Blades of Fire
Mercury Steam
505 Games
22 Mei 2025
PS5, Xbox Series, PC
Action-adventure
Dewasa
Blu-ray, Digital
46 GB
Rp 829.000
Tahun 2025 seakan mengulang kembali sejarah di industri game, di mana banyak sekali game-game menarik yang layak diantisipasi. Salah satunya adalah Blades of Fire, sebuah proyek game dari MercurySteam, developer game yang telah melahirkan judul game klasik seperti Castlevania: Lords of Shadow.
Setelah sebelumnya kami berkesempatan untuk melihat dan memainkan preview game ini, di mana kami dapat memainkan Sebagian cerita dan merasakan gameplay yang akan diusung dari game ini. Kali ini, kita akan membahas secara penuh seperti apa pengalaman bermain yang akan ditawarkan oleh game ini.
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Game ini menceritakan kisah seorang pria bernama Alan de Lira, sosok misterius yang sejauh ini diceritakan merupakan anak dari seorang Komandan Kerajaan. Di kerajaan ini, terdapat sebuah kutukan dari penyihir jahat yang membuat semua besi dan baju menjadi batu, meninggalkan pasukannya dengan penuh kekejian sebagai satu-satunya pengguna logam suci yang tidak terkalahkan. Alan memiliki kekuatan untuk memegang pusaka legendaris, yaitu sebuah palu yang disinyalir sebagai palu terakhir dari tujuh dunia, yang memberikannya sebuah tugas berat yang harus ia jalankan demi mengakhiri tirani dari sang Ratu Penyihir.
Mampukah Alan de Lira menjalani tugas berat ini?
Temukan jawabannya dengan memainkan Blades of Fire!
Gameplay
Blades of Fire adalah sebuah game action RPG yang mengambil latar daratan eropa pada masa abad pertengahan, setting yang mirip dengan game The Witcher. Meskipun jalan ceritanya berlangsung pada abad pertengahan, namun penggambaran dunianya begitu indah dan memancarkan hal-hal yang fantastik dan ajaib.
Blades of Fire adalah game Action RPG yang memadukan pertarungan ala soulslike dengan mekanik crafting senjata dan positioning damage. Sekilas, game ini terlihat punya kemiripan dengan God of War (2018), tapi game ini memberikan sebuah pengalaman baru untuk sebuah game action hack and slash. Ia tidak hanya menyajikan premis cerita yang menarik dan combat yang apik, tetapi juga sistem gameplay dan mekanik core combatnya cukup terasa unik sehingga membuatnya berbeda dengan game action lain.
Game ini memiliki keunikan yang terletak pada sistem pertarungan dan crafting-nya. Sesuai dengan judulnya, sang karakter utama merupakan seorang petarung sekaligus pandai besi yang memiliki pusaka legendaris di mana pada akhirnya hanya ia seorang yang dapat membuat senjata, di tengah kutukan dunia yang mampu mengubah senjata logam apapun menjadi batu.
Sebagai pandai besi yang mampu membuat senjata seperti pedang, pedang kembar, kapak, palu dan tombak, proses pembuatan senjata ini benar-benar diperhatikan dengan detail, mulai dari pemilihan materialnya, cara Anda menempa senjata tersebut, hingga memberikan senjata Anda sebuah nama unik yang menjadikan proses pembuatannya terasa sangat personal. Hal ini menghasilkan variasi gameplay yang menarik, di mana Anda akan merasa bahwa tiap senjata yang Anda buat benar-benar memberikan pengaruh yang besar ketika masuk dalam pertempuran.
Untuk pertarungannya sendiri, game ini menawarkan alur pertarunan layaknya game Soulslike. Anda dapat melakukan serangan normal dan skill, yang memerlukan manajemen stamina. Selain itu, Anda juga diizinkan untuk membawa paling tidak tiga jenis senjata yang dapat Anda ganti di tengah pertarungan.
Hal yang menarik dari combatnya adalah, game ini menerapkan sistem damage yang berdasarkan penempatan karakter saat Anda menyerang. Tiap musuh memiliki bagian tubuh yang lemah terhadap jenis serangan tertentu, tergantung dari jenis senjata yang Anda gunakan dan armor yang sedang mereka pakai.
Sebagai contoh, ketika Anda sedang menggunakan pedang, maka serangan menyamping akan memberikan kerusakan yang lebih besar dari pada serangan dari atas. Lain halnya untuk menghadapi musuh yang menggunakan armor, maka akan lebih efektif jika Anda menyerang mereka menggunakan senjata besar seperti palu atau tombak.
Selain itu, senjata Anda juga memiliki daya tahan, yang akan terus berkurang seiring pemakainnya. Anda harus mengasah kembali senjata tersebut jika tetap ingin menggunakannya, namun perlu Anda ingat bahwa untuk mengasah senjata juga tidak bisa dilakukan secara terus menerus.
Senjata Anda cepat atau lambat akan hancur, dan hal ini dipengaruhi juga oleh seberapa bagus proses Anda saat menempanya, biasanya ditampilkan lewat jumlah bintang yang Anda peroleh setelah selesai menempa senjata. Semakin banyak bintang yang Anda dapatkan, semakin sempurna senjata yang Anda buat dan semakin banyak kesempatan yang dapat Anda gunakan untuk mengasahnya, sehingga Anda dapat menggunakan senjata tersebut dalam waktu yang lebih lama.
Mekanik ini tentu saja memberikan pengalaman yang menyegarkan, di tengah begitu banyaknya game-game aksi serupa yang biasanya hanya berfokus pada kombo-kombo saja. Di sini Anda dituntut untuk memperhitungkan banyak hal. Tidak hanya melancarkan kombo serangan, namun momentum, positioning dan strategi agar senjata Anda dapat digunakan seefektif mungkin.
Di balik keunikan combatnya, terdapat beberapa hal yang menurut kami dapat menjadi dealbreaker bagi gamer yang ingin merasakan permainan yang simple. Pada dasarnya, game ini merupakan game linier yang dibalut dalam semi open world. Sayangnya, petunjuk pada tiap quest terkadang tidak tersampaikan secara jelas, sehingga Anda harus benar-benar memperhatikan petunjuk dan tidak ada marking apapun yang dapat memudahkan Anda untuk sekedar mencari lokasi kemana progress selanjutnya harus Anda tuju.
Desain level dan lingkungan yang terkadang membingungkan karena tidak adanya mini map juga menjadi tantangan tersendiri. Ketika karakter Anda mati, entah karena dikalahkan oleh musuh atau terjatuh ke dalam jurang , alih-alih kehilangan Experience Point (EXP), Anda justru akan kehilangan senjata terakhir yang Anda gunakan. Menurut kami, hal ini lebih menyebalkan daripada sekedar EXP yang hilang, karena jika Anda gagal untuk mengambil senjata tersebut sebelum Anda mati kembali, artinya Anda akan kehilangan banyak sumber daya.
Apalagi jika senjata tersebut dalam kondisi sempurna dan full upgrade, yang tentu saja membutuhkan material yang mahal dan sulit didapat. Terlebih lagi, musuh yang selalu respawn setiap Anda mati, tidak hanya musuh-musuh kroco saja, namun hingga mini Boss pun ikut respawn sehingga kadang membuat cukup merepotkan. Kondisi ini pada akhirnya bisa saja memberikan tekanan bagi pemain dan membuat kita menjadi kurang menikmati permainan karena kita jadi harus berhati-hati agar tidak mati.
Presentation
Visual
Secara visual, game ini memiliki kualitas visual yang patut diacungi jempol, namun belum sampai pada level game AAA. Menggunakan engine in-house sendiri, developer memberikan hasil yang cukup optimal. Memainkan game ini pada PS5 Pro, memberikan performa yang mulus dengan detail karakter dan lingkungan yang disajikan dengan sangat detail, dan efek-efek cahayanya juga patut memberikan gambar yang realistis. Kekurangannya mungkin terletak pada animasi yang masih terasa sedikit kaku.
Audio
Dari sisi audio, game ini punya kualitas suaranya juga terbilang cukup bagus, namun kurang istimewa. Meskipun penempatan musiknya cukup sesuai dengan atmosfer dunia dan momen cerita, namun tak ada yang benar-benar meninggalkan kesan mendalam. Sulih suaranya juga terbilang standar, tanpa ada sesuatu yang patut dibicarakan.
Value
Cukup lucu sebenarnya melihat harga yang disematkan pada Blades of Fire. Meskipun gameplay-nya sendiri cukup adiktif, namun menurut kami, game ini belum layak dihargai Rp 829.000. Selain karena ini adalah sebuah IP baru, kualitasnya juga masih serba tanggung. Padahal, banyak sekali game-game yang kualitasnya jauh lebih bagus dari ini, tapi dibanderol dengan harga yang lebih murah seperti Clair Obscur: Expedition 33 misalnya. Seharusnya, publisher bisa lebih jeli menentukan harga produknya sebelum dihujat oleh gamer dan media.
Conclusions
Nama besar MercurySteam memang membuka ruang ekspektasi yang cukup tinggi. Namun sayangnya, hal tersebut belum dapat kami rasakan dari game ini karena kita sudah mendapatkan banyak sekali game-game keren sejak awal tahun.
Blades of Fire sebenarnya menjadi bisa salah satu game yang underated tahun ini karena memberikan pengalaman bermain yang seru dan unik. Ada banyak elemen dan mekanik pertarungan yang mengesankan, tetapi di saat bersamaan, ada beberapa aspek yang seharusnya dapat ditingkatkan lagi.
+ Premis cerita cukup menarik
+ Cutscene digarap serius
+ Mekanisme pertarungan yang unik dan mendalam
+ Crafting senjata yang detail dan bisa dikustomisasi sesuai gaya bermain
+ Kualitas visual yang cukup detail
+ Performa yang stabil
- Animasi masih terasa kaku
- Minimnya clue dan petunjuk untuk menjalani misi
- Tidak ada minimap
- Harganya terhitung mahal