That Time I Got Reincarnated as a Slime ISEKAI Chronicles
Monkeycraft
ZOC
Bandai Namco
8 Agustus 2024
PS4, PS5, Xbox One, Xbox Series, Switch, PC
Action RPG
Remaja
Blu-ray, Cartridge, Digital
https://www.bandainamcoent.asia/sea/games/that-time-i-got-reincarnated-as-a-slime-isekai-chronicles
Rp 729.000 (Standard)
Rp 999.000 (Deluxe)
Bandai Namco adalah publisher game yang punya identitas kuat sebagai pengadaptasi serial anime terkenal. Setiap kali ada anime yang meledak, mereka tidak segan-segan untuk menggelontorkan dana segar mengamankan IP-nya agar bisa diadaptasi menjadi sebuah video game. Setelah Jujutsu Kaisen, Sand Land dan SPY X FAMILY, tahun ini mereka kembali melahirkan sebuah game baru adaptasi dari anime yang sedang naik daun berjudul That Time I Got Reincarnated as a Slime dengan tajuk ISEKAI Chronicles.
Apakah adaptasi game konsol pertamanya ini mampu menuai sukses seperti animenya?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Pada suatu hari, seorang pria bernama Satoru Mikami, mengira bahwa dirinya telah menjalani kehidupannya dengan baik, sampai tiba-tiba ia ditikam oleh seseorang tak dikenal dan akhirnya meninggal dunia. Setelah wafat, ia justru bereinkarnasi ke dunia lain dalam bentuk…. Slime.
Bagi Anda yang belum tahu, Slime adalah makhluk mungil berbentuk seperti gumpalan lendir yang tektstur tubuhnya lembek dan sangat lemah. Makhluk seperti ini biasanya adalah monster terlemah pada game-game RPG.
Ketika terbangun sebagai slime, pria itu menemukan dirinya terdampar di sebuah gua. Ketika berjalan perlahan mencari jalan keluar, Sang Slime malah bertemu dengan seekor naga raksasa bernama Veldora. Ternyata, Veldora bukanlah naga yang jahat dan ia malah berteman dengan Si Slime. Bahkan, Veldora memberinya nama agar lebih mudah dipanggil, yaitu Rimuru.
Anehnya, dalam reinkarnasinya itu, Rimuru justru dianugerahi dua buah kemampuan, yaitu Predator dan Great Sage. Dengan kemampuan itulah, ia membebaskan Veldora yang tersegel serta menyalin kemampuan naga ,ilik Veldora. Sejak saat itulah, petualangan Rimuru di dunia Isekai dimulai!
Bagaimana kelanjutan kisah Rimuru?
Temukan jawabannya dengan memainkan That Time I Got Reincarnated as a Slime ISEKAI Chronicles!
Gameplay
That Time I Got Reincarnated as a Slime: ISEKAI Chronicles adalah sebuah game adaptasi dari anime yang berjudul yang sangat panjang itu. Untuk mempermudah penyebutan namanya, serial ini juga dikenal dengan nama Ten-Sura. Jika biasanya Bandai Namco mengadaptasi anime menjadi sebuah game fighting 3D arena, lain halnya dengan Ten-Sura. Mereka memutuskan untuk menjadikannya sebuah game Action RPG yang dipenuhi dengan aksi eksplorasi dan pertempuran.
Game ini menyediakan dua tingkat kesulitan yang bisa Anda pilih, yaitu Story dan Normal. Tingkat Story ditujukan untuk pemain yang hanya ingin fokus pada cerita utama dan kondisi musuhnya lebih lemah. Namun, secara keseluruhan, tingkat kesulitan ini tidak terlalu banyak berbeda karena tingkat Normal pun sebenarnya sudah sangat mudah untuk ditaklukkan.
Berikut kami bahas aspek gameplay selengkapnya:
Exploration
Setelah keluar dari gua, Rimuru bertemu dengan para Goblin dan akhirnya berteman dengan mereka. Rimuru tiba di sebuah desa goblin yang masih sangat kosong dan bertekad untuk membangun kembali desa tersebut dan mengisinya dengan berbagai fasilitas baru.
Sesi eksplorasi di game ini menggunakan sudut pandang 3D isometrik, dengan proporsi karakter yang terlihat chibi. Di sini Anda bisa menerima banyak quest dari NPC untuk diselesaikan. Dan tahukah Anda jenis quest apa yang paling sering muncul dan sangat dibenci oleh penggemar game RPG? Ya, Fetch Quest!
Bagi Anda yang kurang familiar dengan istilah tersebut, Fetch Quest adalah sebuah jenis quest receh dan remeh yang biasanya meminta Anda untuk mencari item tertentu, untuk kemudian diberikan kepada NPC. Di dalam game lain, biasanya Anda mengerjakan fetch quest untuk mengejar suatu hadiah seperti item, senjata, equipment, uang dan lain sebagainya. Di game ini, fetch quest benar-benar tidak bermanfaat untuk dikerjakan karena tidak memberikan imbalan yang pantas untuk kita kejar. Seandainya ada pun, imbalannya benar-benar tidak sepadan dengan waktu dan tenaga yang Anda berikan untuknya.
Action
Berbeda dengan sesi eksplorasi yang mengambil sudut pandang 3D, sesi pertempurannya justru mengambil sudut pandang 2D sidescrolling. Anda bisa membawa maksimal tiga karakter dalam party dan bisa bergonta-ganti peran selama bertempur. Seiring berjalannya cerita, jumlah karakter yang akan bergabung juga akan bertambah.
Sekilas, sistem pertarungannya mengingatkan kami pada game Tales jadul. Anda bisa mengeluarkan kombo hanya dengan mashing button tombol kotak saja dan bisa dikombinasikan dengan berbagai arah, seperti atas, bawah, depan dan belakang. Di balik kesederhanaan sistemnya, ternyata kita bisa merangkai kombo yang cukup variatif dengan variasi serangan yang tersedia, seperti melemparkan musuh ke udara, melanjutkannya dengan kombo udara atau sekedar menghajar musuh yang sudah tumbang sampai mereka bangkit lagi. Selain itu, skill-skill para karakternya juga sangat mendukung untuk memperpanjang kombo yang ada, sehingga Anda bisa bereksperimen untuk menemukan kombo yang lebih banyak.
Presentation
Visual
Presentasi visual dalam game ini bisa dibilang agak campur aduk antara potongan anime dan render 3D. Pada bagian cutscene cerita, terlihat developer hanya mengambil potongan adegan dari animenya untuk kemudian ditambahkan teks dan sulih suara saja sehingga gambarnya tampak statis. Gaya presentasi seperti ini sering sekali kami temukan pada game-game adaptasi anime berbudget rendah.
Tampilan saat karakter melakukan percakapan dibuat seperti Skit pada game Tales jadul, di mana dua karakter atau lebih, saling bercengkrama dengan tampilan foto yang dibingkai. Sebenernya ada juga cutscene dengan animasi CGI yang kualitasnya cukup memukau, tetapi jumlahnya tidak banyak.
Sementara, saat permainan berlangsung, visualnya ditampilkan dalam bentuk 3D cel-shading ala-ala anime. Model karakternya sendiri terlihat cukup baik meskipun proporsi tubuhnya agak chibi. Namun, hal ini tidak berlaku untuk desain stage yang repetitif, membosankan dan tidak inspiratif. Desainnya terasa seperti diulang-ulang saja tanpa ada variasi yang berarti.
Audio
Untuk ukuran game adaptasi anime, kualitas musik dan sulih suaranya termasuk bagus. Hampir seluruh percakapannya disulihsuarakan dengan baik sehingga momen-momen dalam ceritanya terasa lebih hidup seperti sedang menonton animenya. Padahal biasanya developer sering kali melupakan bagian ini dan tampil seadanya. Musik dan efek suara yang ditampilkan juga terdengar cukup bagus. Meskipun tidak terlalu istimewa, akan tetapi ia sudah cukup mewakilkan tentang adegan-adegan yang berlangsung.
Value
Jika Anda berharap game ini bisa menjadi entry-level bagi pemula, maka Anda akan sangat kecewa. Meskipun plot ceritanya cukup bagus, namun cara penyampaian ceritanya yang tidak jelas dan terburu-buru, membuat setiap konklusi ceritanya kurang masuk akal. Hal inilah yang membuat game ini sangat tidak ramah bagi Anda yang tidak mengikuti serialnya lewat novel, manga maupun anime.
Sebagai orang yang tidak mengikuti serial ini, sering kali kami dibuat kebingungan oleh istilah-istilah yang dipakai dalam percakapan tanpa ada penjelasan khusus sehingga membuat kami sering kali kehilangan konteks ceritanya. Dan untuk sebuah game yang dihargai Rp 729.000, game ini jelas masih jauh dari harapan dan masih banyak game lain yang harganya lebih murah dan kualitasnya melebihi game ini.
Conclusions
Sulit rasanya untuk merekomendasikan That Time I Got Reincarnated as a Slime ISEKAI Chronicles kepada gamer secara umum karena game ini memang ditujukan untuk fans berat serialnya yang sudah mengikuti serial novel, manga atau animenya. Terlepas dari sistem pertarungannya yang cukup seru dan soundtrack-nya yang cukup bagus, banyaknya fetch quest dan desain dungeon yang repetitif, membuat pengalaman bermain kami terasa monoton. Selain itu, penyampaian ceritanya yang buruk, membuat game ini sangat tidak ramah untuk para pemula.
+ Sistem pertarungan lumayan adiktif
+ Visual CGI terlihat memesona
+ Soundtrack cukup bagus
- Tidak ramah untuk pemula
- Penyampaian cerita terburu-buru
- Terlalu banyak screenshot dari anime
- Tingkat kesulitan terlalu mudah
- Berlimpahnya jumlah Fetch Quest
- Pola permainan repetitif
- Dungeon membosankan
- Harganya terlalu mahal