[Review] Anima: Gate of Memories I & II Remaster

Di era digital seperti sekarang ini, industri video game tidak hanya dikuasai oleh publisher dan developer raksasa saja karena studio indie pun tetap punya kesempatan yang sama untuk menggebrak dunia lewat game-game mereka. Anima Project, studio developer indie yang bermarkas di kota Valencia, Spanyol, ingin memperkenalkan kembali dua game mereka di konsol generasi terkini lewat paket koleksi Anima: Gate of Memories I & II Remaster yang saat ini telah tersedia untuk PS5, Xbox Series dan PC sejak 7 November lalu.

Apa saja pembaharuan yang mereka tawarkan?

Simak ulasan lengkapnya berikut ini!

Story

Cerita dalam game ini berlatarkan dunia fantasi yang kaya yang terinspirasi oleh Anima Beyond Fantasy, sebuah permainan papan meja di Spanyol. Game ini membawa Anda mengikuti kisah dua karakter. Karakter pertama adalah seorang gadis amnesia tanpa nama yang dikenal dengan sebutan  The Bearer. Karakter kedua adalah seorang pria terkutuk yang terjebak di dalam sebuah buku bernama Ergo.

Dikirim oleh Ordo Nathaniel, The Bearer dan Ergo berusaha mengambil artefak kuat yang dikenal sebagai Byblos. Setelah melawan musuh yang kuat dan gagal mendapatkannya, keduanya terbangun dan menyadari bahwa mereka telah terperangkap di dalam menara kuno magis. Mereka harus melawan entitas kuat yang dikenal sebagai Messenger yang mengancam dunia luar.

Mampukah keduanya mendapatkan artefak Byblos itu?

Temukan jawabannya dengan memainkan Anima: Gate of Memories I & II Remaster!

Gameplay

Anima: Gate of Memories adalah game Action RPG yang dikembangkan oleh developer indie bernama Anima Project dan diangkat dari game tabletop bernama Anima: Beyond Fantasy. Paket Remaster ini berisikan dua game, yaitu Anima: Gate of Memories (2016) dan sekuelnya Anima: Gate of Memories – The Nameless Chronicles (2018), yang menawarkan peningkatan visual dan performa.

Berikut kami bahas aspek gameplay selengkapnya:

Dalam game ini, Anda hanya dapat mengendalikan satu karakter saja dalam satu waktu. Kendati demikian, Anda tetap bisa bertukar peran antara The Bearer dan Ergo, bahkan selama pertempuran berlangsung. Sistem pertarungannya sendiri terjadi secara Real-time seperti game Action RPG pada umumnya. Mekanik pertarungannya sederhana, Anda hanya perlu melancarkan serangan kombo untuk menghabisi musuh.

Beberapa jenis musuh memiliki perisai yang mampu menahan serangan Anda. Kombinasi sederhana antara serang dan menghindar, tentu saja kerap kali menjadi solusi untuk menumbangkan mereka. Pertarungan boss biasanya jauh lebih menantang karena mereka punya pola serangan yang lebih variatif dan serangan ala Bullet Hell yang mengharuskan kita untuk lebih cermat dalam menghindar.

The Bearer dan Ergo punya skill tree-nya masing-masing, yang bisa Anda buka menggunakan poin yang didapat dari kenaikan level. Anda diberi kebebasan untuk mengembangkan bagaimana skill karakter Anda akan difokuskan. Misalnya, Anda ingin menjadikan The Bearer untuk fokus pada serangan sihir, sementara Ergo akan dijadikan karakter melee, semuanya tergantung bagaimana Anda mengalokasikan poin pada skill tree. Namun, Skill Tree mereka cenderung mirip satu sama lain, sehingga bermain sebagai The Bearer maupun Ergo, rasanya tidak jauh berbeda.

Mekanik pertarungannya bahkan masih meninggalkan luka lama berupa animasi pergerakan yang masih terasa kikuk. Hal ini kemudian diperparah dengan pergerakan kamera yang canggung, sehingga transisi saat berada di sudut area seringkali mengganggu alur pertarungan.

Berbeda dengan game-game Remastered masa kini yang biasanya memperbaiki kekurangan versi originalnya lewat pembaharuan Quality of Life, versi Remaster dari Anima masih dipenuhi oleh beberapa minus seperti tidak adanya Quest Log, tidak ada indikator titik tujuan, dan lain sebagainya.

Presentation

Visual

Bicara soal visual, mungkin inilah satu-satunya aspek yang benar-benar dipoles oleh developer dalam versi Remaster ini. Tekstur, pencahayaan dan pencahayaannya terlihat mengalami peningkatan yang signifikan, walaupun belum sampai pada level game baru rilisan terkini. Tak bisa kami pungkiri bahwa game ini tetap terlihat tertinggal satu generasi di belakang. Dari sisi performa, ia memang mengalami peningkatan, tapi dari sisi animasi, pergerakannya masih tampak kikuk dan canggung.

Audio

Soundtrack game ini digubah oleh Damian Sanchez dan Marc Celma yang keduanya berasal dari kota Valencia Spanyol. Keduanya merupakan komposer musik dan produser yang cukup terkenal di negaranya. Sayangnya, soundtrack ala orkestra yang sudah bagus itu, tidak dibarengi dengan kualitas sulih suaranya yang masih terdengar canggung, seperti orang yang sedang membaca teks.

Value

Untuk pemain lamanya, paket koleksi ini adalah cara terbaik untuk bernostalgia dengan kisah penuh intrik dalam dua game Anima: Gate of Memories. Sementara itu untuk pendatang baru, paket ini bisa menjadi pintu gerbang untuk mengenal seri game indie yang telah disempurnakan. Sayangnya, versi Remaster ini minim akan konten baru, sehingga jika Anda sudah pernah menamatkannya di PS4 dulu, sulit bagi Anda untuk terpikat dan memainkannya ulang.

Conclusions

Untuk sebuah game Remaster yang rilis di tahun 2025, Anima: Gate of Memories I & II Remaster sebenarnya masih jauh dari harapan. Kualitas visualnya memang tidak bisa disetarakan dengan game rilisan terbaru, namun setidaknya developer seharusnya bisa menawarkan hal-hal menarik lain yang bisa membuat penggemar lamanya terpikat. Minimnya konten baru membuat penggemar lamanya tidak punya alasan untuk membeli kembali versi Remaster ini. Selain itu, animasi karakter yang masih terasa canggung dan kikuk, membuat game ini tampak ketinggalan zaman untuk generasi saat ini.