Jujutsu Kaisen: Cursed Clash
Byking
Bandai Namco
2 Februari 2024
PS4, PS5, Xbox One, Xbox Series, Switch, PC
Fighting
Remaja
Blu-ray, Cartridge, Digital
Rp 879.000 (Standard)
Rp 1.179.000 (Deluxe)
Rp 1.399.000 (Ultimate)
Bandai Namco Entertainment adalah rumah bagi banyak anime. Sebagian besar judul anime populer sudah pernah mereka rangkul untuk dijadikan video game, sebut saja Dragon Ball, Naruto, One Piece, My Hero Academia, One Punch Man, Digimon, Sword Art Online dan masih banyak lagi.
Belakangan ini, nama Jujutsu Kaisen karya mangaka Gege Akutami tengah digandrungi di kalangan penggemar anime. Dengan plot yang mendalam, karakter yang menarik serta animasi yang mengagumkan, serial anime ini berhasil memikat banyak orang.
Tak ingin kehilangan momentum dan hype dari suatu judul anime yang sedang populer, Bandai Namco langsung menunjuk developer Byking yang sebelumnya pernah menangani dua game My Hero One’s Justice untuk mengadaptasinya menjadi game konsol pertama untuk franchise tersebut.
Mengusung subjudul Cursed Clash, apakah game konsol pertama Jujutsu Kaisen bisa menuai kesuksesan yang serupa dengan manga dan animenya?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Game ini mengadaptasi cerita yang sama dari manga/anime Jujutsu Kaisen karya Gege Akutami. Diceritakan bahwa seorang anak SMA bernama Yuji Itadori masuk ke Klub Penelitian Ilmu Gaib demi bisa bergaul dengan para seniornya. Senior-senior tersebut telah membuka segel dari jimat kutukan tingkat tinggi di sekolahnya dan menarik keluar roh kutukan dan memunculkan seekor monster bernama Jurei yang berasal dari emosi negatif manusia.
Yuji yang babak belur dan tidak mampu mengalahkan Jurei dengan kekuatannya, akhirnya menelan jimat kutukan berupa jari dari Ryomen Sukuna. Akhirnya, tubuh Itadori menjadi tempat bersemayam bagi roh terkuat yang pernah ada, yaitu Sukuna. Berbeda dengan kebanyakan orang yang akan langsung mati ketika menelan jari tersebut, Yuji Itadori masih bisa mengendalikan tubuhnya meski sudah dirasuki Sukuna. Hal inilah yang membuatnya dirinya menjadi istimewa.
Bagaimana kelanjutan kisah Yuji Itadori yang baru saja dirasuki Sukuna?
Temukan jawabannya dengan memainkan Jujutsu Kaisen: Cursed Clash!
Gameplay
Jujutsu Kaisen: Cursed Clash kembali mengadaptasi genre 3D Fighting Arena, sebuah genre yang sudah sangat lumrah diusung oleh game-game dari anime. Dikembangkan oleh developer Byking yang sebelumnya sudah punya pengalaman lewat adaptasi game My Hero Academia, game ini menghadirkan beberapa mode permainan seperti Story Mode, Free Battle, Online Mode, Customization, Shop dan Gallery. Meskipun mengusung genre fighting, sayangnya game ini hanya mendukung fitur Single-player dan tidak ada mode Local Multiplayer.
Berikut kami bahas aspek gameplay selengkapnya:
Story Mode
Game ini merangkum cerita utama Jujutsu Kaisen dari anime musim pertamanya. Sebagai penggemar anime, Anda mungkin berharap bahwa adegan ceritanya bisa disajikan dalam bentuk yang sinematik seperti halnya Dragon Ball Z atau Naruto. Sayangnya, harapan tersebut harus Anda kubur dalam-dalam karena apa yang Anda dapatkan dari mode ceritanya hanyalah potongan tangkapan layar dari anime yang ditambahkan teks bacaan di sampingnya serta sedikit sulih suara.
Story Mode-nya benar-benar tidak menarik, baik bagi penggemar Jujutsu Kaisen secara spesifik maupun penggemar anime secara keseluruhan. Bagi orang-orang yang tidak mengikuti manga maupun animenya, jelas akan kesulitan memahami ceritanya yang disajikan seperti slide Powerpoint ini. Tidak ada alasan lain untuk memainkan Story Mode selain menjadi sesi tutorial saja.
Roster
Ciri khas dari game fighting berbasis anime adalah jumlah karakter yang sangat banyak untuk bisa Anda mainkan. Biasanya, mereka menghadirkan puluhan hingga ratusan karakter, meskipun hanya berbeda kostum atau bentuk transformasi saja. Sayangnya, Jujutsu Kaisen tidak bisa menghadirkan karakter sebanyak itu karena total Anda hanya bisa memainkan 16 karakter saja dari animenya, seperti Yuji Itadori, Megumi Fushiguro, Nobara Kugisaki, Satoru Gojo, Ryomen Sukuna, Maki Zenin dan karakter-karakter kunci lainnya yang memang terlibat dalam cerita musim awal.
Jumlah karakter yang sedikit, mungkin tidak terlalu bermasalah. Namun, apa yang kami benci darinya adalah layar pemilihan karakter yang ditampilkan secara buruk dan tidak menarik. Character Select Screen yang biasanya menjadi daya tarik untuk game-game fighting, tidak akan Anda temukan di sini. Anda harus memilih karakter hanya dengan memilih nama tanpa adanya foto atau penjelasan apapun, sehingga jika Anda bukan penggemar animenya, jelas akan kebingungan untuk mencari karakter yang Anda inginkan.
Fighting Mechanics
Jika Anda pernah memainkan game fighting Naruto, One Piece, My Hero Academia, One Punch Man atau Demon Slayer -Kimetsu no Yaiba-, mekanisme pertarungannya kurang lebih mirip satu dengan yang lainnya. Game ini mengadopsi sistem pertarungan dua lawan dua, di mana setiap karakternya punya jurus yang unik nan eksplosif.
Namun, kami menemukan apa yang disajikan dalam sistem pertarungannya benar-benar jauh dari harapan. Pertama, kontrolnya benar-benar tidak responsif. Selalu ada jeda antara tombol yang Anda tekan dengan reaksi karakter sehingga gerakan yang keluar seringkali tidak tepat dengan strategi yang sudah Anda rencanakan.
Kedua, sistem kombonya yang kacau balau. Berbeda dengan game Naruto atau Demon Slayer yang kombonya sangat menarik dan bisa dikombinasikan dengan berbagai jurus, kombo dalam game ini benar-benar kaku dan sangat menjengkelkan. Ketiga, pergerakan karakter di sini serasa melayang dan licin. Bahkan, kami merasa pergerakan karakternya jauh lebih buruk dari My Hero One’s Justice yang menjadi game garapan Byking sebelumnya.
Terakhir adalah animasi jurus yang sama sekali tidak atraktif. Jurus-jurus spesial yang sudah sangat susah untuk dikenai lawan, justru tidak menghasilkan animasi yang memuaskan. Kami benar-benar sangat kecewa dengan elemen pertarungannya. Menderita rasanya untuk berusaha menikmati pertarungannya hingga selesai.
Presentation
Visual
Game bergaya anime seharusnya bisa menjadi wadah developer menuangkan segala kreativitasnya dalam meracik presentasi visual seindah mungkin. Kami masih ingat bagaimana Dragon Ball Z: Kakarot, Naruto Shippuden: Ultimate Ninja Storm atau One Piece: Pirate Warriors merepresentasikan ulang seluruh adegan ikonik dari animenya dengan gaya yang lebih sinematik. Ekspektasi seperti itulah yang tentu saja diharapkan para penggemar Jujutsu Kaisen untuk game konsol pertamanya.
Sayangnya, apa yang Anda dapatkan dari Jujutsu Kaisen: Cursed Clash benar-benar jauh dari harapan. Kami mulai was-was ketika melihat tampilan antarmukanya yang seperti menu DVD di era 2000-an, di mana menu disajikan secara horizontal di bagian atas layar dan di bawahnya terdapat potongan video anime tanpa penjelasan atau tampilan yang atraktif. Dilanjutkan dengan tampilan pemilihan karakter yang sangat tidak intuitif untuk sebuah game fighting, di mana Anda hanya memilih karakter menggunakan teks-teks berupa nama dan kostum saja, tanpa ada tampilan yang menarik.
Selanjutnya, hal ini diperparah dengan presentasi Story Mode-nya. Cerita nan epik yang penuh aksi yang diadaptasi dari animenya, justru hanya ditampilkan bak slide Powerpoint seperti di ruang kuliah saja. HUD selama pertarungan pun terasa begitu ramai, sehingga menyulitkan pemain untuk melihat posisi lawan yang seharusnya bisa dilacak dengan mudah. Terakhir, animasi karakternya masih sangat kaku dan mentah sekali, sehingga pergerakannya terasa seperti melayang.
Audio
Satu-satunya hal positif yang bisa dibicarakan dari game ini mungkin hanya dari aspek audionya. Untungnya, game ini masih bisa menggaet seiyuu asli dari animenya untuk mengisi peran para karakternya dan menyumbangkan suaranya lewat percakapan di Story Mode. Selain itu, lagu pembuka yang mengiringi pemilihan mode utamanya, terbilang cukup enak didengar. Namun, untuk desain audio dan efek suara dalam permainannya, bisa dibilang agak berantakan. Efek-efek suara yang dihasilkan selama pertarungan, terdengar sangat kurang dan tidak merepresentasikan pertarungan yang bombastis.
Value
Dengan jumlah karakter yang sedikit, mode permainan terbatas, gameplay yang kaku, Story Mode yang bagaikan slide Powerpoint, kualitas visual yang di bawah rata-rata dan bahkan tidak mendukung fitur Offline Multiplayer, kami pun tidak habis pikir, bagaimana mungkin Bandai Namco bisa meloloskan game ini untuk dirilis secara prematur serta dijual dengan harga yang sama dengan game Naruto x Boruto: Ultimate Ninja STORM CONNECTIONS atau hampir mendekati harga TEKKEN 8. Sungguh tidak masuk akal!
Tidak ada alasan untuk membeli dan memainkan game ini, kecuali jika Anda memang penggemar fanatik Jujutsu Kaisen yang memang bergelimang harta dan ingin membuang-buang uang untuk hal yang tidak berguna.
Conclusions
Ketika Dragon Ball, Naruto dan One Piece berusaha keras untuk menaikkan standar game anime setelah merilis belasan judul game selama bertahun-tahun, Jujutsu Kaisen justru menghancurkan stigma tersebut hanya dengan game debutnya. Entah karena diburu-buru jadwal rilis, biaya pengembangan yang minim atau kurangnya penelitian terhadap sumber materi, apa yang disajikan Byking dalam game ini benar-benar tidak bisa ditolerir. Dengan pengalaman mereka sebelumnya meracik game My Hero One’s Justice, seharusnya game ini bisa tampil jauh lebih baik dari ini.
Seperti judul yang diusung olehnya, Jujutsu Kaisen: Cursed Clash seperti mendapat kutukan dalam game debutnya. Ia menjadi noda untuk industri game yang sudah tampil cemerlang awal tahun ini. Jujutsu Kaisen: Cursed Clash adalah game pertama yang harus Anda hindari di tahun 2024. Sebaiknya, simpan uang Anda untuk game-game favorit lainnya yang memang sudah Anda incar sejak lama.
+ Lagu pembuka cukup enak
+ Menggunakan seiyuu asli untuk sulih suara
- Story Mode sangat buruk
- Cutscene seperti slide Powerpoint
- Mode permainan terbatas
- Jumlah karakter sedikit
- Character Select Screen tidak intuitif
- Sistem pertarungan sulit dinikmati
- Kontrol tidak responsif
- Kombo tidak jelas
- Animasi kaku
- Tampilan antarmuka seadanya
- HUD terlalu ramai
- Desain audio mengecewakan
- Tidak ada Local Multiplayer
- Sulit mencari lawan di Online Mode
- Harganya mahal