Wild Hearts S
Koei Tecmo, Omega Force
Electronic Arts
25 Juli 2025
Switch 2
Action, Adventure
Remaja
Game-Key, Digital
33.4 GB
$49.99
Genre action-hunting selalu menjadi magnet tersendiri bagi para gamer yang haus tantangan dan momen epik. Dari getaran pertama saat melacak jejak monster hingga duel hidup-mati yang sarat strategi, genre ini terus beresonansi lintas generasi dan platform.
MONSTER HUNTER, sebagai pionir utama, bukan hanya membuka gerbang popularitas genre ini, tetapi juga membentuk standar baru dalam desain gameplay, sistem evolusi karakter, dan komunalitas digital melalui multiplayer.
Kesuksesan franchise tersebut memicu gelombang kreatif di kalangan developer game. Kita menyaksikan lahirnya judul-judul alternatif seperti Toukiden, God Eater, Dauntless, Code Vein, hingga Freedom Wars—masing-masing dengan pendekatan tematik dan mekanis yang unik, tetapi tetap mengusung semangat berburu dan bertahan hidup.
Di tengah lanskap kompetitif genre ini, Koei Tecmo dan Omega Force—studio yang telah lama kita kenal lewat seri Dynasty Warriors—menawarkan interpretasi segar lewat Wild Hearts.
Game ini membawa pemain ke dunia fantasi yang berakar pada estetika Jepang feodal, dengan sentuhan mistik dan alam liar yang mendominasi. Di sini, pertarungan bukan hanya melawan binatang raksasa, tetapi juga melawan alam itu sendiri. Kemono, makhluk buas yang menyatu dengan kekuatan elemen, menjadi pusat konflik sekaligus simbol dari keseimbangan yang terganggu.
Setelah sukses menancapkan taringnya di platform PlayStation, Xbox, dan PC, kini Wild Hearts bersiap menyapa pasar baru lewat versi Nintendo Switch 2 dengan subjudul Wild Hearts S.
Adaptasi ini menjadi bukti ambisi Omega Force untuk menjangkau gamer dengan gaya bermain yang lebih portabel, namun tetap intens. Apakah transisi ke Switch 2 akan menjaga kualitas visual, performa mekanik, dan kedalaman pengalaman seperti versi sebelumnya?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
Wild Hearts mengambil setting dalam dunia fantasi feodal jepang yang disebut Azuma. Dalam dunia ini para Kemono atau binatang-binatang raksasa yang menyatu dengan kekuatan alam, hidup dengan damai, namun secara tiba-tiba mereka mengamuk dan menjadi ancaman bagi keselamatan nyawa para penduduk pedesaan di wilayah tersebut.
Anda adalah satu-satunya pemburu yang dapat menggunakan teknologi kuno yang digunakan untuk melawan para binatang raksasa dan membantu Anda untuk menjelajahi wilayah Azuma.
Apakah Anda adalah seseorang yang terpilih untuk melawan kekuatan alam? Apa yang sebenarnya terjadi? mengapa para Kemono mengamuk? Sanggupkah Anda membawa keseimbangan alam pada kekacauan yang terjadi?
Temukan jawabannya dengan memainkan Wild Hearts S!
Gameplay
Secara sekilas, Wild Hearts memang tidak bisa mengelak dari bayang-bayang sang raksasa Capcom. Formula action-hunting dengan pertarungan melawan makhluk kolosal, sistem persenjataan yang kompleks, dan ritme eksplorasi yang menguji kesabaran—semuanya hadir dan tertata rapih. Namun, hal ini bukan semata-mata penjiplakan, melainkan sebuah evolusi yang ingin berbicara dalam dialek yang berbeda.
Koei Tecmo bukanlah pendatang baru dalam genre ini. Mereka sudah menorehkan jejak lewat Toukiden: Age of Demons (2013) dan Toukiden 2 (2017), dua judul yang mengusung semangat feodal Jepang dan mitologi Oni sebagai jantung narasinya. Melawan Iblis-Iblis raksasa yang berisi jiwa prajurit kuno memberi nuansa spiritual dalam perburuan, menghadirkan pertanyaan: apakah kita melawan monster… atau kenangan?
Namun di Wild Hearts, pertanyaan itu bergeser. Kini kita berhadapan dengan Kemono—makhluk buas yang bukan hanya besar dan menakutkan, tetapi juga menyatu dengan unsur alam. Hutan, api, es, angin… bukan sekadar latar, melainkan bagian dari tubuh dan taktik mereka. Ini bukan perburuan biasa; ini adalah benturan antara manusia dan kekuatan primordial.
Berikut kami bahas aspek gameplay selengkapnya:

Kemono
Dalam semesta Wild Hearts, monster bukan sekadar objek untuk diburu. Mereka dikenal sebagai Kemono—makhluk raksasa yang telah berevolusi secara unik dengan menyatu pada elemen-elemen alam. Tidak sekadar besar dan ganas, para Kemono tampil bagaikan manifestasi dari dewa-dewa liar yang menjaga keseimbangan dunia. Wujud mereka memukau, hampir mistis, dan sering kali membangkitkan rasa kagum sekaligus gentar.
Desain artistik para Kemono patut diacungi jempol. Koei Tecmo berhasil membalut kekuatan alam menjadi bentuk yang menawan dan penuh karakter. Ada Kingtusk, babi hutan raksasa yang menjadikan akar tumbuhan sebagai senjata hidupnya; Lavaback, seekor kera yang membawa lahar menyala di punggung dan tangan—perpaduan kehancuran dan energi yang menderu; lalu Deathstalker, serigala bersalju yang membawa kesenyapan dingin dan menjadi ikon visual utama dari game ini
Dengan total 20 jenis Kemono yang tersedia dalam versi awal, angka ini memang tidak tergolong masif untuk standar genre action-hunting. Namun sang developer telah menjanjikan gelombang konten tambahan melalui free title update yang dirancang pasca perilisan. Artinya, dunia Kemono masih akan terus berkembang, membuka ruang bagi para pemburu untuk menemukan tantangan baru dan memperdalam hubungan dengan dunia yang mereka jelajahi.
Pertempuran melawan para Kemono bukan hanya tentang refleks, tetapi tentang intuisi, ketekunan, dan pembelajaran tak henti. Dari kesan kami—dan kami termasuk veteran dari game ‘monster sebelah’—tingkat kesulitan di Wild Hearts cukup tinggi. Para Kemono bengis, brutal, dan tanpa ampun. Serangan mereka ‘sakti’ dan benar-benar ‘sakit’—mirip dengan pertarungan melawan Boss di NIOH, di mana setiap kesalahan bisa berujung fatal.
Namun justru di sanalah letak kepuasannya. Setiap kekalahan menjadi pelajaran. Setiap pengamatan gerakan menjadi kunci kemenangan berikutnya. Setiap momen ketika Kemono tumbang setelah duel panjang terasa seperti pencapaian personal—sebuah bukti bahwa kita telah memahami ritme alam dan menari bersama kekuatan besar yang nyaris tidak bisa dikendalikan.

Weapon & Combat
Di Wild Hearts, senjata bukan sekadar alat tempur, tapi ekstensi dari filosofi pemain: apakah Anda tipe petarung gesit yang suka menari di udara, atau penyerang brutal yang menumbangkan musuh dalam satu pukulan. Koei Tecmo menghadirkan total 8 jenis senjata, masing-masing dengan kepribadian, ritme, dan tantangan tersendiri.
5 senjata tersedia di awal permainan, memberikan cukup variasi untuk eksperimen awal. 3 sisanya terkunci hingga Anda menembus bab tertentu dalam cerita, menambah rasa progresi yang terasa organik. Berikut gambaran singkat tiap senjata dan ciri khasnya:
- Karakuri Katana : sebuah pedang samurai, senjata yang cukup seimbang dan mudah digunakan. Memiliki daya serang yang cepat dan memiliki berbagai variasi kombo serangan.
- Nodachi : sebuah pedang berukuran raksasa yang biasa kita kenal dengan istilah ‘great-sword’. Senjata ini memilki daya serang yang kuat, namun lambat dalam pergerakan.
- Bow : sebuah senjata panah dengan jangkauan serangan jarak jauh. Senjata ini memiliki tingkat tekhnik yang tinggi untuk dapat digunakan dan dikuasai.
- Maul: sebuah senjata berbentuk palu raksasa, memiki daya hancur yang sangat besar namun dengan konsekuensi pergerakan yang lamban.
- Bladed Wagasa: sebuah senjata berbentuk payung dengan deretan pisau di ujung tepi payung nya, memiliki jangkauan serangan yang pendek dan cepat. Senjata ini dapat digunakan untuk menangkis segala bentuk serangan kimono.
- Hand Canon : sebuah senjata berbentuk senapan besar, memiliki jangkauan serangan jauh dan daya hancur yang tinggi, namun dengan pergerakan yang terbatas.
- Claw Blade: sebuah senjata pisau-cakar, memiliki jangkauan serangan yang sangat pendek, namun sangat cepat. Senjata ini memberikan pergerakan yang sangat lincah, dengan serangan kombo di udara dengan tali seperti pergerakan serangan para prajurit di serial Attack on Titan.
- Karakuri Staf: sebuah senjata tongkat yang dapat berubah bentuk menjadi 5 bentuk senjata lain yang berbeda (tongkat-dual blade-pisau raksasa-tombak-ultra great sword). Senjata ini sangat unik tetapi memiliki tingkat tekhnik tinggi untuk digunakan.
Semua senjata hampir berfungsi seperti kelas-kelas karakter, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, Anda bisa ber-eksperimen untuk menemukan berbagai gaya bermain dan serangan yang cocok dengan Anda, serta ketika Anda menggabungkan variasi senjata yang digunakan saat bermain multiplayer dengan pemain lain itu adalah salah satu kunci utama untuk memenangkan pertempuran.
Senjata favorit kami sejauh ini adalah Bladed Wagasa dan Karakuri Staf, karena kedua senjata ini unik dan belum ada di game ‘action-monster-hunting’ lainnya.
Secara teknis, sistem serangan di Wild Hearts tidak serumit game sebelah. Kombinasi hanya berpusat pada tiga tombol: light attack, heavy attack, dan special attack. Tapi jangan salah, kesederhanaan ini justru menjadi fondasi dari gameplay yang gesit dan stylish. Gerakan karakter terasa fluid, aksi serangan punya flair visual, dan ada satu fitur yang bikin senyum terkembang: melompat. Yap—Anda bisa melompat untuk menyerang maupun eksplorasi, memberikan nuansa action-adventure yang menyegarkan di tengah genre berburu monster.
Dan… finishing move-nya? Super epik. Setiap kali Kemono tumbang, Anda diberikan momen sinematik untuk mengakhiri perburuan dengan gaya yang dramatis dan memuaskan.
Setiap senjata dibekali skill passive yang memengaruhi statistik—seperti peningkatan attack power, critical rate, dan lain-lain. Sistem upgrade-nya mengadopsi pendekatan ala NIOH, di mana Anda membutuhkan material hasil perburuan untuk membuka cabang skill tree yang kompleks. Menariknya, skill tertentu bisa ditransfer ke senjata baru, memungkinkan pemain mempertahankan esensi gaya bertarung mereka meski berganti senjata.
Dalam konteks multiplayer, sinergi antar pilihan senjata menjadi elemen strategis tersendiri. Perpaduan antara pemanah yang menjaga jarak, pengguna palu yang menjadi tank, dan pengendali Karakuri yang menciptakan struktur medan tempur bisa menjadi kombinasi yang sangat menentukan hasil perburuan.

Karakuri
Jika harus memilih satu elemen yang menjadi nyawa dari Wild Hearts, maka Karakuri adalah jawabannya. Sistem teknologi mekanik kuno ini bukan sekadar fitur tambahan—ia adalah filosofi baru dalam genre action-hunting. Bagi kami, Karakuri adalah differensiasi yang konkret dan berani dari Koei Tecmo, menjadi ciri khas sejati yang memperkaya gameplay sekaligus membentuk identitas game ini.
Ketika pertama kali diperlihatkan lewat trailer perdana, Karakuri sempat terasa seperti gimmick yang menyerempet pada sistem bangunan on-the-fly ala Fortnite. Namun begitu kami mencobanya langsung, persepsi itu berubah total. Karakuri bukan alat tempel; ia adalah pondasi strategi yang mendikte bagaimana kita bertarung, menjelajah, dan bertahan.
Melawan Kemono dengan senjata saja tidak cukup. Tanpa Karakuri, banyak momen pertarungan akan terasa timpang dan repetitif. Sistem ini mendorong pemain untuk berpikir, merancang, dan mengeksekusi. Timing dan penempatan menjadi krusial—dan ketika semua itu selaras, pertarungan berubah dari sekadar duel menjadi pertunjukan taktik yang cemerlang.
Misalnya, saat menghadapi Kingtusk yang menyeruduk dengan brutal, membangun tembok Karakuri menjadi peluang taktis untuk membuat sang raksasa terpental dan membuka celah serangan balik. Momen-momen seperti ini adalah esensi dari kepuasan dalam gameplay-nya.
Kemono sering berpindah lokasi, membuat pemain harus lebih lincah dan cerdas. Karakuri bukan hanya alat tempur, tetapi juga menjadi sarana traversal yang menyenangkan. Membuat glider, spring, atau bahkan baling-baling untuk melihat lokasi monster dari udara memberi pengalaman eksplorasi yang lebih dinamis dan hidup.
Pada dasarnya sistem Karakuri ini mempunya 2 tujuan utama, yaitu untuk menyerang dan untuk explorasi. Di dalam game nya Karakuri ini dibagi menjadi 3 model:
- Basic Karakuri: Kita bisa menciptakan model-model dasar alat bantu seperti kotak kayu yg dapat disusun untuk kita bisa memanjatinya untuk menggapai area yang tinggi atau untuk melompat lebih tinggi dalam melancarkan serangan. Lalu juga alat pegas (per) dimana menbantu kita untuk terlontar cepat membantu dalam mendekati musuh atau menghindarin serangan dengan gesit. Lalu ada juga baling-baling (seperti baling-baling bambu) dimana sangat membantu untuk eksplorasi dan memantau area atau arah dimana monster yang kita tuju dari atas langit.
- Fusion Karakuri: Kita bisa menggabungkan 2 model basic Karakuri menjadi 1 alat yang lebih keren dan sangat berguna untuk menyerang Kemono. Alat bantu yang bisa diciptakan adalah seperti Palu/Gada raksasa untuk menghajar, lalu juga Anda bisa menciptakan perangkap yang bisa membuat pergerakan kemono terhenti dan kita bebas menyerang dia dalam rentan waktu yang terbatas. Lalu juga balista/panah raksasa untuk menembakan tali jangkar kepada kemono tipe burung yang suka terbang dan sulit dijangkau. Bahkan kita bisa menciptakan senjata Canon raksasa yang bisa menembak dan meledakan sang musuh dengan damage yang sangat besar.
- Dragon Karakuri: kita bisa menciptakan alat bantu dimana pemanfaatanya lebih ke arah ‘quality life’ di dalam game menjadi lebih nyaman dan mudah, misalnya kita bisa membuat tenda dimana saja untuk membantu fast travel, atau kita juga bisa membuat ‘glider’ semacam tali gantung layaknya atraksi ‘flying fox’ dimana kita bisa meluncur bergelantungan untuk mencapai area tertentu dengan lebih cepat atau area-arae yang sulit dijangkau.
Tentunya penggunaan Karakuri ini tidak unlimited, tetapi dibutuhkan bahan baku yang disebut ‘Life Thread’ yang bisa kita kumpulkan disepanjang area yang kita jelajahi baik dari menebang pohoh, memecahkan batu bahkan mengambil langsung dari badan Kemono.
Lebih dari sekadar perburuan, Karakuri menawarkan pendekatan desain yang mengajak pemain menyusun logika mekanik sambil tetap berada dalam nuansa dunia feodal fantasi. Ini bukan hanya tentang seberapa cepat kita bisa mengalahkan musuh, tapi sejauh mana kita bisa menggabungkan alat, medan, dan waktu untuk menciptakan perburuan yang elegan dan tak terlupakan.

Armor & Crafting
Desain armor adalah salah satu faktor yang menjadikan game action-hunting memikat para gamer dan penggemarnya. Desain armo r(termasuk senjata) yang unik dan keren-keren dari wujud monster yang kita kalahkan selalu menjadi tujuan utama memainkan game dengan genre action-hunting. Tentunya Wild Hearts juga menawarkan sistem armor crafting yang seperti itu.
Setiap armor memiliki skill nya masing-masing, hanya saja skill pada armor tidak bisa ditransfer seperti layaknya senjata. Armor disini memiliki sistem upgrade yang sedikit unik, beberapa Armor memiliki 2 cabang upgrade yaitu Human-path atau Kemono-path, dimana masing2 upgrade ini akan menghasilkan desain armor yg berbeda dan berpengaruh pada aktif nya skill tertentu dan status Armor Affinity nya.
Yang disayangkan memang sistem skill armor pada game ini hanya sebatas status boost, seperti menambah defense, menambah health boost, membuat lebih tahan terhadap racun, dll. Skill nya tidak memberikan skill khusus yang bisa membuat perubahan gaya pertempuran kita seperti yang ditawarkan di game ‘pemburu monster’, karena justru sistem armor skilll yang demikian membuka ruang untuk menciptakan build-build khusus yang unik, semakin kuat dan menjadikan permainan bikin nagih.
Namun jika mencari sisis positifnya, sistem armornya tidak mengharuskan kita memiliki satu set complete armor set, kita benar-benar bisa mix & match kombinasi armor dari kepala, badan, lengan, pinggang, dan kaki sebebas sesuai dengan kombinasi skill yang kita inginkan.

Presentation
Visual
Jika ada satu titik lemah yang paling nyata dari Wild Hearts S di Switch 2, maka aspek visual adalah jawabannya. Dibandingkan dengan versi PlayStation, Xbox, dan PC, versi ini mengalami downgrade yang cukup mencolok—mulai dari tekstur lingkungan, efek partikel, hingga detail animasi para Kemono dan karakter. Langkah ini diambil demi memastikan performa tetap smooth, khususnya pada mode handheld. Dalam hal ini, kami rasa pengorbanan itu—meski pahit—masih bisa dimaklumi, mengingat keterbatasan spesifikasi perangkat.
Meski visual mengalami penurunan, performa gameplay berjalan cukup stabil. Frame rate cenderung konsisten dan loading time tidak mengganggu ritme permainan. Hal ini sangat penting, terutama untuk game dengan genre yang menuntut respons cepat dan interaksi real-time dalam pertarungan. Dalam mode handheld, Wild Hearts S justru menunjukkan kekuatannya sebagai game portable action-hunting yang tetap intens dan bisa dinikmati di mana saja.
Salah satu hal yang kami apresiasi adalah sistem character customization yang cukup mendalam. Di awal permainan, pemain diberi kesempatan menciptakan karakter sesuai preferensi masing-masing. Pilihan yang tersedia cukup detail—dari wajah, rambut, warna kulit, hingga bentuk tubuh. Preset untuk karakter perempuan tampil cantik dan beragam, menghadirkan fleksibilitas visual yang estetis sekaligus inklusif.
Ada juga opsi pengaturan proporsi tubuh seperti ukuran dada dan bokong, yang walau mungkin terasa berlebihan bagi sebagian pemain, tetap menjadi bagian dari kebebasan berekspresi dalam menciptakan avatar yang personal. Untuk Irfan, yang menekankan pada kebebasan mendesain karakter sebagai bagian dari keterlibatan emosional dengan dunia game, fitur ini jelas memberikan nilai tambah tersendiri.
Walau tekstur dan resolusi mengalami reduksi, art direction Wild Hearts tetap terasa kuat. Feodalisme Jepang fantasi, warna-warna pastel alam, dan bentuk Kemono yang unik masih berhasil memberikan atmosfer yang khas dan meditatif. Dunia game ini tetap mengundang untuk dijelajahi, meski dengan keterbatasan visual.
Audio
Sulih suara dalam game ini, baik versi Inggris maupun Jepang, sayangnya belum mampu membawa kedalaman emosi pada setiap percakapan. Kami sendiri lebih memilih sulih suara Jepang demi nuansa yang lebih autentik dengan latar dunia feodal yang diusung game ini.
Meski begitu, masalah utamanya bukan pada bahasa, tapi pada penyampaian dialog yang terasa terlalu skripted—tempo percakapan lambat, intonasi datar, dan ekspresi yang minim membuat setiap cutscene kehilangan intensitas naratifnya. Di titik ini, narasi yang seharusnya mengikat pemain justru menjadi momen transisi yang bisa terlewatkan begitu saja.
Kemono yang tampil visualnya memukau ternyata tidak dibarengi dengan desain suara yang menggetarkan. Raungan dan efek suara mereka masih tergolong standar—terasa familiar, bahkan kadang terlupakan.
Mengingat mereka adalah makhluk yang menyatu dengan alam dan memiliki aura mistik, seharusnya desain audionya bisa jauh lebih eksperimental atau atmosferik. Namun sayangnya, hingga saat ini, raungan Kemono hanya terasa seperti binatang biasa yang dibesarkan skala volumenya.
Lagu latar dalam game ini cukup kental dengan nuansa Jepang klasik—menggunakan instrumen seperti shamisen, seruling, dan tata ritme tradisional yang mendukung dunia feodal yang dibangun.
Namun, karena kami sudah terbiasa dengan game berlatar Jepang, musik ini tidak menghadirkan kejutan atau keunikan tersendiri. Ia tidak buruk, tapi juga tidak membekas. Musik yang idealnya bisa memperkuat atmosfer saat berburu atau saat menghadapi Kemono justru hanya menjadi latar yang netral.

Value
Wild Hearts S menawarkan nilai yang cukup solid bagi gamer yang mencari pengalaman action-hunting dalam format portabel. Konten yang tersedia dalam versi Switch 2 secara garis besar identik dengan versi lainnya—terdapat 20 jenis Kemono, 8 senjata unik, sistem Karakuri yang inovatif, mode cerita yang cukup panjang, fitur co-op multiplayer, serta janji update konten gratis di masa mendatang. Semua elemen tersebut menjadikan Wild Hearts S sebagai paket berburu yang lengkap dan tidak terasa setengah-setengah.
Namun tentu saja, dibanding versi PlayStation atau PC, versi Switch 2 membawa sejumlah pengorbanan. Visual yang jelas mengalami penurunan menjadi titik minus yang paling mencolok, mulai dari detail tekstur, efek lingkungan, hingga animasi karakter dan Kemono.
Tapi di sisi lain, performa yang stabil terutama dalam mode handheld menjadi kelebihan tersendiri—membuat pengalaman bermain tetap lancar tanpa gangguan teknis yang berarti. Fitur-fitur seperti karakter customization yang cukup mendalam, sistem senjata dengan skill tree dan upgrade, serta strategi Karakuri yang menjadi jantung gameplay tetap hadir secara penuh.
Walau kualitas audio—terutama voice acting dan musik latar—tidak terlalu impresif, fungsinya masih cukup untuk menopang suasana dunia yang dibangun.
Untuk harga, jika Wild Hearts S dirilis dengan kisaran harga standar game AAA di Switch (sekitar 60 USD atau setara lokalnya), maka nilainya masih bisa dikatakan pantang untuk dilewatkan oleh gamer yang memprioritaskan portabilitas dan fleksibilitas.
Jika kamu seorang veteran Monster Hunter yang ingin menjajal pendekatan berburu yang lebih strategis dan eksploratif, atau sekadar ingin membawa pengalaman berburu ke perjalanan dan sofa, maka Wild Hearts S adalah investasi yang layak.
Namun jika kamu mengejar kualitas visual maksimal dan pengalaman sinematik yang mendalam, versi PlayStation atau PC jelas lebih unggul. Semua kembali pada gaya bermain dan ekspektasi—karena pada akhirnya, perburuan terbaik bukan soal platform, tapi tentang bagaimana kamu menikmati setiap langkahnya.
Conclusions
Wild Hearts S bukan sekadar port ke platform baru—ia adalah manifestasi dari ambisi, adaptasi, dan inovasi dalam genre action-hunting. Meski dibayangi keterbatasan teknis Switch 2, game ini tetap berhasil mempertahankan jiwa strategisnya melalui sistem Karakuri yang unik, pertarungan Kemono yang menantang, dan senjata-senjata dengan karakter kuat. Visualnya mungkin turun, audionya belum menggugah, tapi substansi permainannya tetap utuh.
Bagi pemburu yang mencari makna di balik setiap serangan dan eksplorasi yang melampaui layar, Wild Hearts S memberi pengalaman yang layak dinikmati—dan mungkin justru lebih personal ketika dibawa ke mana saja. Karena kadang, nilai sebuah petualangan bukan di mana Anda bermain… tapi sejauh mana Anda tenggelam di dalamnya.
+ Tema feodal jepang
- Desain monster raksasa keren
- Karakter customization yg detail
- Dada & bokong bisa geser mentok kanan
- Sistem crafting Karakuri
- Jenis Senjata Baru
- Finishing move pada akhir pertempuran
- Performance yang cukup smooth
- Performance issue
- Kualitas visual terasa downgrade
- Audio narasi terlalu scipted
- Varian Monster yang sedikit
![[Review] NASCAR 25](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/10/NASCAR-25-Banner-115x115.jpg)
![[Review] Instruments of Destruction](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/10/Instruments-of-Destruction-Banner-115x115.jpg)
![[Review] FULL METAL SCHOOLGIRL](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/10/Full-Metal-Schoolgirl-Banner-115x115.jpg)
![[Review] NASCAR 25](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/10/NASCAR-25-Banner-200x250.jpg)
![[Review] Instruments of Destruction](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/10/Instruments-of-Destruction-Banner-200x250.jpg)
![[Review] FULL METAL SCHOOLGIRL](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/10/Full-Metal-Schoolgirl-Banner-200x250.jpg)
![[Review] Labyrinthine – Console Edition](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/09/Labyrinthine-Banner-200x250.jpg)
![[Review] Persona 3 Reload (NS2)](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/10/Persona-3-Reload-NS2-Banner-200x250.jpg)
![[Review] FINAL FANTASY TACTICS – The Ivalice Chronicles](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/10/Final-Fantasy-Tactics-The-Ivalice-Chronicles-Banner-200x250.jpg)
![[Review] Little Nightmares III](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/10/Little-Nightmares-III-Banner-200x250.jpg)
![[Review] Lost Twins 2](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/10/Lost-Twins-2-Banner-200x250.jpg)
![[Review] Digimon Story: Time Stranger](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/10/Digimon-Story-Time-Stranger-Banner-200x250.jpg)
![[News] Resmi! Sword of Justice Akan Rilis Pada 7 November 2025 Untuk Android, iOS dan PC](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/10/1-200x250.jpg)
![[Review] NASCAR 25](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/10/NASCAR-25-Banner-360x240.jpg)
![[Recap] Xbox Game Showcase – September 2025](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/09/Xbox-Games-Showcase-September-2025-360x240.jpg)
![[Review] Persona 3 Reload (NS2)](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/10/Persona-3-Reload-NS2-Banner-360x240.jpg)
![[Review] Call to Arms: Panzer Elite](https://www.play-verse.com/wp-content/uploads/2025/09/Call-to-Arms-Banner-360x240.jpg)