The Last of Us Part I
Naughty Dog
PlayStation Studios
2 September 2022
PS5
Action-adventure
Survival Horror
Dewasa
Blu-ray, Digital
71 GB
Rp 1.029.000 (Standard)
Rp 1.179.000 (Deluxe)
Nama “The Last of Us” memang punya posisi yang unik di industri video game. Memulai debutnya di tahun 2013, seri pertamanya banjir pujian dari para gamer maupun media berkat kesempurnaan yang dihadirkan di segala aspek hingga berhasil membawanya menyabet gelar Game of the Year di tahun tersebut.
Lanjut di tahun 2020, The Last of Us Part II langsung menuai hujatan setelah rilis dari berbagai sumber atas keputusan kontroversial yang dibuat developer untuk mengakhiri hidup tokoh yang begitu dicintai pada seri pertamanya. Kendati demikian, game keduanya juga tetap berhasil memperoleh banyak perhargaan, termasuk Game of the Year 2020.
Terlepas dari pro dan kontra yang ada, tak bisa dipungkiri bahwa The Last of Us kini menjelma menjadi salah satu judul video game yang paling terkenal dan menjadi andalan PlayStation Studios dalam meraup keuntungan. Berbekal popularitasnya yang telah meroket, akhirnya Naughty Dog memutuskan untuk melakukan proses remake untuk game yang bahkan belum genap berusia satu dekade dengan mengusung nama The Last of Us Part I.
Diklaim sebagai proyek baru yang dibuat dari nol untuk PlayStation 5, apakah Naughty Dog dapat mempertanggungjawabkan ucapannya itu di hadapan publik?
Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Story
The Last of Us Part I menceritakan tragedi di mana seluruh kota di Amerika Serikat telah terjangkit oleh jamur mematikan bernama Cordyceps yang membuat siapapun yang terinfeksi berubah menjadi makhluk yang agresif bagaikan zombie. Joel yang sedang berusaha kabur bersama anak perempuannya, Sarah, terpaksa harus menerima kenyataan pahit ketika anaknya ditembak oleh tentara dan meninggal dalam pelukannya.
20 tahun setelah tragedi itu, Joel kini hidup tersembunyi menjadi seorang penyelundup bersama rekannya, Tess. Mereka berdua memutuskan untuk memburu Robert, seorang pedagang pasar gelap, yang mengkhianati dirinya dengan menjual senjata ke kelompok pemberontak, Fireflies.
Setelah bertemu dengan pimpinan Fireflies, Joel justru dititipkan seorang anak perempuan bernama Ellie, yang ternyata sudah terinfeksi selama tiga pekan. Anehnya, meskipun terinfeksi, Ellie tidak pernah berubah menjadi makhluk mengerikan itu sehingga Joel pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan bersamanya.
Mengapa Ellie tidak terinfeksi jamur Cordyceps?
Bagaimana kelanjutan kisah Joel dan Ellie selanjutnya?
Temukan jawabannya dengan memainkan The Last of Us Part I!
Gameplay
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, The Last of Us Part I adalah sebuah game remake dari The Last of Us (PS3) yang dirilis pada tahun 2013 silam. Serupa dengan versi originalnya, game ini masih akan membawa Anda berpetualang bersama Joel dan Ellie melintasi Amerika Serikat yang sudah porakporanda berkat jamur Cordyceps yang sudah menginfeksi sebagian besar warga.
Anda akan mengendalikan Joel sebagai karakter utama, sementara pendampingnya seperti Tess dan Ellie akan dikendalikan oleh AI. Hanya di beberapa bagian khusus saja, Anda diberi kesempatan untuk mengendalikan Ellie.
Di awal permainan, Joel hanya akan dibekali sebuah pistol biasa untuk membela diri. Seiring berjalannya permainan, Anda baru akan menemukan banyak senjata baru seperti Rifle, Shotgun, Revolver, Molotov dan lain sebagainya. Nantinya senjata api ini bisa di-upgrade menggunakan sumber daya parts saat Anda menemukan workbench di sepanjang permainan.
Selain senjata api, Anda juga bisa memungut senjata melee seperti kayu atau pipa besi untuk menghajar musuh dari jarak dekat. Namun, senjata melee ini punya ketahanan sehingga bisa rusak dan hancur. Jika sedang tidak memegang senjata melee, Joel bisa menghajar musuh-musuhnya dengan kepalan tinju.
Fitur Crafting juga kembali di versi Remake ini, di mana Anda dapat merakit sumber daya seperti perban, molotov, bom dan shiv. Proses Crafting ini bisa dilakukan di mana saja, selama bahan bakunya terpenuhi. Namun, satu hal yang perlu diingat, saat melakukan Crafting, permainan tetap berjalan sebagaimana mestinya, sehingga musuh bisa saja menyerang ketika Anda sedang merakit item. Bahan baku untuk membuat item-item ini tersebar di sepanjang permainan. Maka dari itu, Anda harus rajin-rajin menjelajahi tiap sudut ruangan dan kota untuk menemukan sumber daya yang dapat menunjang petualangan.
Musuh-musuh yang Anda hadapi masih sama seperti versi originalnya, seperti tentara bersenjata, manusia yang baru terinfeksi hingga yang sudah terinfeksi penuh seperti Clickers. Musuh manusia yang masih normal biasanya lebih peka terhadap suara dan cahaya, jadi jika Anda menyalakan senter saat bersembunyi, mereka bisa menemukan keberadaan Anda. Sebagian besar dari mereka juga bersenjata api, jadi bertempur secara frontal bukanlah pilihan yang bijak. Pada dasarnya, TLOU memang lebih menitikberatkan pada elemen Stealth. Selain menghemat peluru, Stealth juga memberikan atmosfer survival horor yang lebih kental dibanding Anda memainkannya secara frontal.
Sementara, musuh jenis Clickers hanya akan peka terhadap suara saja karena mata mereka sudah tidak bisa melihat dengan benar. Namun, Clickers adalah jenis musuh yang sangat berbahaya, karena ia bisa membunuh Anda dalam satu serangan saja. Untuk mengalahkan Clickers, Anda harus menghajarnya dengan senjata melee, senjata api atau Stealth Kill menggunakan Shiv, karena Clickers tidak bisa di-Stealth dengan cara biasa seperti musuh manusia atau Infected setengah manusia.
Dari sisi mekanik, The Last of Us Part I sama sekali tidak menawarkan sesuatu yang revolusioner. Bahkan, ia tidak mengimplementasikan fitur-fitur baru yang ada di The Last of Us Part II seperti merayap saat Stealth, melempar tali, melompati platform jarak jauh, menghindari serangan fisik dan lain-lain. Ya, Joel masih tidak punya tombol khusus untuk melompat seperti Ellie di TLOU 2. Hal ini tentu saja membuat versi Remake ini tak ubahnya dengan versi Remastered yang sama-sama memperbaiki resolusi visual tanpa ada penambahan fitur dalam permainan.
Terdapat fitur tantangan baru yang tidak ada pada versi Remastered-nya adalah Permadeath. Fitur ini hanya bisa Anda aktifkan saat memulai New Game. Permadeath sendiri terbagi atas tiga opsi, yaitu Per Chapter, Per Act dan Whole Game. Pada opsi Per Chapter, progress Anda akan ter-reset dari awal chapter ketika mengalami kematian. Begitu pula dengan Per Act, yang akan membuat Anda mengulang Act di tempat karakter Anda mati.
Sementara, pilihan yang paling mengerikan adalah Whole Game, di mana Anda akan benar-benar mengulang dari awal saat karakter mati, meskipun sudah mendekati tamat. Bayangkan, jika Anda menggabungkan tingkat kesulitan Grounded dengan fitur Permadeath Whole Game ini, pastinya sangat-sangat menegangkan untuk ditaklukkan.
Ada juga mode rahasia bernama Speedrun Mode yang baru akan terbuka setelah Anda menyelesaikan permainan minimal sekali. Mode ini mengizinkan pemain untuk menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permainan. Akan ada indikator waktu yang terus menghitung selama permainan berlangsung. Namun, penghitung waktu ini akan berhenti saat terjadi transisi gameplay atau cutscene sedang berlangsung.
Presentation
Visual
Sebagai sebuah game Remake, nilai jual utama yang ditawarkan dari The Last of Us Part I tentu saja terletak pada visualnya yang dirombak total dari versi originalnya. Resolusi 4K, fitur HDR, framerate 60 fps, fidelity, tekstur, model karakter yang lebih baik, semuanya akan Anda dapatkan. Dari sisi lingkungannya sendiri, bangunan, rerumputan, lorong bawah tanah, jelas tampak lebih detail. Bahkan, ada beberapa bangunan yang sedikit berubah untuk mempermanis suasana.
Namun, dari semua pembaharuan visual, ada satu bagian yang menurut kami tidak berubah dari versi originalnya, yaitu animasi. Kami merasa pergerakan animasi karakter dalam game ini masih menggunakan aset lama sehingga gerak-gerik karakternya terlihat sama persis dengan pendahulunya. Memang animasi pada versi originalnya sendiri sudah terhitung luar biasa di zamannya, namun dengan penggunaan animasi yang sama, hal ini justru mematahkan slogan “Built for PS5” yang didengungkan oleh Neil Druckmann.
Audio
Serupa dengan visualnya, presentasi audio di sini juga mendapat perkembangan yang signifikan dengan mendukung fitur 3D Audio sehingga pengalaman bermain Anda terasa maksimal, khususnya saat berada di wilayah-wilayah sunyi dan gelap yang penuh dengan Infected dan Clickers. Efek suara mereka benar-benar terasa menakutkan yang secara tidak sadar membuat bulu kuduk kami berdiri. Sementara dari sisi musik, soundtrack dari versi originalnya juga kembali dibawa dengan nada yang terdengar lebih jernih.
Sayangnya, lagi-lagi ada cela dari sisi audio. Seperti halnya animasi karakter yang didaur ulang, sulih suara game ini tampaknya juga masih menggunakan rekaman lama dari tahun 2013. Semua dialog selama percakapan terdengar sama persis dengan versi originalnya, mulai dari intonasi hingga kalimat yang dilontarkan. Hal ini kembali mematahkan slogan “Built for PS5” yang akhirnya malah menjadi bumerang bagi Naughty Dog.
Value
Jadi, apakah The Last of Us Part I layak untuk dibeli ulang dengan harga sekitar satu juta Rupiah?
Menurut kami, seharusnya game ini bisa lebih murah dari Uncharted: Legacy of Thieves Collection yang berisikan dua game yang hanya dibanderol dengan harga Rp 729.000. Bahkan, Uncharted menyediakan opsi upgrade jika Anda sudah memiliki game Uncharted versi PS4 sebelumnya. Sementara, The Last of Us Part I dibanderol dengan harga normal seperti game PS5 baru lainnya dan tidak menyediakan opsi upgrade.
Mengapa game ini tidak layak dihargai satu juta Rupiah?
Sebuah game Remake seharusnya bisa memperkaya cerita dan semestanya sembari menutup plothole yang ditinggalkan versi originalnya, seperti halnya Final Fantasy VII Remake. Sayangnya, harapan Anda pupus begitu saja karena versi Remake ini masih mengambil garis cerita yang sama, urutan yang sama, bahkan titik pemicu cutscene-nya pun sama. Yang berbeda hanyalah sudut pandang kamera untuk memberikan kesan lebih dramatis pada cerita yang dibawakan.
Kedua, jika Anda berharap gameplay-nya akan lebih dinamis dengan implementasi fitur-fitur dari The Last of Us Part II, sayangnya hal tersebut kembali gagal terwujud. Pasalnya, mekanisme gameplay yang dibawakn benar-benar sama persis dengan versi originalnya. Tidak ada mini-game menggunakan tali, tidak ada aksi Stealth merayap, yang berbeda hanyalah tampilan HUD yang dimodernisasi saja. Bahkan, musuh yang Anda hadapi juga masih sama bodohnya dan tidak sepintar mereka yang ada di TLOU II.
Singkatnya, The Last of Us Part I adalah game yang sama dengan The Last of Us Remastered dengan tampilan visual 4K yang disuntikkan fitur DualSense saja, tanpa ada penambahan konten yang berarti. Embel-embel “Built from the Ground for PlayStation 5” yang digaungkan oleh Neil Druckmann, menurut kami hanya sekedar gimmick marketing saja, karena pada akhirnya, ia tidak menawarkan sesuatu yang revolusioner di dalamnya.
Maka, jika membandingkannya dengan Uncharted: Legacy of Thieves yang dirilis awal tahun ini, harga yang dibanderol The Last of Us Part I seharusnya tidak lebih mahal atau bahkan mungkin lebih murah. Apalagi, game ini juga tidak menyediakan opsi upgrade seperti Uncharted, sehingga Anda harus membelinya ulang layaknya game baru. Apabila kocek Anda terbatas, kami sarankan setidaknya tunggu sampai ia mendapat potongan harga atau dijual bundle bersama mesin PS5.
Conclusions
Terlena dengan kesuksesan The Last of Us Part II yang menuai segudang prestasi dan kontroversi, hal inilah yang mungkin menjadi pemicu awal Sony menyetujui proyek The Last of Us Part I. Menurut kami, versi remake ini sama sekali tidak perlu dibuat karena pada dasarnya ia adalah game yang sama dengan versi Remastered-nya, dengan penambahan gimmick DualSense saja.
Melabeli dirinya sebagai Remake, kami sebenarnya tidak bisa protes apabila The Last of Us Part I ia menawarkan plot cerita yang kurang lebih sama dengan versi originalnya. Namun, dengan urutan cerita, cutscene hingga kalimat dialog yang persis sama, hal ini benar-benar membuat ekspektasi kami terhadapnya buyar seketika. Tidak hanya itu saja, mekanisme gameplay-nya yang tidak diperbaharui dengan fitur-fitur TLOU 2, benar-benar membuat kami kecewa. Apalagi dengan disunatnya mode Multiplayer, game ini hanya berakhir sebagai game single-player saja.
Kami sendiri juga merasa sudah mulai jenuh pada produk yang dihasilkan Naughty Dog. Dalam 15 tahun terakhir, mereka hanya berputar-putar pada dua franchise Uncharted dan The Last of Us yang sudah berkali-kali melewati proses Remastered. Daripada membuang-buang biaya dan sumber daya untuk sebuah produk yang sebelumnya sudah sempurna, alangkah baiknya jika Naughty Dog bisa mengalokasikannya untuk membuat judul baru demi adanya penyegaran.
+ Peningkatan visual yang signifikan
+ Pembaharuan model karakter dan lingkungan
+ Ekspresi wajah lebih hidup
+ Fitur tantangan Permadeath
+ Hadirkan fitur Adaptive Triggers dan Haptic Feedback
+ Mendukung fitur 3D Audio
+ Sudah termasuk DLC Left Behind
- Alur cerita benar-benar sama
- Tidak ada perspektif baru dalam cerita
- Tidak ada elemen gameplay dari TLOU 2
- Dihilangkannya mode Multiplayer
- Mekanik gameplay masih sama dengan original
- Animasi pergerakan karakter tidak berubah
- Sulih suara dan kalimat dialog sama persis
- Harga tidak sepadan dengan konten yang ditawarkan