
Pertarungan akan terjadi secara bergiliran sesuai atribut kecepatan karakter. Perintah-perintahnya sendiri terhitung cukup mendasar seperti Attack untuk serangan normal, Skill untuk melancarkan jurus khusus, Item untuk menggunakan item serta Wait untuk melewatkan satu giliran tanpa melakukan apapun.
Mungkin yang agak unik adalah perintah Fairize, di mana karakter Fencer Anda akan bergabung dengan partner Fairy-nya untuk memperkuat dirinya. Perintah Fairize ini baru bisa Anda aktifkan apabila bar ungu di samping potret karakter telah terisi penuh selama pertarungan berlangsung.
Mirip game strategi sejenisnya, penentuan posisi karakter akan sangat menentukan kerusakan saat melancarkan atau menerima serangan. Daya hancur serangan terbesar akan terjadi jika Anda berhasil menyerang musuh dari belakang musuh. Namun, apabila Anda hanya bisa menyerang dari samping, hal tersebut masih jauh lebih baik dari menyerang secara frontal karena serangan dari depan hanya akan menghasilkan kerusakan normal saja.
Muse
Selain karakter Fencer, nantinya akan ada karakter bernama Fleur yang punya kelas khusus bernama Muse. Berbeda dengan karakter Fencer yang tugasnya adalah membasmi para monster, Fleur adalah karakter pendukung yang tugasnya adalah menyanyi untuk memperkuat atau memulihkan rekan-rekannya di medan tempur. Fleur bisa menyanyikan lagu sebagai pendukung tim dengan perintah bernama Fairy Aria.
Sama seperti tim Anda, pihak musuh juga terkadang akan didukung oleh karakter Muse serupa bernama Glace yang akan memperkuat timnya. Selama pertarungan berlangsung, kedua karakter Muse ini akan menyanyikan lagu yang bisa saling bersinggungan.
Hebatnya, meskipun lagu dan suara mereka saling tumpang tindih, namun hal ini justru sama sekali tidak mengganggu di telinga. Sebaliknya, ia justru menciptakan pengalaman yang sangat menarik untuk di dengar. Musik-musik di luar pertarungan seperti saat percakapan, juga terdengar sangat asyik sehingga berhasil membuat tiap adegan jadi lebih menarik untuk diikuti.
Presentation
Visual
Presentasi visual game ini bisa dibilang bagaikan dua sisi mata uang. Pada bagian visual-novel nya, presentasinya bisa dibilang sangat indah, baik dari segi artwork maupun latar belakang dunianya. Desain karakternya benar-benar mencuri perhatian kami, terutama karakter wanitanya yang sangat atraktif.
Sayangnya, developer Sting masih perlu banyak belajar untuk menerjemahkan keindahan artwork 2D menjadi model karakter 3D. Jika membandingkannya dengan genre serupa seperti Fire Emblem Engage, model karakter 3D nya benar-benar bagaikan bumi dan langit. Ia tidak mencerminkan sebuah game yang rilis di tahun 2023, malah rasanya seperti game PS3 saja.
Dan satu hal lagi yang harus Anda ketahui bahwa meskipun Nintendo Switch menawarkan portabilitas, namun sebaiknya Anda memainkan game ini platform lain seperti PS4, PS5 atau Steam, karena performanya sangat buruk di Nintendo Switch, terutama saat pertarungan berlangsung.
Audio
Mengusung tema musik pada ceritanya, game ini jelas menaruh fokus utamanya pada aspek audio. Maka tak heran jika aspek ini menjadi hal yang paling menonjol dari seluruh aspek yang ada. Secara keseluruhan, lagu-lagu yang ada di sini sangat enak didengar dalam waktu yang lama. Lagu-lagu yang dibawakan oleh para karakter Muse seperti Fleur dan Glace ini menjadi sangat bagus karena dibawakan oleh penyanyi sungguhan dan berbeda-beda seperti Yui Ishikawa, Yoko Ishida, Yoko Hikasa, Nami Tamaki dan lain-lain.
Satu nilai plus lainnya adalah game ini punya lagu tema pembukanya yang sangat bagus dan enak didengar. Lagu berjudul Notes of Faith yang dinyanyikan oleh Yui Ishikawa inilah yang membuat kami tidak pernah meng-skip Opening Movie-nya tiap kali menyalakan game.
Mungkin satu-satunya kekecewaan dari sisi audio adalah dihilangkannya opsi sulih suara Bahasa Inggris. Game ini hanya menyediakan satu sulih suara berbahasa Jepang saja tanpa ada pilihan lain. Padahal, seri sebelumnya sudah menyertakan bahasa Inggris secara penuh dalam tiap percakapan. Untungnya, kualitas suara Jepangnya sendiri terhitung brilian sehingga Anda yang berstatus sebagai wibu akan sangat dimanjakan olehnya.
Value
Saat mengetahui Fairy Fencer F: Refrain Chord berubah genre Strategy RPG dan mengusung tema musik sebagai inti ceritanya, kami sangat antusias untuk menyambut kedatangannya karena kombinasi ini mengingatkan kami pada game favorit zaman Nintendo 3DS dulu, yaitu Stella Glow.
Sayangnya, ternyata game ini masih jauh dari harapan kami. Sebuah perubahan pada sekuel game memang perlu dilakukan agar permainan terasa lebih menyegarkan, namun menurut kami, hal yang dilakukan developer Sting ini sangatlah berisiko. Di satu sisi, ia bisa mengecewakan fans berat seri sebelumnya, dan sisi lain juga bisa membuat pendatang baru menjadi kurang tertarik. Tiara yang waifuable menjadi alasan kami untuk bertahan memainkannya lebih lama.
Conclusions
Fairy Fencer F: Refrain Chord memberikan pengalaman yang campur aduk bagi kami. Kami sebenarnya masih bisa menerima perubahan pada sistem pertarungannya yang kini lebih condong ke arah strategi. Namun, masih tidak habis pikir, mengapa mereka sampai harus menghapus sesi eksplorasi dari yang sudah ada sebelumnya?
Strategy RPG adalah genre punya ceruk pasar yang lebih sempit daripada Action RPG maupun Turn-based RPG. Jadi, apabila ia digarap kurang matang, hal ini tentu saja membuyarkan daya tarik yang seharusnya menjadi nilai jual utamanya. Rasanya, developer Sting masih harus banyak berbenah untuk meracik game strategi yang menarik sekaligus menantang di masa mendatang.
+ Tiara adalah alasan untuk bertahan
+ Cerita sampingan lebih menarik dari cerita utama
+ Jajaran karakter yang menyenangkan
+ Perubahan sistem pertarungan masih bisa diterima
+ Desain karakter wanitanya sangat bagus
+ Artwork yang indah dipandang
+ Dialog penuh humor nan menghibur
+ Lagu tema pembuka yang memesona
+ Kombinasi nyanyian Muse berikan pengalaman unik
+ Musik yang mendukung suasana
- Cerita utamanya justru sangat lemah
- Dihilangkannya sesi eksplorasi
- Model karakter 3D nya terlihat uzur
- Animasi karakter 3D monoton
- Hindari versi Switch karena performanya sangat buruk