Monochrome Mobius: Rights and Wrongs Forgotten
Aquaplus
Design Act
NIS America
5 September 2023
PS4, PS5, PC
RPG
Remaja
Blu-ray, Digital
Kami cukup yakin bahwa di antara para gamer Indonesia, nama Utawarerumono tentu terdengar cukup asing di telinga. Tidak hanya di Indonesia saja, bahkan di mancanegara pun, masih banyak yang belum mengenal serial yang satu ini. Menurut kami, hal ini sangatlah wajar karena franchise garapan Nippon Ichi Software lebih menitikberatkan pada elemen visual novel, yang mana ceruk pasarnya sangatlah terbatas di sini.
Meskipun kurang populer, namun NIS America tidak langsung menyerah pada keadaan. Masih dalam semesta yang sama dengan Utawarerumono, mereka meracik sebuah JRPG baru dengan mekanik yang lebih konvensional agar bisa diterima dengan baik oleh para pecinta RPG, yaitu Turn-based. Meskipun tak lagi mengusung nama Utawarerumono dan membawa nama baru berjudul Monochrome Mobius: Rights and Wrongs Forgotten, apa kaitannya game ini dengan serial Utawarerumono sebelumnya?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Cerita dalam game ini terjadi sebelum peristiwa yang ada di Utawarerumono: Mask of Deception. Di sebuah negara bernama Ennakamuy yang berada di perbatasan kekaisaran Yamato, hiduplah seorang pemuda yang penuh dengan rasa keadilan bernama Oshtor. Setiap harinya ia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, yaitu ibunya dan adik perempuannya, karena ayahnya, Pashpakur, telah tiada.
Pada suatu hari, Oshtor bertemu dengan gadis misterius bernama Shunya yang mengaku bahwa ia adalah anak dari Pashpakur. Shunya mengatakan bahwa ia mengetahui keberadaan sang Ayah. Oshtor yang penasaran akhirnya meminta izin kepada ibu dan adiknya untuk pergi berkelana. Akhirnya, Oshtor dan Shunya pun memutuskan untuk pergi ke negara tak dikenal bernama Arva Shulan yang bahkan tak tercatat dalam peta.
Apakah Oshtor berhasil menemukan kebenaran atas ayahnya yang selama ini menghilang?
Temukan jawabannya dengan memainkan Monochrome Mobius: Rights and Wrongs Forgotten!
Gameplay
Monochrome Mobius: Rights and Wrongs Forgotten adalah sebuah game Turn-based RPG yang berada dalam semesta yang sama dengan seri game Utawarerumono: Mask of Deception. Meskipun berada dalam semesta yang sama, namun game ini punya genre dan mekanik yang sama sekali berbeda dengan para pendahulunya.
Tidak seperti Utawarerumono yang punya porsi visual novel lebih dominan, game ini lebih condong ke arah JRPG tradisional, di mana sebagai pemain, Anda diberi kebebasan untuk berpetualang menjelajahi dunianya, mencari peti harta, melawan musuh yang tampak di layar hingga menjalani misi sampingan untuk mendapatkan hadiah.
Adventure
Dalam game ini, Anda akan mengikuti kisah sang tokoh protagonis utama bernama Oshtor. Ia merupakan penduduk desa kuno Ennakamuy yang tinggal bersama ibu dan adiknya. Pada suatu hari, Oshtor bertemu dengan Shunya, seorang gadis misterius yang diyakini mengetahui keberadaan ayah Oshtor yang telah lama menghilang.
Sesi eksplorasinya sendiri terhitung cukup standar, di mana Anda harus berjalan menuju titik objektif untuk memajukan cerita. Melangkah ke luar field untuk kemudian bertemu dengan para monster di sana dan melakukan kontak fisik untuk memulai pertarungan.
Dari kota-kota yang Anda kunjungi, biasanya ia menawarkan toko senjata dan misi sampingan yang pastinya akan Anda kunjungi sesering mungkin. Selain berjalan kaki, nantinya Anda juga bisa menaiki tunggangan bernama Woptor untuk mempercepat eksplorasi. Anda juga bisa menggunakan kuil mini yang tersebar di area untuk dijadikan titik Fast Travel dan Save Point. Pengalaman yang kami dapatkan terasa cukup familiar seperti tipikal JRPG pada umumnya, tanpa ada fitur baru yang benar-benar revolusioner.
Battle System
Serupa dengan game JRPG pada umumnya, selain eksplorasi, sesi pertarungan menjadi bagian penting dalam game ini. Pertarungan akan dimulai ketika karakter Anda melakukan kontak fisik terhadap musuh maupun monster yang berkeliaran di area field.
Mekanisme pertarungan dalam game ini menggunakan sistem Turn-based klasik yang cukup standar tanpa gimmick yang aneh-aneh. Anda bisa membawa maksimal empat karakter party dalam satu tim, yang mana mereka akan saling bergantian menyerang setelah Anda memberinya perintah.
Perintah-perintahnya pun terhitung standar seperti Attack, Combat Skills, Tools (Item), Defend, Escape. Yang agak unik di sini adalah perintah bernama Halu, di mana Anda bisa memanggil summon monster mungil bertelinga panjang saat Photon Dynamo telah terisi penuh. Photon Dynamo sendiri bisa diisi dengan menyerang atau mengalahkan musuh.
Ketika Halu dipanggil, ia akan mengambil alih giliran semua karakter party. Ia punya HP yang cukup tinggi, tetapi tidak punya parameter MP. Sebagai ganti MP, Halu akan beraksi menggunakan Action Point (AP). Apabila Halu kalah, maka posisinya akan kembali digantikan oleh karakter sebelumnya tanpa ada penalti apapun. Namun, jika nantinya Photon Dynamo terisi penuh lagi, maka Anda bisa kembali memanggil Halu.
Di atas opsi perintah, terdapat semacam cincin tiga lapis dengan potret karakter dan musuh-musuhnya. Lingkaran cincin yang disebut sebagai Action Ring ini berfungsi sebagai urutan giliran karakter melakukan aksi. Potret karakter akan bergerak searah jarum jam ketika giliran mereka tiba.
Di awal pertarungan, semua karakter party dan musuh, akan berputar di lingkaran terluar. Namun, potret ini bisa naik ke lingkaran tengah dan terdalam apabila karakter Anda berhasil menyerang musuh saat masuk ke kondisi Stagger. Dengan demikian, nantinya karakter Anda bisa lebih cepat mendapatkan gilirannya karena lingkaran yang diputarinya akan jauh lebih pendek dari lingkaran terluar. Di sinilah letak keunikan dari sistem pertarungannya yang membedakannya dengan game lain. Meskipun atribut Speed karakter menentukan giliran mereka menyerang, namun Anda bisa memanipulasinya dengan berpindah cincin.
Presentation
Visual
Berbeda dengan Utawarerumono yang menggunakan model karakter bertubuh chibi, Monochrome Mobius akhirnya menggunakan proporsi manusia normal untuk merepresentasikan para karakternya. Model karakter 3D nya bisa dibilang cukup bagus untuk ukuran game bergaya anime, begitu pula dengan tekstur lingkungan yang menjadi taman bermain Anda. Sayangnya, model karakter yang dibuat bagus hanyalah karakter-karakter utama saja, sementara karakter NPC-nya terlihat generik dan hambar.
Selain model karakter 3D, game ini juga masih membawa identitas Utawarerumono sebagai game visual novel, di mana saat percakapan berlangsung, akan ada ilustrasi karakter yang tampak begitu anggun menghiasi layar permainan Anda. Tidak hanya statis, ilustrasi karakter ini juga terasa cukup hidup berkat ekpresi karakter yang terus berubah seiring berjalannya percakapan.
Dari semua presentasi visualnya, keluhan kami justru tertuju pada satu hal, yaitu animasi karakter. Model karakter yang sudah diracik sedemikian rupa, ternyata tidak dilengkapi dengan animasi yang luwes dan cenderung kaku. Baik selama eksplorasi maupun melancarkan jurus-jurus saat pertarungan, animasinya masih terasa kikuk dan agak ketinggalan satu generasi.
Audio
Salah satu aspek yang paling menonjol dalam game ini menurut kami terletak pada presentasi audionya, khususnya di bagian soundtrack yang benar-benar sangat indah. Musik yang mengiringi perjalanan terdengar begitu syahdu hingga membuat kami terlena beberapa saat.
Akan tetapi, kami cukup terkejut saat mengetahui game ini hanya memiliki satu sulih suara saja, yaitu Bahasa Jepang. Karena biasanya, produk-produk keluaran NIS America selalu menyertakan sulih suara berbahasa Inggris pada game-game terjemahannya. Untungnya, kualitas sulih suaranya terhitung sangat baik sehingga kekurangan ini masih dapat kami tolerir.
Value
Monochrome Mobius: Right and Wrongs Forgotten memang bisa Anda nikmati sebagai game JRPG mandiri yang berdiri sendiri, namun kami tetap menyarankan Anda memainkan seri game Utawarerumono terlebih dahulu untuk memperkaya wawasan dan referensi terkait semestanya agar bisa menikmati cerita yang dibawakan secara lebih dalam karena di dalam game ini, Anda akan bertemu dengan banyak karakter lama seperti Munechika dan Mikazuchi yang digali lebih dalam. Selain itu, ada pula karakter-karakter familiar seperti Maroro, Putri Anju, Raiko dan Dekopompo yang muncul sesekali untuk menambah fan-service.
Conclusions
Sejujurnya, sulit rasanya bagi kami untuk menilai game yang satu ini. Di satu sisi, ia punya banyak kelebihan dari aspek cerita yang luar biasa menyentuh, jauh lebih baik dari apa yang disajikan Utawarerumono sebelumnya. Kemudian dari aspek presentasi, ia juga diperkuat kualitas model karakter yang baik serta didukung oleh soundtrack dan sulih suara yang di atas rata-rata.
Sayangnya di sisi lain, ia juga memiliki banyak kelemahan yang sulit ditolerir seperti eksplorasi yang kuno, mekanisme pertarungan yang dangkal, misi sampingan yang repetitif hingga animasi karakter yang terasa kikuk. Namun, terlepas dari kelebihan dan kekurangannya itu, menurut kami Monochrome Mobius: Rights and Wrongs Forgotten masih cukup layak untuk masuk ke dalam Wish List Anda sebagai JRPG alternatif yang bisa Anda mainkan saat punya banyak waktu luang.
+ Cerita yang menyentuh
+ Jajaran karakter yang berkesan
+ Model karakter enak dilihat
+ Soundtrack syahdu
+ Sulih suara berkualitas
+ Jauh lebih baik dari Utawarerumono
- Desain gameplay terasa kuno
- Sistem pertarungan agak dangkal
- Misi sampingan repetitif
- Animasi karakter terasa kikuk