Tamagotchi Plaza
HYDE Inc.
Bandai Namco
27 Juni 2025
Switch, Switch 2
Simulation
Semua Umur
Cartridge, Game-Key, Digital
1.1 GB (Switch)
2.1 GB (Switch 2)
US$ 39.99 (Switch)
US$ 49.99 (Switch 2)
US$ 10.00 (Upgrade Pack)
Bagi banyak dari kita yang tumbuh di era 90-an, Tamagotchi bukan hanya mainan elektronik, ia adalah teman kecil yang selalu kita jaga di saku celana—menyita perhatian kita, menuntut perhatian kecil tapi penuh makna. Maka ketika Bandai Namco merilis Tamagotchi Plaza eksklusif untuk Nintendo Switch 2, ada semacam rasa penasaran bercampur harapan: apakah pengalaman yang dulu begitu personal bisa dikemas ulang menjadi sesuatu yang tetap relevan, bahkan mungkin lebih kaya, di era game modern yang serba kompleks?
Tamagotchi Plaza tidak mencoba untuk memikat dengan ledakan aksi atau kedalaman narasi epik. Ia memilih jalur yang lebih sunyi dan ritmis—menghadirkan keseharian sebagai arena bermain. Tapi justru di sanalah letak tantangannya: mampukah game ini menjadi lebih dari sekadar mesin nostalgia?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Cerita Tamagotchi Plaza dimulai dengan kejutan manis: sang Pangeran Tamahiko datang langsung ke Bumi menggunakan UFO untuk merekrut Anda sebagai Ketua Panitia Festival Tamagotchi. Setelah tiba di Tamagotchi Planet, Anda akan diperkenalkan pada tokoh-tokoh ikonik seperti Mametchi dan Kuchipatchi, yang tergabung dalam Komite Penawaran Festival.
Misi kita sederhana tapi ambisius—menghidupkan kembali kota Tamahiko agar terpilih sebagai tuan rumah festival terbesar di dunia Tamagotchi. Di balik premis yang ringan ini, terselip dinamika sosial dan semangat kolaboratif yang menjadi benang merah sepanjang permainan, menciptakan nuansa cerita yang hangat dan penuh harapan tanpa harus bergantung pada konflik besar.
Akankah Anda mampu mewujudkan impian Pangeran Tamahiko?
Temukan jawabannya dengan memainkan Tamagotchi Plaza!
Gameplay
Sejak kemunculannya pada akhir tahun 90-an, Tamagotchi telah menjadi simbol dari hubungan manusia dengan makhluk virtual. Ia bukan sekadar “hewan peliharaan saku,” tetapi juga representasi awal dari interaksi digital yang intim. Kini, di Tamagotchi Plaza, konsep tersebut dibawa ke level baru: dari satu karakter di layar monokrom, kini menjadi komunitas penuh warna dalam dunia yang luas dan responsif.
Sebagai pemain, kita diajak berperan sebagai penduduk baru kota Tamahiko, tempat yang tengah bersaing menjadi tuan rumah Festival Tamagotchi. Tapi ini bukan sekadar festival dengan kembang api; ia adalah simbol kemakmuran, kohesi komunitas, dan semangat kolaborasi antar-Tamagotchi.
Sang pangeran menunjuk kita sebagai “Kurator Kota” yang bertugas membangun dan menghidupkan kembali 15 toko tematik di sepanjang Plaza Utama—sebuah proyek ambisius yang mengaburkan batas antara simulasi sosial dan manajemen ringan.
Masing-masing toko punya keunikannya sendiri. Di toko bunga misalnya, Anda diajak mempelajari kombinasi warna untuk menyusun buket bagi pelanggan dengan kepribadian berbeda. Di studio manga, Anda akan menggambar berdasarkan deskripsi emosi dan permintaan dari klien. Hal ini membuat pengalaman menjadi lebih personal dan kreatif, sekaligus mengajak Anda untuk mengenal beragam karakter Tamagotchi dari sisi yang lebih dalam.
Gameplay dalam Tamagotchi Plaza terasa seperti kompilasi kegiatan harian yang diromantisasi. Tidak ada urgensi, tidak ada ancaman kehilangan “nyawa,” hanya tantangan dalam bentuk tugas-tugas kecil yang menuntut ketelitian atau kreativitas. Meskipun terdengar sederhana, pendekatan ini adalah pedang bermata dua.
Di satu sisi, ini membuat permainan cocok untuk sesi relaksasi. Misalnya, mengelola toko teh yang hanya beroperasi saat sore atau membuat busana berdasarkan musim adalah aktivitas yang bisa dinikmati dalam ritme lambat. Tetapi di sisi lain, kurangnya variasi dan sistem progresi yang dangkal membuat pemain merasa terjebak dalam siklus repetitif setelah beberapa jam.
Eksklusif Switch 2 memperkenalkan fitur sentuhan dan pointer di Joy-Con generasi terbaru, memungkinkan Anda benar-benar “memegang” objek, memotong pola, atau menyeret komponen secara presisi. Fitur ini memberi sensasi “kehadiran fisik” yang menyenangkan, meskipun masih lebih gimmick daripada fondasi gameplay.
Yang sedikit mengecewakan adalah absennya sistem relasi antar karakter atau narasi yang berkembang seiring kemajuan kota. Sebagai game komunitas, potensi Plaza terasa belum tergali maksimal. Tidak ada konflik internal, tidak ada dinamika emosional yang memunculkan dilema. Semua berjalan terlalu baik—terlalu steril—hingga sulit membekas di benak pemain.
Ada sesuatu yang diam-diam filosofis dari Tamagotchi Plaza. Dengan segala keterbatasan gameplay-nya, game ini mengajarkan kita tentang pentingnya rutinitas, konsistensi, dan rasa puas dalam tindakan kecil. Tidak semua harus mengarah pada tujuan besar—ada nilai dalam merapikan etalase atau menyusun bunga dengan presisi. Dalam dunia yang serba cepat dan kompetitif, Plaza mengingatkan bahwa membangun sesuatu perlahan tapi konsisten juga merupakan bentuk keberhasilan.
Namun, pelajaran ini sayangnya tidak diperkuat dengan sistem narasi atau progresi yang mendalam. Game ini menjadi cerminan dari kehidupan yang damai tapi datar—mungkin cocok untuk sebagian, tapi terasa kosong bagi yang mendambakan perjalanan emosional.
Presentation
Visual
Secara visual, Tamagotchi Plaza adalah puisi pastel dalam bentuk interaktif. Gaya desainnya menggabungkan estetika retro era Game Boy dengan kelembutan animasi modern. Bangunan kota ditata asimetris namun harmonis, menghadirkan kesan alami seperti sebuah kota kecil yang tumbuh dengan cinta.
Tapi di balik keindahan itu, dunia Plaza seperti panggung tanpa naskah. Karakter bergerak, berinteraksi, bahkan bergosip singkat, namun tidak ada perkembangan emosional yang nyata. Ketika NPC hanya memberi satu-dua kalimat klise tiap hari, rasa keterikatan pun sulit tumbuh. Sebagai perbandingan, game seperti Stardew Valley atau Spiritfarer berhasil membuat pemain peduli pada karakter melalui hubungan, cerita masa lalu, atau konflik kecil yang muncul.
Audio
Musik latar dalam Tamagotchi Plaza menyambut dengan nada-nada ceria seperti lonceng musim semi. Masing-masing toko memiliki jingle-nya sendiri yang mudah diingat. Namun, setelah beberapa jam, kekurangan variasi mulai terasa. Musik yang sebelumnya menyenangkan justru menjadi repetitif, terutama ketika pemain menghabiskan waktu lama di satu toko tertentu.
Efek suara karakter tetap mempertahankan identitas klasik Tamagotchi: gemerisik digital, suara tertawa seperti chip, dan ekspresi emosi sederhana via pitch suara. Detail ini menyenangkan, tapi kurang didukung oleh kualitas mixing audio secara menyeluruh—terkadang transisi antar musik terasa kasar atau terlalu mendadak.
Value
Di balik bentuknya yang mungil dan penuh warna, Tamagotchi Plaza menyelipkan pesan tentang pentingnya merawat—bukan hanya karakter, tapi juga ritme hidup, kepekaan sosial, dan makna dari kebersamaan. Di era ketika banyak game didesain untuk memicu adrenalin atau mendominasi leaderboard, game ini menawarkan pengalaman yang menyejukkan: bahwa kesenangan bisa hadir lewat aktivitas biasa jika dilakukan dengan perhatian.
Nilai yang dibawa game ini bukan pada “prestasi”, tapi pada kebersinambungan. Pemain diajak untuk hadir, terlibat, dan secara perlahan membangun harmoni dalam lingkungan digital. Seperti merawat tanaman atau menyeduh teh untuk teman, aksi-aksi kecil ini mengajarkan kita tentang kesabaran dan kehadiran—dua hal yang sering terlupakan dalam budaya yang serba instan. Meskipun tidak semua elemen Plaza berhasil dieksekusi dengan sempurna, niat di baliknya pantas diapresiasi.
Conclusions
Tamagotchi Plaza adalah game nostalgia yang dibungkus indah, tapi terkadang terlalu hati-hati hingga terasa steril. Dunia yang dirancang dengan cinta ini sayangnya tak diisi dengan cukup jiwa. Ia menyenangkan untuk kunjungan singkat, namun belum cukup menggoda untuk menjadi tempat singgah jangka panjang.
Untuk generasi baru, game ini bisa jadi pengantar yang lembut ke semesta Tamagotchi. Tapi jika Anda berharap sesuatu yang lebih dari sekadar manajemen toko mini, mungkin akan merasa bahwa game ini lebih cocok disebut pameran nostalgia daripada dunia yang layak dihuni sepenuhnya.
+ Tampilan visual yang menawan
+ Gameplay kasual yang santai
+ Fitur eksklusif Switch 2 perkaya variasi gameplay
- Repetitif dan cepat terasa membosankan
- Musik kurang variatif
- Tidak ada sistem narasi atau hubungan antar karakter yang kuat