Final Fantasy XVI
Square Enix
Creative Business Unit III
Square Enix
17 September 2024
PC
AMD Ryzen 7 7800X3D
Asus ROG Strix RTX 4080 Super
Action RPG
Dewasa
Digital
170 GB
Rp 729.000 (Standard)
Rp 1.029.000 (Complete)
Final Fantasy, sebuah serial yang selama lebih dari tiga dekade terakhir selalu menjadi wajah dari publisher Square Enix. Serial ini tentu saja meninggalkan banyak kisah dan pengalaman bagi para gamer karena serial ini selalu dijadikan patokan untuk sebuah game JRPG yang ideal.
Tahun ini fans Final Fantasy sangat berbahagia karena setelah awal tahun disajikan Final Fantasy VII Rebirth, di bulan September ini Square Enix kembali merilis seri utamanya menuju PC, yaitu Final Fantasy XVI. Setelah lebih dari satu tahun lebih menunggu, kini para gamer PC akhirnya bisa menikmati bentuk terbaik dari iterasi ke-16 dari franchise legendaris ini.
Seberapa besar perubahan game ini dari versi PS5-nya dulu?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Cerita dalam game ini berlatarkan di sebuah dunia bernama Valisthea, yang terbagi atas enam wilayah kerajaan, di mana tiap kerajaan saling berperang untuk memperebutkan kekuatan Mothercrystals. Sayangnya, cahaya Mothercrystal perlahan mulai memudar sehingga mengakibatkan wabah penyakit di berbagai wilayah yang dikenal dengan sebutan Blight.
Rosaria adalah salah satu kerajaan yang ada di Valisthea yang terbentuk dari beberapa kelompok independen. Awalnya, Rosaria merupakan kerajaan yang makmur karena memiliki Phoenix sebagai Eikon, namun karena tidak punya akses ke Mothercrystals, kondisi kerajaan ini sangat rentan terkena penyakit Blight.
Di Rosaria terdapat keluarga bangsawan bernama Rosfield yang punya garis keturunan Eikon Phoenix. Phoenix sangat dipuja oleh rakyat Rosaria karena selalu menyelamatkan Rosaria dari marabahaya. Siapapun yang menjadi Dominant dari Phoenix, ditakdirkan akan menjadi pemimpin Rosaria.
Dominant adalah orang-orang terpilih yang lahir dengan kemampuan untuk menampung Eikon, makhluk astral yang ada di Valisthea. Dan sayangnya, putra sulung dari Raja Elwin dan Ratu Annabella, yaitu Clive Rosfield dianggap gagal untuk menjadi Dominant Phoenix, selepas Dominant sebelumnya telah tiada, yang tak lain adalah kakek dari Clive. Sang Phoenix justru memilih sang adik, Joshua, sebagai Dominant Phoenix berikutnya. Karena hal inilah, Sang Ibu sangat membenci Clive dan sebaliknya justru sangat menyayangi Joshua.
Awalnya, Kerajaan Rosaria beraliansi dengan Kerajaan Sanbreque. Namun, ternyata Annabella berkhianat terhadap Elwin dan justru bekerja sama dengan Sanbreque untuk membunuh suami dan anaknya sendiri. Melihat ayahnya terbunuh di depan mata, membuat Eikon Phoenix dalam diri Joshua bangkit. Di saat yang bersamaan, Eikon api kedua, yaitu Ifrit, juga ikut bangkit dari dalam diri Clive. Ifrit memang berhasil menghentikan amukan Phoenix, sayangnya karena lepas kendali, hal ini justru membuat nyawa Joshua ikut melayang bersama dengan hilangnya Phoenix.
Bagaimana kehidupan Clive Rosfield selanjutnya setelah kehilangan ayah dan adiknya?
Temukan jawabannya dengan memainkan Final Fantasy XVI!
Gameplay
Lahir dengan statusnya yang begitu melekat sebagai Turn-based RPG, seiring berjalannya waktu gameplay Final Fantasy terus mengalami perubahan yang tak jarang menuai kontroversi. FFX bisa dibilang sebagai seri terakhir yang masih murni menggunakan sistem Turn-based karena pada seri-seri setelahnya Square Enix terus bereksprimen untuk menemukan formula yang tepat di era modern.
Meskipun cerita dan visual adalah elemen yang penting dalam sebuah game JRPG, namun menurut kami gameplay tetaplah menjadi nyawa dari sebuah game. Oleh karena itulah, mereka mengutus Ryota Suzuki yang pernah menangani game populer sekelas Devil May Cry dan Monster Hunter untuk meracik mekanisme pertarungan dalam game ini agar bisa diterima oleh generasi baru maupun para veteran. Alhasil, Final Fantasy XVI kini telah menjelam menjadi sebuah game Action RPG dan telah meninggalkan sistem Turn-based / Command-based yang masih sedikit diterapkan pada Final Fantasy VII Remake.
Berikut kami bahas aspek gameplay selengkapnya:
Clive Rosfield
Clive Rosfield adalah protagonis utama dalam game ini. Ia adalah putra sulung dari Raja Rosaria, Elwin Rosfield. Di awal permainan, Anda akan memainkan Clive saat ia masih remaja. Dan setelah melewati sesi prolog, cerita akan beralih ke 13 tahun setelahnya di mana Clive sudah menjadi pria dewasa.
Clive adalah seorang Bearer, istilah yang digunakan pada seseorang yang terlahir dengan kemampuan spesial di mana mereka bisa menggunakan sihir tanpa bantuan kristal. Namun, ia juga punya kemampuan berpedang yang cukup mumpuni berkat pengajaran yang ia dapatkan saat remaja.
Berbeda dengan para Dominant yang hanya bisa menampung satu jenis Eikon saja dalam tubuhnya, Clive adalah individu yang istimewa karena selain merupakan Dominant dari Ifrit, Clive juga bisa menyerap kekuatan Eikon lain dari para Dominant. Kekuatan yang telah diserap olehnya, nantinya bisa digunakan selama pertarungan.
Party Members
Clive tidak sendirian mengarungi petualangannya karena game ini sebenarnya masih punya fitur klasik bernama Party Members seperti game Final Fantasy sebelumnya. Kendati demikian, Clive tetap menjadi karakter yang Anda kendalikan sepenuhnya.
Clive punya hewan peliharaan seekor serigala bernama Torgal yang akan menemaninya berpetualang dan bertarung. Anda memang tidak bisa mengendalikan Torgal secara langsung, namun Anda bisa memberinya perintah untuk menyerang atau memulihkan kesehatan Clive dengan tombol D-Pad. Jika Anda merasa kerepotan untuk memberinya perintah, terdapat sebuah aksesoris khusus yang membuat Torgal bisa beraksi secara otomatis tanpa perlu Anda beri perintah secara manual.
Selain Torgal, sesekali akan ada karakter lain yang menemani petualangan Anda. Bedanya, Anda tidak bisa memberi mereka perintah seperti Torgal karena dikendalikan oleh AI sepenuhnya sehingga mereka akan bertindak secara otomatis selama pertarungan. Karakter Party Members juga tidak punya parameter seperti Health Bar, jadi mereka tidak akan mati selama pertarungan. Hal ini juga mengurangi beban pikiran pemain karena Anda hanya perlu memperhatikan Clive seorang agar ia tidak tumbang.
Semi Open-world
Tidak seperti FFXIII yang dunianya sangat linear atau FFXV yang dunianya terlalu terbuka, developer mengambil konsep Semi Open-world sebagai konsep utama dunianya. Jadi, dunia Valisthea di game ini memang terlihat luas dan megah, namun tidak semua area yang terlihat bisa dihampiri oleh Clive.
Misalnya, ketika Clive melewati jembatan atau menemukan danau, ia tidak serta merta bisa melompat ke dalam jurang atau air karena tetap ada dinding tak kasat mata yang membatasi pergerakan Clive. Tidak hanya itu saja, antara area kota dan dungeon juga tidak terhubung secara langsung, jadi Anda tetap harus memilih titik area tujuan lewat menu World Map saat ingin berpindah tempat.
Meskipun sekilas tampak linear, namun di beberapa kesempatan, Anda tetap diberi kebebasan untuk mengeksplorasi dunianya seperti mencari peti harta, grinding melawan musuh atau menyelesaikan misi sampingan sebelum melanjutkan cerita utamanya. Karena ketika Anda sudah masuk dalam misi utama, biasanya kebebasan bereksplorasi itu akan terkunci sementara, sampai misi tersebut selesai.
Kami sangat menyukai konsep dunia yang ditawarkan oleh FFXVI dan keputusan menjadikannya Semi Open-world adalah hal yang tepat. Karena dengan demikian, setiap sudut peta yang ditawarkan jadi terasa bermakna untuk ditelusuri. Kami masih ingat bagaimana dulu FFXIII dikritik habis-habisan karena dunianya yang terlalu linear yang minim aktivitas di luar misi utama, sementara FFXV juga menuai kritikan karena dunianya dinilai yang terlalu kosong meskipun sudah menyediakan peta yang sangat luas.
Seperti JRPG pada umumnya, game ini juga menyediakan berbagai misi sampingan dengan hadiah-hadiah yang cukup pantas untuk Anda kejar. Meskipun desain Side Quest di sini masih tipikal JRPG pada umumnya seperti mengumpulkan barang, mengantarkan barang dan mengalahkan monster, namun ia diposisikan untuk memperkaya lore cerita yang mungkin tidak Anda temukan dalam misi utamanya.
Jumlah Side Quest di sini juga bisa dibilang masih masuk akal dan tidak menjamur seperti game Open-world lainnya. Anda tidak perlu takut kelewatan Side Quest karena terdapat indikator hijau yang sangat jelas ketika Anda mengakses peta. Bahkan, ada NPC khusus yang memuat semua Side Quest yang tersedia dan Anda akan langsung dikirim ke titik Fast Travel terdekat untuk menjalankan misi sampingan tersebut.
Selain Side Quest, ada juga aktivitas sampingan bernama Arate Stone yang bisa Anda akses dari The Hideaway. Dengan mengakses batu ajaib ini, nantinya Anda bisa berlatih skill baru atau mengulang pertarungan yang berhubungan dengan cerita utamanya.
Battle System
Identitas Final Fantasy sebagai JRPG Turn-based benar-benar sudah hilang sepenuhnya di sini karena sistem pertarungannya kini tampil penuh aksi tanpa perlu menunggu giliran lagi. Jika kami harus membandingkan, ia punya mekanik yang mirip dengan Devil May Cry karena ditangani oleh orang yang sama, yaitu Ryota Suzuki.
Anda punya kendali sepenuhnya terhadap Clive seperti menyerang, menghindar, melompat, menggunakan item dan mengeluarkan skill-skillnya. Tombol serangan Clive terbagi menjadi tiga, X untuk serangan pedang, Y untuk serangan sihir dan lingkaran untuk skill dari Eikon yang sedang aktif. Selain serangan dasar, Anda juga punya dua slot skill aktif yang bisa digunakan dengan menahan tombol RT ditambah tombol X atau Y.
Clive tidak bertarung sendirian karena ia akan ditemani oleh serigala peliharaannya, yaitu Torgal. Anda bisa memberinya tiga perintah secara manual dengan tombol D-Pad, yaitu menyerang, memulihkan dan melontarkan musuh ke udara. Untungnya, ada aksesoris khusus yang bisa membuat Anda tidak perlu memberi Torgal perintah sehingga ia bisa beraksi secara otomatis.
Clive bisa membawa tiga Eikon sekaligus dan bisa digonta-ganti dengan tombol LT. Keberadaan Eikon akan mengubah mantra sihir pada tombol segitiga, skill Eikon pada tombol lingkaran dan skill aktif pada tombol RT. Sebagai contoh, jika Eikon Phoenix sedang aktif, maka serangan sihir Clive menjadi Fire (api), namun jika Anda mengubahnya menjadi Garuda, maka serangan sihir Clive menjadi Aero (angin).
Setiap Eikon punya Skill khusus yang bisa Anda buka menggunakan poin. Untungnya, ada fitur Reset yang bisa membatalkan semua skill yang telah Anda buka, sehingga jika Anda merasa tidak cocok dengan suatu skill, maka ada kesempatan untuk mengubah Build Character sesuai keinginan Anda.
Di awal permainan, mungkin Anda akan merasa bahwa kombo serangan dan jurus yang dimiliki Clive hanya begitu-begitu saja. Namun, seiring bertambahnya kekuatan Eikon baru, nantinya Anda bisa mengombinasikannya dengan bergonta-ganti Eikon selama pertarungan.
Selain itu, skill-skill baru yang Anda buka juga memungkinkan Clive melepaskan gerakan lain selain kombo dasarnya. Kami sendiri sangat suka melontarkan musuh ke udara, kemudian dilanjutkan dengan Phoenix Shift untuk mengejar mereka dan melanjutkan kombo di udara, sampai akhirnya membanting mereka ke tanah lagi sampai akhirnya binasa.
Dengan mengusung sistem pertarungan ala Devil May Cry seperti ini, seharusnya developer bisa menambahkan fitur Hit-Combo yang bisa menghitung berapa jumlah serangan yang telah Anda lepaskan dalam satu rangkaian kombo karena hal tersebut bisa menambah rasa kepuasan tersendiri apabila Anda berhasil merangkai kombo panjang nan kompleks yang memanfaatkan semua skill, jurus maupun Eikon.
Pada musuh-musuh berukuran besar atau berstatus sebagai Mini-boss dan Boss, biasanya mereka akan punya satu bar ekstra berwarna kuning bernama Will Gauge. Bar ini akan terus terkuras seiring serangan yang masuk padanya. Ketika bar tersebut telah terkuras setengah, maka mereka akan masuk pada kondisi Partial Staggered. Pada saat memasuki kondisi Partial Staggered, Anda bisa menarik jatuh musuh dengan kemampuan yang dimiliki Eikon Garuda. Dan setelah bar ini terkuras sepenuhnya, maka mereka akan masuk pada kondisi Staggered yang mana membuat mereka lumpuh sementara dalam batasan waktu tertentu.
Di pertengahan cerita nanti, kekuatan Ifrit milik Clive akan bangkit. Setelah itu, akan muncul sebuah bar baru bernama Limit Break yang akan terisi ketika Clive berhasil melepaskan atau menghindari serangan. Jika Anda pernah bermain game fighting seperti Street Fighter, mungkin Anda akan familiar dengan bar semacam ini. Ketika bar tersebut minimal terisi satu slot, maka Clive bisa bertransformasi menjadi bentuk Semi-Prime dengan menekan tombol LS + RS secara bersamaan.
Dalam kondisi ini, tubuh Clive akan diselimuti oleh kobaran api. Serangan, pertahanan, kecepatan Clive akan meningkat dan Health Bar nya pun sedikit demi sedikit akan beregenerasi. Namun, tentu saja kondisi ini punya batas waktu sebelum bar Limit Break terkuras habis. Waktu yang tepat untuk menggunakan Limit Break ini adalah ketika musuh telah masuk dalam kondisi Staggered, sehingga Anda bisa menghasilkan kerusakan yang maksimal.
Game ini juga menyuntikkan elemen Quick Time Event (QTE) yang biasanya Anda temukan pada Boss Battle. QTE sendiri bukanlah hal baru dalam serial Final Fantasy karena sebelumnya FF XIII-2 sudah menerapkannya 12 tahun yang lalu. QTE sendiri terbagi atas tiga jenis, yaitu Cinematic Attack, Evasion dan Clash.
Pada tipe Attack dan Clash, Anda cukup tekan tombol X atau RB yang muncul di layar dalam jendela waktu yang cukup panjang, maka Anda akan menghasilkan atau terhindar dari kerusakan. Namun, pada Cinematic Clash, biasanya Anda harus menekan tombol X terus menerus sampai adegan tersebut selesai dan memperlihatkan cutscene pertarungan lagi. Sayangnya, menurut kami eksekusi QTE di sini rasanya terlalu sederhana.
Bagi para pendatang baru atau orang-orang yang tidak mahir memainkan game sejenis Devil May Cry, mungkin agak khawatir akan sistem pertarungannya yang sulit dieksekusi atau membutuhkan kombinasi tombol yang rumit untuk menyerang dan menghindar.
Untungnya developer sudah memikirkan hal tersebut karena terdapat aksesoris khusus yang bisa membuat kombo serangan Clive otomatis keluar hanya dengan menekan tombol X berulang kali. Bahkan, ada aksesoris yang juga bisa membantu Anda menghindari serangan normal tanpa perlu menekan tombol RB lagi. Developer secara cerdas mengakomodasi kebutuhan para pemula agar bisa menikmati permainan dengan santai tanpa perlu menghafalkan kombo-kombo yang ada.
Eikon
Sebutan untuk makhluk astral terkuat yang ada di dunia Valisthea. Eikon bersemayam di dalam tubuh para Dominant, yaitu orang-orang istimewa yang terlahir dengan kemampuan untuk menyimpan Eikon dalam tubuhnya. Jika Anda pernah memainkan game Final Fantasy sebelumnya, pastinya Anda tidak akan asing dengan istilah Summon dan Summoner. Ya, kedua istilah tersebut kini diubah dalam game ini dengan sebutan Eikon (Summon) dan Dominant (Summoner).
Eikon dalam game ini biasanya ditampilkan dalam bentuk raksasa. Tekstur tubuh mereka sangatlah keren dan mendetail sehingga setiap kemunculan mereka terasa begitu mewah dan megah. Sebagian besar Dominant bisa mengendalikan Eikon dalam tubuhnya, namun ada pula yang tidak bisa mengendalikannya seperti Clive.
Kehadiran Eikon tidak hanya sebagai pelengkap pertarungan atau cerita saja karena di beberapa adegan cerita, Anda akan diberikan kendali penuh atas para Eikon ini untuk mengalahkan Eikon lawan. Bahkan, adegan pembuka game ini diawali oleh pertarungan Eikon antara Phoenix dan Ifrit. Ukuran Eikon sendiri cukup bervariasi. Saat Ifrit dan Garuda bertarung, ukuran mereka mungkin terlihat hampir serupa, namun ketika Anda menghadapi Titan, maka ukuran Ifrit jadi terlihat jauh lebih kecil.
Pertarungan antar Eikon ini mengingatkan kami pada game Naruto Shippuden: Ultimate Ninja Storm. Kontrol saat mengendalikan Eikon sendiri sebenarnya cukup sederhana dengan Move-set yang sudah ditentukan. Biasanya, Anda harus mengalahkan Eikon lawan dengan menguras Health Bar mereka, sambil sesekali ada adegan Cinematic yang sedikit menambah momen dramatis.
Presentation
Visual
Soal visual, Final Fantasy selalu punya standar yang lebih tinggi dibanding game JRPG lainnya. Dari masa ke masa, ia selalu tampil memesona dan berhasil memamerkan kekuatan hardware yang mengusungnya. Anda mungkin masih ingat betapa revolusionernya FFVII saat pertama kali beralih ke era 3D di PSX. Kemudian, kami juga masih ingat betapa romantisnya adegan Tidus dan Yuna (FFX) saat di PS2, betapa kerennya aksi Lightning (FFXIII) saat berakrobat menggunakan Blazefire Saber saat rilis di PS3 hingga betapa luasnya dunia Eos yang bisa ditawarkan oleh FFXV dalam konsol PS4. Bahkan, kami juga masih ingat betul bagaimana mesin PS4 Fat kami tiga tahun lalu, masih kuat menampilkan visual yang begitu memukau dalam Final Fantasy VII Remake.
Sayangnya, hal seperti ini tidak kami rasakan lagi di Final Fantasy XVI. Meskipun secara kualitas, visualnya sendiri sebenarnya tergolong sangat mewah, mulai dari desain karakter yang ikonik, desain monster Eikon yang sangat keren, tekstur lingkungan yang mendetail hingga dunia Valisthea yang terlihat sangat indah, namun masih ada game lain yang berhasil mencapai level yang lebih tinggi sebelumnya, seperti Horizon: Forbidden West misalnya.
Dari tampilan antarmukanya, game ini terasa cukup bersih, terutama saat melakukan eksplorasi dari HUD. Hanya ada informasi terkait Quest dan indikator objektif yang muncul di layar. HUD seperti Health Bar, tombol aksi, potret Eikon hingga Eikon baru akan muncul ketika pertarungan dimulai. Tampilan menunya juga terasa intuitif dan mudah dipahami sehingga mengurangi beban Anda untuk mempelajarinya.
Kami memainkan game Ini pada settingan rata kanan dan berhasil menikmati Indahnya dunia Final Fantasy XVI ini dengan resolusi 4K dengan performa hingga mencapai lebih dari 120 FPS. Sangat jauh berbeda jika dibandingkan pada versi PS5 nya yang hanya mampu mencapai 30 fps di mode Quality (native 4K) atau pada mode Performance yang dapat mencapai 60 fps namun dengan dinamic resolution yang mentok pada angka 1080p.
Audio
Membawa tim yang ikut terlibat dalam FFXIV, Yoshi-P menugaskan Masayoshi Soken untuk meracik soundtrack dalam game ini. Scoring yang dibawakan oleh FFXVI benar-benar luar biasa. Kami sendiri langsung dibuat merinding oleh musik yang disajikan pada pertarungan Eikon di bagian prolog.
Soken sangat paham bagaimana cara menempatkan musik yang tepat sesuai dengan tempat maupun momen yang sedang berlangsung. Ketika Anda sedamg berpetualang di tempat yang damai, musik akan ikut mengalunkan melodi yang santai untuk menjaga tensi pemain tetap tenang. Namun, ketika kondisi berubah menjadi serius, maka musik perlahan berubah yang mana berhasil memacu adrenalin untuk terus bertarung memenangkan pertarungan.
Seperti game JRPG pada umumnya, game ini memiliki dua bahasa untuk sulih suaranya, yaitu Jepang dan Inggris. Namun, karena latar Medieval yang dibawakannya, kami merasa suara berbahasa Inggris terasa lebih cocok digunakan sebagai pengantar bahasanya. Kualitas kedua sulih suara ini sebenarnya sama hebatnya, namun para pecinta suara Jepang tampaknya harus sedikit kecewa karena sinkronisasi antara bibir karakter dengan artikulasi bahasanya hanya mendukung Bahasa Inggris saja. Semoga saja hal ini bisa diperbaiki di masa depan lewat patch update agar pemain yang menyukai Bahasa Jepang bisa mendapatkan keistimewaan yang sama.
Value
Setelah melewati masa timed-exclusive untuk PS5, Square Enix akhirnya merilis game Final Fantasy XVI ini ke platfrom PC, dengan harga Rp879.000 untuk versi standar. Menurut kami, Final Fantasy XVI sangat layak dibanderol dengan harga tersebut. Terlebih pada versi PC ini, dukungan teknologi ekslusif PC dapat Anda nikmati, seperti upscaling NVIDIA DLSS 3, AMD FSR, Nvidia DLAA untuk tampilan visual lebih baik, dukungan fitur-fitur Dualsense, serta dukungan untuk Ultra-wide support agar bisa memainkannya di monitor beresolusi lebar seperti 21:9 dan 32:9
Lore cerita yang sangat dalam dan menarik, World-building yang dibuat begitu hebat, kemegahan dunia Valisthea yang sangat artistik, pendalaman karakter yang begitu hebat, jajaran karakter yang berkesan, aktor-aktor hebat yang mengisi sulih suara di balik layar, ratusan soundtrack yang luar biasa berkelas, visual yang memesona dan memukau, pondasi gameplay yang sangat solid hingga konten yang begitu padat sepanjang permainan adalah hal-hal yang akan Anda dapatkan di sini. Bahkan, setelah Anda menamatkan game ini satu kali, Anda bisa memainkannya ulang dalam New Game+ dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi dan berkesempatan menciptakan senjata terkuat dalam sejarah Final Fantasy, yaitu Ultima Weapon.
Game ini juga tak lagi menahan diri dalam mengekspresikan dirinya. Elemen-elemen yang sebelumnya dianggap tabu dalam serial Final Fantasy seperti darah, sumpah serapah, adegan sensual hingga aksi kekejaman yang keji kini ditampilkan secara berani dan penuh hasrat. Hal inilah yang membuat game ini mendapatkan rating dewasa atau Mature dari badan rating ESRB. Arah perubahan ini kami nilai sebagai sesuatu yang positif karena ia menandakan bahwa Final Fantasy ikut tumbuh dewasa bersama para penggemar setianya yang sekarang mungkin usianya sudah tak muda lagi.
Conclusions
Mengembalikan latarnya ke era Medieval merupakan keputusan yang tepat karena judul FINAL FANTASY akhirnya kembali relevan dan bermakna. Perombakan sistem pertarungannya yang menjadi penuh aksi juga benar-benar berbuah manis karena eksekusinya terasa begitu mantap dan memuaskan.
Final Fantasy XVI versi PC adalah bentuk terbaik dari petualangan Clive yang bisa Anda nikmati saat ini. Dengan resolusi dan framerate yang lebih tinggi dan stabil, pengalaman yang kami dapatkan di sini jauh lebih imersif dari apa yang kami ingat di PS5 dulu. Ini memberikan kesempatan bagi Anda untuk menikmati dunia game yang lebih luas dan lebih hidup, seolah-olah Anda benar-benar terjun ke dalamnya. Bagi Anda yang telah menamatkan game ini di PS5, versi PC menawarkan kesempatan untuk merasakan petualangan yang sama dengan nuansa yang berbeda, berkat peningkatan teknis yang signifikan.
Final Fantasy XVI adalah manifestasi dari elemen-elemen terbaik yang dibutuhkan untuk menjadi sebuah video game yang ideal. Rupiah yang Anda keluarkan benar-benar terasa sepadan dengan apa yang ia sajikan. Terima kasih kepada Naoki Yoshida dan seluruh jajaran Creative Business Unit III di Square Enix yang telah berusaha keras di balik layar karena akhirnya kita mendapatkan game Final Fantasy yang pantas disebut sebagai Mahakarya.
+ Cerita yang digarap dengan rapi
+ Pertempuran melawan Machines sangat seru
+ Visual yang menawan dan detail
+ Performa sangat stabil yang mampu mencapai 120 fps pada resolusi 4K
+ Waktu loading sangat cepat
+ Misi sampingan yang brilian
+ Pertarungan boss yang epik
- Development Character beberapa tokoh kurang menarik
- Varian musuh yang tersedia cenderung repetitif
- Tidak ada harga bundling untuk DLC