Yasha: Legends of the Demon Blade
7QUARK
Game Source Entertainment
15 Mei 2025
PS4, PS5, Xbox Series, Switch, PC
Action RPG
Remaja
Blu-ray, Cartridge, Digital
10 GB
Rp 429.000 (PS4/PS5)
US$ 29.99 (Switch)
Rp 245.999 (Steam)
Dahulu, Jepang adalah salah satu negara terdepan dalam industri video game. Seiring berkembangnya zaman, kini Jepang tak lagi sendirian karena banyak negara-negara Asia Timur lainnya juga turut andil dalam menciptakan game-game berkualitas untuk berbagai platform, mulai dari mobile, konsol hingga PC. Korea Selatan dan Tiongkok sudah membuktikan bahwa mereka pun mampu meracik game berkelas AAA hingga mendapat pengakuan di ajang Internasional.
Tak ingin tertinggal dari para tetangganya di wilayah Asia Timur, Taiwan juga ingin membuktikan bahwa mereka punya talenta-talenta berbakat di negaranya. Di bulan Mei 2025 ini, 7QUARK, studio yang bermarkas New Taipei City, Taiwan, merilis sebuah game baru berjudul Yasha: Legends of the Demon Blade.
Terinspirasi oleh kesuksesan HADES yang berhasil mencuri perhatian para gamer beberapa tahun yang lalu, apakah Yasha: Legends of the Demon Blade juga mampu meraih kesuksesan serupa?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Dahulu kala, dunia dikuasai oleh para iblis dan monster. Mereka melakukan banyak kejahatan di muka bumi dan memangsa banyak orang yang menjadi teror di antara umat manusia. Namun, di satu titik, muncullah seseorang yang dijuluki “Yasha” yang berhasil mengalahkan semua iblis menggunakan pedang saktinya. Dengan demikian, ia pun dianggap sebagai pahlawan legendaris yang karena mampu membuat bulan berubah menjadi warna merah. Peristiwa ini pun dikenal sebagai “The Blood Moon”.
Setelah kejadian tersebut, perdamaian pun kembali menyelimuti kehidupan manusia. Namun, pada suatu hari, Sang “Yasha” pun menghilang tanpa petunjuk. Hal ini membawa malapetaka tersendiri karena Iblis Rubah Berekor Sembilan yang menjadi momok di masa lalu, kembali bangkit dan mengancam kehidupan manusia.
Shigeru, seorang shinobi wanita yang tangguh, bertekad untuk mengembalikan keseimbangan dunia. Caranya adalah dengan menemukan pedang iblis legendaris yang telah lama hilang. Tentu saja jalan Shigeru tidaklah mudah, karena akan ada banyak iblis yang menghalangi perjalanannya.
Mampukah Shigeru membasmi para iblis dari dunia ini?
Temukan jawabannya dengan memainkan Yasha: Legends of the Demon Blade!
Gameplay
Yasha: Legends of the Demon Blade adalah sebuah game aksi petualangan berbasis Roguelite, yang terinspirasi dari HADES. Berlatarkan di negeri sakura pada periode Edo, Anda akan bertarung melawan iblis jahat sebagai salah satu dari tiga karakter playable yang tersedia, yaitu Shigure, Sara dan Taketora. Bagian ceritanya dibawakan dalam dua gaya, adegan penting biasanya dibawakan dalam cutscene 3D, sementara percakapan biasa dibawakan dalam gaya visual novel.
Berikut kami bahas aspek gameplay selengkapnya:
Characters
Seperti yang sudah kami katakan sebelumnya, total ada tiga karakter yang bisa Anda mainkan. Setiap karakter punya kelebihan, kekurangan dan ceritanya masing-masing. Karakteristik yang berbeda inilah yang membuat tiap karakter terasa unik dan punya gaya bermain yang berbeda. Anda tidak bisa mengganti karakter di tengah permainan, sehingga satu slot Save Data akan terikat pada satu karakter saja.
Karakter pertama adalah Shigure, gadis shinobi pemalu bersenjatakan sebilah katana. Shigure bisa dibilang karakter yang seimbang, antara kekuatan, kecepatan dan jangkauan serang. Setelah mendapatkan senjata alternatif nanti, Anda bisa bergonta-ganti senjata di tengah pertarungan untuk mendapatkan efek yang berbeda-beda.
Karakter kedua adalah Sara, si iblis mungil bersenjatakan pedang kembar. Berbeda dengan Shigure, Sara punya kecepatan tinggi dan kombo yang sangat mematikan. Namun, karena jangkauan serangnya yang pendek, ia harus mendekati lawan untuk menyerang. Selain itu, daya tahannya juga cukup rentan, sehingga Anda harus rajin-rajin bergerak dan menghindar agar tidak cepat mati.
Karakter terakhir adalah Taketora, Monster Samurai yang menyerupai harimau. Taketora bisa dibilang karakter yang cukup advanced karena ia punya dua variasi serangan. Berbekal busur dan panah, Taketora bisa menyerang musuh dari jarak jauh sambil mengatur jarak aman. Namun, jika dibutuhkan, ia bisa melontarkan pukulan dahsyat, namun gerakannya agak lambat, sehingga Anda tidak bisa sembarangan menggunakannya.
Action RPG
Terlepas dari siapapun karakter yang Anda pilih di awal, pada dasarnya siklus dan pola gameplay yang akan Anda jalani akan serupa. Jadi, setelah memilih karakter dan melewati cutscene cerita, Anda akan dibawa ke sesi tutorial yang mengajarkan Anda mekanik dasar permainan seperti menyerang, dash dan parry.
Tempo permainan game ini cukup cepat, jadi Anda butuh kecepatan jari untuk mengimbangi jumlah musuh yang seringkali muncul dalam kuantitas yang cukup banyak. Anda bisa menyerang dengan dua jenis serangan, yaitu Light dan Heavy Attack. Keduanya bisa digabungkan untuk membentuk rangkaian kombo. Selain itu, ada juga kombinasi dengan Dash yang memicu variasi serangan yang berbeda.
Yang menarik, Anda juga bisa melakukan Parry terhadap serangan musuh. Untuk melancarkan Parry, biasanya akan ada indikator lingkaran sinar berwarna kuning di tubuh musuh. Tombol Parry juga bisa Anda tahan untuk menghasilkan serangan balasan yang lebih kuat. Tapi, menyebalkannya, sistem Parry ini kadang terasa kurang responsif. Jadi, kami seringkali terkena damage, meskipun sudah melakukannya dengan tempo yang tepat.
Inti permainannya cukup sederhana dan mirip seperti game Beat’em up, Anda hanya harus mengalahkan semua musuh dalam satu area, kemudian bergerak ke area berikutnya sampai akhirnya bertemu dengan boss. Setelah pertarungan boss, biasanya akan ada sesi istirahat yang membawa Anda ke sebuah desa, yang mengizinkan Anda untuk memulihkan diri, membeli item atau menjalani misi sampingan berupa Challenge.
Roguelite
Jadi, di mana elemen Roguelite itu berada?
Dalam satu perjalanan, Anda bisa menerima berbagai buff untuk karakter ketika menyelesaikan satu area. Buff seperti meningkatkan serangan, pertahanan atau Health ini bersifat semi-permanen. Selama Anda bisa terus maju tanpa mati, maka buff tersebut akan terus terbawa sampai ke stage-stage berikutnya.
Namun, bagaimana jika karakter Anda mati di tengah jalan?
Semua buff dalam bentuk jimat, Soul Orb maupun ramen yang sudah dimakan, semuanya akan hilang dan kembali ke nol. Kendati demikian, Anda tidak akan kehilangan segalanya karena sumber daya yang telah Anda dapatkan sebelumnya tetap terbawa di perjalanan berikutnya.
Di perjalanan berikutnya, Anda bisa melakukan upgrade permanen untuk memperkuat karakter seperti menambah jumlah stok Dash, meningkatkan angka HP maksimal, bisa hidup kembali setelah satu kali mati dan lain sebagainya. Namun, karena sumber daya yang Anda dapatkan di tiap perjalanan terhitung minim, Anda butuh banyak grinding untuk meng-upgrade semua atribut karakter. Ya memang seperti itulah game Roguelite . Ia memang dirancang untuk dimainkan berulang kali sampai karakter Anda benar-benar kuat dan bisa menyelesaikan dungeon-nya tanpa mati.
Presentation
Visual
Secara visual, game ini menawarkan kualitas visual yang cukup artistik. Render karakter menggunakan model 3D, sementara ilustrasi karakter menggunakan ilustrasi 2D ala visual novel yang cantik. Desain karakter utama dan antagonisnya terlihat atraktif, namun sayang desain karakter NPC-nya terasa membosankan dan repetitif.
Dari sisi performa, game ini berjalan cukup stabil di Nintendo Switch. Meskipun ada banyak musuh muncul di layar, namun hal tersebut sama sekali tidak memberikan kendala berarti. Ini berarti, jika Anda memainkannya di hardware yang spesifikasinya lebih tinggi seperti PS5 dan PC, tentu saja performanya akan jauh lebih mulus dari Switch.
Audio
Salah satu aspek yang membuat kami agak kecewa adalah audionya. Meskipun suara para karakternya diisi oleh aktor ternama, namun sayangnya tidak banyak dialog yang diisi sulih suara secara penuh. Sedikit sekali percakapan yang punya suara penuh. Alhasil, banyak momen-momen keren yang seharusnya emosional jadi terasa datar. Di sisi lain, musiknya sendiri cukup bagus, namun tidak ada yang benar-benar meninggalkan kesan mendalam, sehingga atmosfer fantasinya kurang terasa.
Value
Salah satu keunggulan game berbasis Roguelite punya nilai replay yang tinggi karena Anda butuh melakukan grinding berulang-ulang demi memperkuat karakter. Apalagi, game ini punya tiga karakter berbeda yang gaya bertarungnya pun berbeda pula, tentu saja membuat Anda tertantang ingin menyelesaikan semuanya.
Sebagai game dari developer indie, tentu saja Yasha: Legends of the Demon Blade dibanderol dengan harga yang relatif terjangkau. Di PlayStation, game ini dihargai Rp 429.000, lalu di Switch US$ 29.99 bahkan di Steam hanya dibanderol seharga Rp 245.999 + diskon 10%. Bahkan jauh sebelum rilis, developer 7QUARK bahkan sudah menjanjikan banyak update konten baru di masa depan, yang membuat game ini semakin padat akan konten.
Conclusions
Yasha: Legends of the Demon Blade adalah salah satu Hidden Gem tahun ini. Terlepas dari statusnya sebagai game indie, ia punya konten yang cukup padat, ceritanya yang menarik, gameplay yang solid, visual yang memesona serta replay value yang tinggi. Apalagi harganya yang relatif terjangkau, membuat game ini benar-benar layak dibeli dan mendapat dukungan secara penuh.
Meskipun terinpirasi, namun game ini tidak bukanlah tiruan HADES. Yasha menawarkan keseimbangan yang lebih baik serta tingkat kesulitan yang lebih masuk akal. Setiap areanya akan membuat Anda terus berkembang. Jika Anda masih ragu, GSE Asia telah menyediakan demo gratis di PlayStation Store, Nintendo eShop dan Steam untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang apa yang ditawarkan game ini.
+ Tiga alur cerita berbeda
+ Tiap karakter punya gaya bertarung unik
+ Tempo permainan cepat
+ Sistem pertarungan memuaskan
+ Jajaran boss menantang
+ Replay Value tinggi
+ Presentasi visual memesona
+ Ilustrasi karakter cantik
+ Performa mulus
+ Musik cukup bagus
+ Harganya terjangkau
- Sulih suara tipis-tipis
- Sistem Parry kurang responsif
- Tidak bisa berganti karakter di tengah permainan