Valthirian Arc: Hero School Story 2
Agate
PQube
22 Juni 2023
PS4, PS5, Xbox One, Xbox Series, Switch, PC
Turn-based RPG
School Simulation
Remaja
Blu-ray, Cartridge, Digital
2.3 GB
Rp 279.000
Kita harus sama-sama mengakui bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, developer game Indonesia semakin produktif menghasilkan game-game berkualitas. Pasar mereka kini tak hanya di dalam negeri saja karena kini telah merambah mancanegara. Bahkan, tak sedikit yang menuai pujian dari media dan gamer Internasional hingga akhirnya berhasil masuk sebagai nominasi di berbagai ajang penghargaan.
Sebagai salah satu pelopor developer game Indonesia, Agate Studio yang bermarkas di Bandung, kembali melahirkan game terbaru mereka. Setelah hampir 5 tahun lamanya, akhirnya Valthirian Arc: Hero School Story mendapatkan sebuah sekuel yang mengusung angka 2 di belakangnya.
Apa saja perubahan yang ditawarkan oleh Agate Studio lewat Valthirian Arc: Hero School Story 2?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Game ini mengambil latar tempat di sebuah dunia bernama Valthiria. Dahulu dunia Valthiria adalah satu, namun kini ia terpisah menjadi empat negara yang saling bersaing satu sama lain. Terdapat satu Raja dan tiga Ratu yang masing-masing berkuasa di negara mereka. Meskipun begitu, mereka harus terus hidup berdampingan dengan bantuan berbagai akademi yang bertindak sebagai pihak ketiga yang netral untuk melatih para calon pahlawan negara.
Anda akan berperan sebagai Kepala Sekolah dari sekolah yang baru didirikan. Didampingi oleh seorang sekretaris bernama Eve dan Inspektur Liavon, tujuan Anda adalah membawa akademi menuju level yang lebih tinggi dalam menghasilkan murid-murid berkualitas. Namun, tugas ini tentu saja tidak mudah karena di awal, sekolah Anda hanya punya satu siswa saja yang terdaftar.
Apakah Anda bisa menjadi Kepala Sekolah yang baik untuk membuat akademi menjadi yang terbaik di tanah Valthiria?
Temukan jawabannya dengan memainkan Valthirian Arc: Hero School Story 2!
Gameplay
Valthirian Arc: Hero School Story 2 (VAHSS2) adalah sebuah game RPG dari studio lokal Agate yang berasal dari Bandung, Jawa Barat. Meskipun game ini merupakan sekuel dari VAHSS yang dirilis tahun 2018 lalu, namun tidak ada keharusan untuk memainkan prekuelnya terlebih dahulu untuk memahami cerita dan karakter yang disajikan.
Gameplay dalam seri keduanya ini terbagi atas tiga bagian besar. Yang pertama dan masih dipertahankan dari seri sebelumnya adalah mengelola sekolah. Lalu, yang kedua adalah eksplorasi dan terakhir adalah pertarungan. Namun, sebelum memulai permainan, Anda diberi kesempatan untuk memilih avatar karakter Kepala Sekolah yang mewakili Anda nanti.
Berikut kami bahas aspek gameplay selengkapnya:
Mari kita bahas bagian pengelolaan sekolahnya terlebih dahulu. Sebagai Kepala Sekolah, tugas Anda adalah menentukan kegiatan para siswa seperti belajar, istirahat atau aktivitas lainnya. Anda juga bisa membangun fasilitas khusus di lahan kosong yang tersedia atau meningkatkan kualitas fasilitas yang sudah ada untuk membuka lebih banyak opsi kelas agar para siswa bisa memperoleh atribut status yang lebih baik.
Anda akan memulai permainan dengan satu siswa saja, yaitu Rodno. Pada masa tutorial, Anda juga akan kedatangan dua siswa lain yang akan menemani Rodno. Setelah tiga murid awal bergabung, nantinya Anda bisa memilih siapa saja siswa yang bisa mendaftar di sekolah Anda dari empat negara yang ada di Valthiria. Siswa-siswa yang bergabung ke sekolah Anda akan mempengaruhi hubungan sekolah Anda dengan negara asal mereka.
Setelah Anda memiliki cukup siswa, Anda bisa mengatur kurikulum mereka sesuai jurusan pilihan mereka. Mereka juga bisa mengambil beberapa kelas di luar jurusan, namun tidak banyak manfaat yang bisa didapat karena satu karakter siswa hanya bisa diperbolehkan memiliki dua skill saja.
Satuan waktu di game ini tidak dihitung berdasarkan hari, tetapi berdasarkan bulan. Jadi, jika Anda sudah menetapkan segala sesuatunya, maka Anda bisa beralih ke bulan berikutnya. Setelah tiga tahun berlalu, siswa-siswa akan lulus dan Anda berhak memilih satu hadiah berupa sumber daya, yaitu uang, Arcstone atau Prestige. Ketiga sumber daya ini sangat dibutuhkan untuk mengupgrade sekolah Anda menjadi lebih baik. Namun, menurut kami, yang paling berharga dari hadiah-hadiah ini adalah Arcstone karena mendapatkannya tidaklah mudah.
Sistem pengelolaan sekolah ini sebenarnya sangat menarik, namun kami memiliki keluhan dari sisi navigasi. Menurut kami, sistem navigasinya sangat tidak nyaman untuk kontroler, entah itu di PlayStation atau Nintendo Switch, karena skema kontrolnya seolah-olah dibuat khusus untuk penggunaan Mouse dan Keyboard. Seharusnya, Agate bisa menyesuaikan navigasinya untuk konsol agar lebih sederhana dan ramah kontroler.
Exploration
Di luar aktivitas belajar mengajar di sekolah, Anda juga bisa mengirimkan para siswa untuk menjalankan suatu misi di luar sekolah. Dalam suatu misi, para siswa akan berpetualang dan bertarung di dunia luar. Misi-misinya sendiri terhitung standar seperti mengumpulkan item atau mengalahkan monster. Sesi sksplorasinya sendiri masih tipikal JRPG pada umumnya, di mana karakter Anda akan berjalan atau berlari di suatu area terbuka dan akan bertemu dengan para monster di sana.
Yang menarik adalah jika Anda mengalahkan monster atau mencari item terlalu banyak di area tertentu, maka hal tersebut akan memiliki dampak negatif terhadap hubungan sekolah Anda dan negara yang bersangkutan. Namun, hubungan dengan negara juga bisa menjadi lebih positif jika Anda menyumbangkan sejumlah uang atau Arcstone.
Battle System
Sistem pertarungan adalah salah satu aspek yang mendapat perombakan paling besar dari seri sebelumnya. Pada seri pertamanya, ia menggunakan sistem Hack-and-Slash ala Action RPG, kini ia justru berubah 180 derajat menggunakan sistem Turn-based ala RPG klasik.
Menurut kami, perubahan ini seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, Anda memang jadi punya kesempatan untuk mendapat kendali penuh atas semua karakter playable yang ada. Anda bisa memberi perintah karakter untuk menyerang atau yang lainnya.
Sekilas, ia tampak seperti game Turn-based RPG pada umumnya, di mana karakter tim Anda dan musuh akan saling bergantian menyerang saat gilirannya tiba. Namun sayangnya, menurut kami sistem Turn-based-nya sendiri mengganggu keseimbangan tim. Alih-alih memberikan giliran kepada semua karakter berdasarkan atribut kecepatan, Anda justru diberi kebebasan untuk memilih karakter mana pun saat giliran tim Anda tiba.
Jadi, dalam sebuah pertarungan, Anda bisa saja hanya menggunakan satu karakter terkuat untuk menyerang secara terus menerus, sementara karakter lainnya hanya bengong tanpa melakukan apa-apa. Hal ini berdampak pada keseimbangan permainan, sehingga elemen taktik atau strateginya jadi menurun drastis.
Satu-satunya yang bisa Anda jadikan acuan untuk memikirkan strategi adalah perisai yang melindungi monster. Penerapannya mirip dengan Octopath Traveler, di mana terdapat ikon-ikon yang menunjukkan kelas karakter. Jika Anda menyerangnya dengan kelas yang tepat, maka perisai tersebut akan hancur.
Presentation
Visual
Dari sisi visual, VAHHS2 jelas mengalami peningkatan dari seri sebelumnya. Gaya ilustrasi 2D-nya kini tak lagi terlihat seperti anime Jepang lagi. Model karakter 3D-nya juga kini terlihat lebih baik, meskipun masih dalam format chibi. Untuk tampilan sekolah dan dunia luarnya, kami mengapresiasi usaha Agate untuk menghadirkan detail-detail kecil yang menambah sentuhan manis.
Namun, di sisi lain terdapat banyak kekurangan yang harus diperbaiki ke depannya. Pertama adalah desain monster yang terlalu datar dan umum seperti tidak punya ciri khas dan identitasnya sendiri. Kami menemukan banyak sekali kemiripan desain monster yang diambil dari game lainnya, contohnya seperti monster Pyons yang terlalu mirip dengan Slime dari Dragon Quest. Kemudian, tampilan antarmuka patut mendapat perhatian karena teks-teksnya terlihat terlalu kecil apabila Anda memainkannya di layar televisi. Hal ini membuat pemain kesulitan untuk mendapatkan informasi yang seharusnya.
Audio
Musik seharusnya bisa dijadikan sebagai salah satu alasan pemain untuk bisa bertahan lebih lama dalam memainkan game RPG. Apalagi jika ia memiliki variasi puluhan atau ratusan soundtrack sepanjang petualangan. Sayangnya, hal tersebut tidak akan Anda alami saat memainkan game ini. Kualitas musik dalam game ini sebenarnya tidaklah buruk, hanya saja terlalu repetitif sehingga Anda akan cepat merasa bosan saat mendengarkannya lagi dan lagi di kesempatan yang berbeda.
Untuk sulih suara karakter sebenarnya masih ada suara-suara saat petualangan dan pertarungan, namun hanya sekedar teriakan-teriakan kecil saja. Sementara, saat terjadi percakapan yang panjang, game ini benar-benar bisu tanpa ada sulih suara sama sekali. Hal ini jelas membuat game ini terlihat jauh ketinggalan dengan game sejenisnya. Bahkan, sekarang banyak game indie yang sudah didukung oleh sulih suara untuk mendapatkan suasana yang lebih imersif.
Value
Salah satu daya tarik yang dimiliki oleh game-game buatan developer lokal terletak pada lokalisasi bahasa pengantarnya yang mayoritas menyediakan Bahasa Indonesia. Seperti dalam prekuelnya, game ini pun sudah didukung oleh Bahasa Indonesia sejak hari pertama perilisannya. Sayangnya, kami masih menemukan beberapa kekurangan seperti halnya tangkapan layar di atas. Saat menggunakan Bahasa Indonesia, kami masih menemukan beberapa kalimat Bahasa Inggris yang terselip di antaranya. Mungkin karena dikejar tanggal rilis, Agate Studio sampai lupa mengecek ulang apakah semua kalimat sudah diterjemahkan.
Sebagai gamer yang haus akan rasa penasaran, kita pasti pernah membuat save data berbeda sebagai cadangan atau tujuan lain. Namun, kami mendapati bahwa game ini hanya menyediakan satu slot save saja. Bahkan lebih buruknya lagi, ia tidak menyediakan fitur penyimpanan secara manual sehingga Anda apabila ada sesuatu yang terlewat atau salah, maka Anda tidak mengulangnya kembali, kecuali mengulang dari awal dengan New Game. Hal ini jelas adalah mimpi buruk para pecinta RPG.
Conclusions
Valthirian Arc: Hero School Story 2 masih jauh dari harapan kami untuk sebuah game RPG yang ideal. Kami mengalami perasaan yang campur aduk saat memainkan game ini. Jika biasanya sekuel game memberikan pengalaman yang lebih baik dari segala aspek, game ini justru menawarkan pengalaman yang sebaliknya.
Dari sisi visual, ia mungkin mengalami peningkatan yang signifikan, namun secara pengalaman baik cerita, gameplay, audio hingga skema kontrol, game ini tampil lebih inferior dari pendahulunya. Apabila Anda masih tetap penasaran untuk memainkan game ini, kami sarankan untuk menghindari versi konsolnya karena mengendalikannya via Mouse dan Keyboard mungkin akan sedikit memperbaiki pengalaman bermain Anda daripada menggunakan kontroler.
+ Model karakter 3D yang lebih baik
+ Ilustrasi karakter tidak lagi berkiblat pada anime
+ Lagu pembuka cukup keren
+ Harga relatif murah
- Cerita utama terlambat panas
- Sesi tutorial yang terlalu panjang
- Keseimbangan pertarungan patut dipertanyakan
- Sistem navigasi tidak ramah kontroler
- Skema kontrol yang aneh
- Terjemahan Bahasa Indonesia kurang lengkap
- Musik repetitif
- Slot Save Data hanya satu
- Tidak ada Manual Save